Lembar 02

518 90 37
                                    

    Hansung membuka salah satu ruang rawat di rumah sakit yang ia datangi semalam. Senyum itu mengembang dengan sempurna di wajahnya ketika ia mendapati Seungcheol yang kini terduduk di atas ranjang, mengenakan pakaian pasien dengan perban yang melingkar di bagian belakang kepala dan kening, tak lupa pula dengan sebuah selang infus yang terhubung dengan pergelangan tangan pemuda.

    "Selamat pagi ..." sapaan ringan, Hansung berikan seiring dengan tangannya yang menutup pintu dan menghampiri saudaranya itu.

    "Bagaimana rasanya?"

    Seungcheol menatap jengah. Merasa candaan dari Hansung benar-benar tidak lucu meski saat ini adiknya itu tengah tersenyum lebar.

    "Dari mana saja kau?"

    "Pergi bersama ibu."

    "Kemana?"

    "Rahasia," terdengar begitu santai. Hansung kemudian naik ke atas ranjang. Membaringkan diri di samping Seungcheol dengan seenaknya.

    "Apa yang sedang kau lakukan?"

    "Tidur, kau tidak tahu?"

    Seungcheol dengan gemas memukul lengan Hansung. "Turunlah, hanya pasien yang boleh berbaring di sini."

    Hansung menyangga kepalanya dengan siku yang bertumpu pada bantal di saat posisinya yang kini berbaring menghadap Seungcheol.

    "Aku juga pasien ... jadi aku bebas di sini."

    "Sepertinya otakmu bermasalah karena terlalu banyak di pukul."

    "Ya! Dengarkan baik-baik ... kita ini kembar. Jika kau sakit, aku juga sakit. Jika kau menjadi pasien, maka aku juga akan menjadi pasien ... apa kau tidak mengerti juga?"

    Gigi Seungcheol saling beradu. Tangannya dengan cepat terangkat ke udara, bersiap memukuli Hansung yang sudah menutupi bagian kepalanya menggunakan lengan. Namun aksi Seungcheol terhenti ketika pintu ruangan terbuka dan menarik perhatian keduanya.

    "Selamat ulang tahun ... selamat ulang tahun ..."

    Jisub dan Min Ah masuk sembari menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk putra mereka, tak lupa dengan membawa sebuah kue ulang tahun dengan lilin yang berbentuk angka 23. Menegaskan bahwa kedua putra mereka hari itu menginjak usia 23 tahun.

    Senyum Hansung melebar. Ia pun bangkit dan duduk berdampingan dengan Seungcheol ketika kedua orangtua mereka datang dan berdiri mengapit keduanya.

    "Selamat ulang tahun anak-anak ibu yang tampan," ujar Min Ah yang berdiri di samping Hansung yang kemudian mengambil alih kue ulang tahun itu.

    Jisub menyahut, "sekarang tiup lilinnya sebelum leleh."

    Hansung mendekatkan kue itu ke arah Seungcheol. "Tiup dalam hitungan ke tiga."

    "Ucapkan permintaan dulu," sahut Min Ah.

    Seungcheol sejenak memejamkan matanya untuk mengucapkan sebuah permohonan, namun lain halnya dengan Hansung yang malah tersenyum lebar memandang saudaranya itu.

    "Hansung, kau tidak mengucapkan permohonan?" tegur Jisub.

    "Aku harap aku akan selalu lebih tampan dari kakakku," sebuah permohonan yang mengundang tawa dari kedua orangtua mereka. Keduanya pun lantas meniup lilin dalam hitungan ke tiga.

    "Bolehkah ibu menciummu?"

    "Ah ... tidak, tidak, tidak. Jangan lakukan itu lagi," ucap Hansung dengan nada mengeluh.

GOODBYE MR.KIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang