Pengarang: Cheyene Djema
Instagram: soraru57
Penasaran sama cerita dari juara kedua? Selamat membaca!
🍀🍀🍀
Di bawah langit biru cerah tanpa awan, tempat di mana aku berjalan hendak menemui dirimu, menyongsong masa depan yang kau dan aku dambakan. Sudah lama sekali aku tidak melihat parasmu yang sempurna, tidak lagi menghirup aroma lembut yang terpancar, tidak lagi menatap netra almond yang sering memantulkan tampilan diriku itu. Aku rindu.
Aku rindu akan eksistensi dirimu, wahai cintai pertamaku, pria yang selama ini diam – diam aku puja. Kata – kata "Aku mencintaimu" saja tidak cukup untuk menggambarkan perasaan yang selama ini kujaga untukmu. Tidak, diri ini sungguh mendambakan dirimu, mendambakan sifatmu yang bagaikan udara yang selalu menyelimutiku, terasa sangat menyejukkan jiwa dan raga.
Perasaan menggebu – gebu yang murni datang dari dalam hati akan tersampaikan kepadamu hari ini juga, kupastikan itu. Dengan langkah cepat aku menaiki kereta yang baru saja tiba dan memilih tempat duduk di bagian pojok kiri belakang, terasa nyaman dengan sudut sempit yang seakan memberiku ruang tersendiri untuk mengenangmu. Ya, kisah kita berdua. Dengan lantunan lagu musim panas yang kau sukai mulai menyapa telingaku, pikiranku mulai melayang kembali ke masa kita kecil dulu. Jarak kau dan aku yang awalnya sejauh 80.000 meter perlahan – lahan mulai terkikis.
80.000 meter.
Musim semi di bangku sekolah dasar, saat di mana aku pertama kali bertemu denganmu. Rambut cokelat terang milikmu sering membuat teman perempuan sekelas menjerit kagum, terutama saat pelajaran olahraga. Tembakan tiga angka yang selalu sukses kau lakukan membuatmu semakin diidolakan. Tapi berbeda denganku.
Apa hebatnya anak pindahan dari luar kota saat kami baru kelas tiga?
72.567 meter.
Kelas empat sekolah dasar, malapetaka terjadi. Penglihatanku yang mulai memburuk membuatku harus duduk di barisan depan, menggantikan posisi teman lain yang masih dapat melihat dengan normal. Ya, aku terpaksa untuk duduk bersebelahan denganmu.
Penglihatanmu baik – baik saja, tapi kau enggan untuk pindah. Lagipula peringkatmu juga yang terbaik di kelas, jadi tidak ada salahnya. Aku dapat mengingat dengan jelas senyuman yang kau berikan padaku waktu itu. Matamu membentuk bulan sabit indah, sedangkan rambut cokelat terang memikat itu menutupi dahimu sembari kau menyapaku dengan ramah.
Aku benci. Aku benci dengan ketulusanmu. Aku benci dengan semua tatapan yang menghujamku. Aku benci dengan senyuman hangat yang kau berikan. Bisakah kau berhenti memakai topeng?
65.143 meter.
Setahun lebih aku harus berurusan dengan sifatmu. Jauh dari ekspektasi, kau sama sekali tidak berubah. Masih dengan sifat mempesona sialan milikmu itu. Kau terus berusaha membuatku untuk lebih terbuka saat berbicara. Tidak kusangka kau akan seniat itu untuk berteman.
Kacamata yang baru saja dibelikan orangtua untukku sama sekali tidak membantu keadaan. Berkat benda itu aku dapat melihat parasmu dengan semakin jelas, sama seperti bagaimana teman perempuan sekelas melihatmu. Mereka memang tidak salah.
Kau itu berbeda.
51.335 meter.
Di jenjang berikutnya, sekolah menengah pertama, kau dan aku ditakdirkan untuk menjadi teman sekelas. Tanpa adanya persetujuan kau langsung menarik lenganku untuk duduk bersamamu, sambil beralasan kalau kau tidak mengenal siapapun di tempat ini selain aku. Hanya sebuah anggukan kepala kecil yang dapat kuberikan sebagai jawaban, tidak mampu lagi merangkai kata – kata yang menunjukkan bahwa aku juga ingin bersamamu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLC 1st Anniversary Event
RandomDalam rangka memeriahkan ulang tahun FLC yang pertama, kita adakan serangkaian kegiatan seperti lomba menulis cerpen, cover contest, dan seminar. Ikuti terus lapak ini buat informasi terbaru mengenai event. Cover UwU nya dari @Charriot_