selagi dia beristirahat, aku harus tetap bekerja seperti biasanya. kalau tidak bisa-bisa aku di pecat. jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi, marx masih terdiam di bangku sofa.
"marx, aku ingin pergi bekerja, tidak masalahkan kalau aku meninggalkanmu sendiri ?" tanyaku, sembari mengenakan mantel abu-gelap yang tergnatung di dekat pintu utama.
"izinkan aku ikut" balasnya
aku tak habis pikir, oleh sikapnya kali ini. tidak biasanya ia menjadi setakut ini.
"jangan salah paham, aku ikut kau pergi bekerja hanya untuk memastikan bahwa temanku tetap aman" ucapnya, nada sombong & angkuhnya tetap seperti biasa.
"kalau ingin ikut, lebih baik kau ganti dulu pakaianmu" ucapku sambil tersenyum tipis. aku hanya ingin ia sebagai perempuan memperhatikan penampilannya.
"ha...eh kok , aduh yahhh" pekiknya gugup, ia tampaknya malu. seragamnya sudah compang-camping mungkin karena pertarungan sengit yang ia alami kemarin malam.
lagi pula tidak mungkin dengan baju berlumuran darah seperti ia ku ajak keluar rumah.
"kau boleh menggunakan kemejaku, pakai saja. sekalian lukamu itu juga di tutup" kataku, seraya mengacungkan jari menunjuk ke arah sebuah lemari kecil di bawah tangga.
mungkin lebih baik aku keluar rumah saja. tidak bagus juga kalau seorang pria melihat tubuh wanita lain bukan?
ability on : benang kehidupan
BRAKKKKKKKK..........KRAKKKKKKKK
"ASHTA, MENJAUH DARI PINTU" teriak marx, benang-benang nya menarik diriku menjauh dari pintu. sementara benang-benang lainnya menghantam keluar pintu.
pikiranku melayang, apa yang sebenarnya terjadi. apa yang akan terjadi selanjutnya.
percikan api, kilauan benang emas, serpihan kayu dan puing-puing bangunan beterbangan. sekarang pintu depan dan ruang tengah rumah ku sudah hancur. nampak di halaman, juga terjadi beberapa kali ledakan. dari balik itu juga, terdapat sesosok wanita muda dengan balutan jas. penampilannya mirip mafia dengan perban di tangannya dan rambut panjang yang terurai. matanya mengisyaratkan kekejaman & kesadisan.
swosshhhhh..........swosshhhhhhh.........ia melompat ke arah kami dengan cepat. sepasang pisau belati berada dalam genggaman tangannya.
"Ashta......ambil senapanmu" teriak marx. ia melempar diriku ke sebelah kiri. aku mendarat dengan kasar di sebuah meja kaca. sementara itu marx maju sendiri menghadapi perempuan itu. sementara perempuan itu tampak tenang dan tak bergeming.
Ability ON : benang kehidupan
teriak marx, bakatnya aktif seutuhnya. sekarang ia mampu mengendalikan benang emas dengan jumlah banyak dan lebih leluasa menggunakannya.
aku terkapar selama beberapa detik, sebelum akhirnya aku menyadari bahwa aku harus kembali menjadi revenan lagi. tapi apa boleh buat, keadaan ini sudah mendesak. aku tidak ingin mati di sini & aku sebagai penembak jitu harus tetap tenang.
mereka berdua bertarung sengit. bahkan sekarang sudah menjebol lantai 2 rumahku. marx dominan melancarkan lilitan benang-benang emasnya. sedangkan wanita mafia itu hanya menghindar dan bertahan.
kuraih sebuah senapan laras panjang. dari bawah sofa, sengaja kusiapkan untuk keadaan mendesak seperti ini. tenang saja, walau aku tak melihat targetku. peluru ini akan selalu mencapai targetnya. peluruku tidak akan pernah meleset sekalipun.
ability ON : Kisah sang pemburu
DDOOOOOORRRR.......DOOOORRRRRR
5 butir peluru berhasil ku tembakan dalam waktu bersamaan.
"marx. menghindar.......!!!" teriakku.
seketika marx menggunakan benangnya untuk melarikan diri.
aku berpikir bahwa perempuan mafia itu sudah berhasil ku kalahkan. ternyata ia mampu memotong semua peluru yang ku tembakan.
"mustahil" ucapku dalam hati.
sementara wanita itu diam tanpa kata-kata.
jarak antara aku dan marx hanya sejauh 2 meter. sementara wanita itu terdiam di ujung tangga. keadaan rumahku sudah porak-poranda. aku yakin sebentar lagi polisi akan tiba & tamatlah riwayatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
the revennant : waktu lampau, kisah sejarah & senapan usang
Science Fictionthe revennant : waktu lampau