Empat

6 2 0
                                    

Pukul empat lebih lima menit. Acha dan Rafi--rekan osis baru keluar dari ruang osis. Acha dan Rafi baru saja kebagian jadwal piket raung osis. Acha rela pulang sore kalau soal sekolah, tapi tidak untuk Ocha. Ocha terkadang membolos jadwal piket osis. Padahal, kalau di bandingkan dengan Acha, Ocha jauh diatas Acha. Acha hanya menuruti perintah Rafi si ketua sekbid Razia. Sedangkan Ocha adalah ketua sekbid jurnalistik.

Tetapi anehnya, sekbid jurnalistik dan sekbid keagamaan tidak pernah bertemu di ruangan yang sama dan di waktu yang sama. Karena soal ini sudah dibagi oleh panitia. Biasanya, sekbid razia yang sering bergabung dengan sekbid keagamaan. Dari situlah kesempatan Acha berulang kali bertemu doi-nya, Rivan.

Di lain manusia, Rivan sering malas mengikuti rapat osis karena sekbid yang ia pimpin--sekbid keagamaan selalu tidak pernah bebarengan sekbid jurnalistik. Maka dari itu, tidak salah kalau Ocha tidak pernah melihatnya. Kembali ke realita, Acha mengunci pintu ruang osis dan berjalan ke ruang tata usaha untuk mengembalikannya. Sedangkan Rafi sudah pulang duluan.

SMA 21 sudah amat sepi. Hanya anak clairedox yang terlihat masih stay di sekolah seraya bermain bola. Yang ia lihat di lapangan ada Nathan, Radja, Refal, Raka, Andy, dan Galih. Sedangkan Marcell, tumben tumbenan dia tidak nampak. Sepersekian detik Acha membatin tapi dia enggan memikirkannya. Dia segera melangkah menuju ruang tata usaha.

"Bu Nita!!" teriak Acha yang melihat panitia osis itu berjalan menuju dapur.

Sang empu menoleh kearah sumber suara yang memanggilnya lalu ia tersenyum hangat.

"Iya kenapa, Acha? Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.

"Eh, cuma mau ngasih ini kok, Bu," Acha memberikan kunci ruang osis pada Bu Nita.

"Terimakasih ya. Udah jam empat lebih begini kamu belum pulang cuma buat piket."

"Ah nggak papa, Bu. Saya sama Rafi udah biasa kok,"

Bu Nita tersenyum. Segera Acha pamit lalu melenggang pergi ke gerbang keluar.

***

"Radit!!" panggil lelaki tampan nan eksotis tersebut pada Radit yang sedang duduk di pinggir lapangan.

"Ngapa?" tanya Radit santai.

"Lo ikut gue, Dit. Bantuin juga."

Adit mengernyit. Lalu ia mengangkat dagunya tanda ia bertanya "apa?"

"Lo ntar awasin di sekitar koridor kelas 12 takutnya ada yang lihat gue sama Ria disana," ujarnya.

"Ria? Lo mau ketemu sama Ria mantan lo itu?" tanya Radit memperjelas.

Lelaki itu mengangguk, "Tadi gue liat Acha masih piket bareng Rafi di ruang osis. Takutnya si Acha balik ke kelasnya terus gue kegep sama Ria gimana?"

Radit masih mengernyit dan heran. Perlahan, dia mulai peka terhadap rencana sahabatnya itu. Radit mengedikkan bahu.

"Kalau itu sih urusan lo. Tapi ngapain lo sama Ria? Pacaran?"

"Mau makan!!"

"Yaudah makan aja sono."

Marcell memutar bola matanya lalu menonyor kepala Radit, "Ya mau pacaran lah bego."

Radit melongo, "HAH?!"

"Ngapa lo musti heboh banget, Dit? Gue cuma mau pacaran bukan mau pembullyan."

"Eh lo gila ya! Lo masih sayang sama Ria? Terus si Ocha lo kemanain, Cell?"

"Udah ah lo diem aja. Cowo clairedox yang lain udah pada tahu kali. Lo aja yang norak. Dah lah ikut gue sekarang," lalu dengan terpaksa Radit mengikuti langkah Marcell menuju koridor kelas 12.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Trouble LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang