Bagian 2

13.8K 818 5
                                    

Nilam yang masih melihat temannya itu dalam mode murungpun langsung menyamperinya.

"Masih marahan?"

"Menurut Lo?" Nadia malah membalikkan pertanyaan Nilam.

Nilam hanya bisa menghela nafas lelahnya. Kemudian perempuan itu menutup pintu kamar Nadia dan meninggalkannya seorang diri. Nilam tau betul sifat Nadia yang kalo lagi murung dia itu tipe orang yang gak mau diganggu kalo dalam mode gini.

Biasanya Nadia seperti ini paling lama dua puluh empat jam. Jadi Nilam sudah terbiasa dengan sifat temannya itu.

Nadia menghias diri di depan cerminnya. Malam ini Nadia ingin pergi jalan ke mall sendirian.

"Loh Nad, mau kemana rapih gitu?"

"Mau pergi sebentar Lam."

"Udah baikan?"

"Belum."

"Terus luh mau sama siapa? Sendirian gitu?" tanya Nilam heran.

"iya. Udah ya gua pergi dulu."

Nadia berjalan kaki ke depan gang kosannya. Malam ini ia berniat mengendarai angkutan umum saja. Mumpung masih jam tujuh malam jadi angkot masih berlalu lalang.

Walaupun dia anak dari orang kaya, terlahir dari keluarga terpandang. Papihnya yang seorang anggota dewan dan Ibunya yang seorang dosen namun dia tetep hidup sesederhana. Dia tidak gengsi untuk menaiki kendaraan umum seperti angkot. Baginya naik angkot itu seru walaupun harus berdesak-desakkan.

Papihnya sudah menawarkan sebuah mobil padanya. Namun Nadia menolaknya. Kalo dia bawa mobil harus diparkirkan dimana. Sedangkan kosannya masuk ke dalam gang yang hanya muat dengan motor saja. Bisa saja dia pindah kosan tapi Nadia tidak mau. Dia masih betah di kosannya yang jauh dari jangkauan kendaraan.

Nadia juga sempet ditawarkan motor tapi dia menolaknya juga. Dia lebih seneng mengendarai kendaraan umum dibanding pribadi. Salah satu alasannya ya Nadia malas bawa kendaraan pribadi sendiri.

Nadia mulai mengitari outlet yang memajangkan pakaian. Dia tertarik untuk masuk ke toko pakaian yang berada disamping kirinya.

"Hei, Nadia?" Nadia terlonjak kaget mendengar namanya dipanggil.

"Astaga Aland!" pekik Nadia heboh.

Aland adalah teman semasa sekolahnya di SMA.

"Ya ampun. Luh kemana aja baru nongol setelah tiga tahun lamanya. Semenjak lulus kita gak pernah ketemu." Aland hanya tersenyum mendengarkan cerocosan Nadia. Aland tak habis pikir Nadia masih saja tidak pernah berubah dari dulu.

"Udah nanti aja nanyanya. Mending sekarang kita cari tempat buat ngobrol dulu. Biar lebih enak." Belum sempat Nadia menjawab tangannya sudah dicekal duluan sama Aland.

Mereka memilih tempat restaurant yang menyajikan makanan khas Jepang. Salah satu makanan favorit mereka berdua semasa sekolah.

"Nah udah sekarang luh ceritain deh kenapa luh bisa nyasar ke Amerika gak bilang gua lagi. Tau gak sih gua tuh udah kaya orang kalang kabut nyari kabar luh. Sosial media luh gak aktif-aktif nomor luh juga sama." Nadia kembali nyerocos tiada henti.

Aland yang memperhatikan Nadia hanya bisa mendengus pasrah. Walupun jengah mendengar ocehannya tapi Aland kangen banget. Udah lama gak dengerin cerewetnya Nadia.

"Udah gak usah liatin gua gitu banget kali. Gua tau kangen kan luh sama gua?" tebak Nadia.

"Idih geer luh gak pernah absen ya hahaha." dengan gemas Aland menjawil pipi tembem Nadia.

HURT {Completed} PINDAH KE DREAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang