Satu

14 3 2
                                    

Pukul 05.49

"Ochaaa, ayo bangun nak!" teriak Mawar kewalahan menghadapi kebiasaan anaknya itu.

"Hmmmm," ucapnya malas.

"Acha udah siap siap lho. Kamu kapan bangunnya sih sayang?" Mawar membuka selimut hitam milik Ocha.

Ocha akhirnya terbangun. Ia melihat bekernya dan dia terperanjat.

"ASTAAAAGAAAA!!!" Ocha langsung berlari ke kamar mandi mengetahui dirinya telat.

Mawar hanya menggeleng, "Acha kamu berangkat gih!"

"Umm, iya deh, Ma. Acha berangkat dulu ya. Assalamualaikum," Acha segera menenteng tas berwarna peach dan mencium tangan Mamanya.

Acha mengekor Hadi--papanya untuk berangkat bersama. Sudah biasa Acha selalu diantar papanya, tapi kalau pulang dia biasa pulang bareng saudara kembarnya, Ocha. Dan sudah biasa pula Ocha terlambat ke sekolah. Sampai sampai Ocha setiap hari tidak pernah diantar papanya. Dia biasa berangkat naik vespa atau mobil.

Baru saja saat Acha berangkat, Ocha dengan tergesa turun dari kamar dengan rambut yang berantakan, dasi yang belum terpakai, dan tasnya yang masih belum di resleting sempurna. Mawar yang melihatnya hanya mampu menggeleng melihat anak sulung dari kembarannya itu.

Ocha yang masih tergesa berbelok arah ke dapur untuk mengambil roti dan kearah mamanya. Dia memajukan dadanya mengode mamanya agar mamanya mau membantu memakaikan dasi. Mawar pun memasangkan dasi ke leher Ocha dan menggeleng.

"Ocha, kamu itu lebih tua daripada Acha lho. Kamu masa beda jauh sih dari Acha?" tanya Mawar.

Ocha tersenyum miring, "Beda cuma lima menit doang, Ma. Hehehe."

"Tapi bedanya, kamu lahir tanggal 30 Desember malem. Terus pas lima menit kemudian Acha lahir dan udah masuk tanggal 1 Januari kan?"

"Iya sih, Ma. Tapi namanya anak kembar ya pasti beda lah."

"Yaudah, gih sana. Nanti keburu telat lho," Ocha menangguk, mengucap salam, mencium tangan mamanya, dan langsung berlari.

"OCHAAA KAMU KOK PAKAI SANDAL???" teriak mamanya.

"Iya, Ma. Nggak papa!!" Ocha masih dengan tergesa segera mengambil vespa warna abu-abunya dan melenggang pergi.

***

Setelah memakirkan vespanya, Ocha berlari ke dalam sekolah dan saat di lapangan, ia bertemu anak osis yang berjaga untuk mencatat siswa siswi yang terlambat masuk. Ada salah satu anak osis yang melihat Ocha dan langsung tersenyum.

"Eh, Ocha. Mau mecahin rekor lo?" tanya anak osis itu.

Ocha mendengus kesal, "Rekor paan?"

"Rekor terlambat masuk. Ahahahahahah."

"Ngeledek lo?"

Anak osis itu diam, "Iye dah, maap kali, Cha."

"Radit, gue telat inii. Lo kan anak osis, gue nggak bisa dapet dispensasi apa?" Ocha mendekatkan badannya kearah Radit.

Radit berpikir sejenak, "Hmm, gimana ya, Cha? Gue juga bingung juga soalnya di razia kali ini ada ketua seksi bidang gue nih."

"Lo sekbid razia kan? Eh, ketua lo siapa sih?" Ocha masih berupaya agar bisa lolos dari razia keterlambatan.

"Oh, ketua sekbid gue si Galih noh," Radit menoleh pada Galih yang masih mencatat daftar siswa terlambat.

"Bilangin ya ke Galih. Gue kali ini kasih dispensasi. Gue balik kelas dulu."

Trouble LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang