1

6.9K 409 774
                                    

Mempunyai sebuah keluarga yang utuh tampaknya menjadi idaman semua umat manusia. Ada ayah, ibu dan anak yang melengkapi kebahagiaan didalamnya.
Tetapi, memiliki keluarga yang harmonis adalah sebuah anugerah.

Tidak utuh tetapi harmonis, adalah gambaran keluarga yang dimiliki oleh Luna.

Sebenarnya, tidak pernah sedikitpun Luna merasakan sebuah kekurangan dalam hal materi dan kasih sayang meskipun hanya hidup berdua dengan sang ayah, Guan. Tetapi pada dasarnya, manusia memang tidak luput dari ketidak-puasan. Lantas, hal seperti bagaimana jika Luna memiliki ibu selalu melekat di benaknya, pasti kebahagiannya terasa sangat lengkap, pasti Luna akan menjadi orang yang sangat bahagia. Papa, mama dan Luna.

Luna memandangi lekat sebuah bangunan yang berada didepan matanya melalui jendela mobil, dengan perasaan yang susah dijelaskan. Dua hasrat yang bertolak belakang; belum siap tetapi tidak sabar untuk memasukinya.

Nyaris saja air mati lolos membasahi pipinya , namun Luna sudah mengusapnya dengan punggung tangan terlebih dahulu. Gadis itu sangat senang, saking senangnya sampai hampir menangis.

"Papa bisa nunggu sampai kamu siap kok." Guan menyentuh bahu anak gadis satu-satunya itu, memastikan putrinya dalam keadaan baik-baik saja.

Padahal gue udah mati-matian nyembunyiin air mata, tetapi kenapa Papa bisa tahu?

Lantas Luna memasang senyuman, "Aku nangis kesenengan, Pa. Ayo kita turun, aku enggak sabar!"

"Pelan-pelan ya, Nak? Membiasakan diri dirumah baru."

Luna mengangguk, menjawab dengan yakin. "Pasti lah, Pa."

Guan menghela napas lega. Seharusnya dia tidak khawatir melihat respon Luna yang begitu bersemangat, bahkan sejak Guan memperkenalkan seorang wanita yang dia kencani enam bulan yang lalu. Namun, mendapati Luna sedang mengusap sesuatu di matanya membuat Guan awalnya berpikir putrinya merasa terpaksa. Namun pria itu meralat prasangkanya, Guan tahu bahwa itu adalah air mata kebahagiaan.

"Pa, aku aja yang nekan bel-nya."

Guan mengangguk, seraya melepaskan tangannya dari pegangan koper miliknya.

"Wah...akhirnya sampe juga yang ditunggu- tunggu!"

Seorang wanita bersurai coklat muncul ketika pintu terbuka, menampilkan ekspresi bahagia,yang memang menanti kedatangan dua orang yang berdiri didepannya.

"Tante Yeri!" Hampir seperti menjerit, Luna langsung memeluk wanita berusia 35 tahun itu dengan erat. Meskipun sempat terperanjat, Yeri tentu saja langsung membalas pelukan hangat Luna. Tidak menyangka salah satu impiannya tercapai, yang awalnya hanya bisa Luna lihat didalam angan-angan, bahkan sampai masuk ke dalam mimpinya.

Sementara Guan terkekeh kecil melihat gadis berusia 17 tahun itu malah terlihat seperti bocah 5 tahun yang baru saja bertemu dengan ibunya. Sehingga Guan pun ikut menimpal. "Kalo ditunggu-tunggu, masa pintunya ditutup."

"Udah dibuka tadi, tapi ditutup lagi sama Jungwoo. Biar enggak masuk debu katanya." Balas Yeri seraya menyudahi acara pelukan dengan Luna.

Jungwoo?

Luna sempat berpikir sejenak. Siapa Jungwoo? Daripada bertanya tentang siapa orang tersebut, Luna lebih memilih untuk menyimpulkan sepihak karena hal itu melintas dikepalanya.

"Oooh..pembantu." Hampir tidak terdengar sehingga tidak ada yang merespon ucapannya.

"Yaudah, masuk dulu." Ajak Yeri, membantu Luna mendorong kopernya ke dalam rumah.

Uwu▪️JungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang