Bagian 2

5.2K 352 11
                                    

Mew bilang orang - orang bisa berubah, tapi yang berubah di mata Gulf adalah pria tinggi itu. Gulf tidak pernah tahu bahwa setelah mengadopsi Sib, Mew akan berubah sejauh itu. Pria tinggi itu mulai sibuk dengan kasus - kasusnya hingga dia tidak ingat untuk pulang ke apartemen. Lebih mementingkan untuk menghabiskan waktu akhir pekannya di kantor, daripada mengajak anak dan suaminya untuk mencari kegiatan bersama.

Awalnya Gulf berpikir jika Mew tidak menyukai Sib, tapi itu mustahil karena yang pertama kali jatuh cinta dengan Sib di gendongan Ibu panti adalah pria tinggi itu. Gulf juga memikirkan tentang kemungkinan lain yang terjadi, hingga Gulf menemukan fakta bahwa Mew telah bermain dengan perempuan di belakangnya.

"Ayah, ayo bangun" Sib duduk di atas tubuh Gulf yang sedang tengkurap. Anak manis itu mencoba membangunkan Ayahnya dengan sentuhan - sentuhan lembut di wajah Gulf, "Ayah ayo banguuuuuuuuunnnnn" tapi bagaimana pun cara Sib membangunkan, Gulf tidak juga terlihat akan bangun.

"apa Ayah juga tidak bangun?" Mew masuk ke dalam kamar dengan tangannya yang sibuk mengaduk tepung di dalam mangkok. Hari ini, Sib memintanya membuat pancake strawberry kesukaannya untuk sarapan pagi.

Sib menggelengkan kepalanya dan kembali menyentuh wajah Gulf dengan jarinya yang mungil, "Ayah, kalau tidak bangun juga nanti pancake buatan Papa aku makan sendiri loh" tapi tetap saja Gulf tidak bangun. Sib yang mulai kesal akhirnya merengut dan turun dari tubuh Ayahnya, lalu anak manis itu meminta Mew saja yang membangunkan Gulf.

Jadi Mew menggunakan cara yang biasanya dia gunakan untuk membangunkan Gulf, "Aw, Sib. jangan menekan hidung Ayah seperti itu!" dan tentu saja Gulf langsung terbangun dengan suara protesnya. Mew yang melihat itu tanpa sadar tersenyum dan sedikit menjauh, kalau tidak Gulf akan menjatuhkan mangkok yang sedang Mew pegang.

"Ayah..." Sib yang berdiri di belakang tubuh Papanya juga menahan tawa. Ayahnya terlihat seperti anak kecil yang seusia dengannya, "bukan aku yang menekan hidung Ayah, tapi Papa" sambung Sib lagi dan langsung memeluk Gulf begitu dia melihat pria kecil itu terbangun.

"seharusnya aku mengganti kode akses" gumam Gulf sambil membalas pelukan Sib dan matanya menatap Mew dengan tatapan datar.

Mew mencoba tersenyum dengan reaksi Gulf atas dirinya, "aku akan membuat pancake untuk sarapan" dan kemudian melangkah keluar dari kamar untuk meninggalkan Gulf dan Sib.

"apa Papa baru saja datang?" Gulf melepaskan pelukan Sib, merapikan rambut anaknya yang masih berantakan sambil tersenyum.

Sib yang merasa geli kemudian tertawa, "tidak Ayah, Papa sudah daritadi datang terus memasak" dan melihat Gulf menganggukkan kepalanya. Lalu Gulf menyuruh Sib untuk segera mandi, sedangkan dirinya harus berbicara dengan Mew.

Gulf menatap punggung Mew yang sedang sibuk memasak dengan tali apron yang mengitari lehernya. Dulu, Gulf adalah orang yang sangat suka mengikat tali itu ketika Mew bilang bahwa dia akan memasak. Gulf juga yang akan memeriksa rasa masakan Mew sebelum mereka memakan masakan itu, karena Mew tahu kalau dirinya akan meracuni Sib dan Gulf kalau sampai memasak tanpa pengawasan.

"kau tidak bilang akan kesini" Gulf berjalan ke arah kulkas untuk mengambil sebotol air minum dan meminumnya. Mew menoleh ke arah Gulf dan tersenyum. Pria tinggi itu lebih dulu mematikan kompornya sebelum berbalik menghadap Gulf.

"Sib mengirim pesan dan bilang kalau dia rindu Papanya, jadi aku datang" Gulf lupa kalau Sib bahkan sudah bisa mengotak - atik ponselnya. Setelah yakin semuanya matang, Mew meletakkan pancake ke piring, "tapi aku menemukan anak itu sedang cemberut sambil menatapmu yang sedang tidur" Mew kemudian menghampiri kulkas untuk mengambil topping cokelat dan strawberry kesukaan Sib dan Gulf. Pria kecil itu kemudian melangkah mundur begitu melihat Mew mendekat.

"oh, dia punya permen yang ingin dia makan bersamamu. Kau bisa mengantarnya hari ini ke sekolah" Gulf kemudian berlalu setelah meletakkan botol air minumnya di atas meja makan. Meninggalkan Mew di dapur dan berjalan ke arah kamar untuk melihat Sib yang sedang bersiap - siap.

"apa anak Ayah sudah siap berangkat sekolah?" Gulf memiringkan kepalanya untuk melihat ke dalam kamar dan menemukan Sib sedang memakai sepatunya sambil bersenandung, "kenapa senang sekali?" lalu Gulf menghampiri Sib dengan membawakan tas sekolah anak manis itu.

Sib menerimanya, "terima kasih Ayah" dan mengecup pipi Gulf sebagai tanda terima kasih. Mereka kemudian berjalan keluar kamar dan melihat Mew sedang duduk berpangku tangan di meja makan, "terima kasih juga karena Papa sudah membuat sarapan" lalu Sib menarik kursi di samping kursi Mew untuk bisa duduk lebih dekat.

Gulf juga ikut menarik kursi yang ada di seberang dan duduk dalam diam, memperhatikan anaknya yang masih sangat membutuhkan kasih sayang seorang Ayah. Mew tidak menolak ketika Sib menyuapi pancake strawberry miliknya, padahal yang Gulf tahu pria tinggi itu tidak terlalu suka makanan manis.

"Ayah juga harus makan" Sib kemudian beralih ke Gulf dan menyuruh pria kecil itu untuk membuka mulut selebar - lebarnya, "Ayah pintar, aku harus menyuapi Papa lagi jadi Ayah harus makan sendiri"

Gulf tertawa. Seperti apapun rasa sakit yang diberikan oleh Mew, Gulf merasa bahwa dia akan baik - baik saja. Dia bisa bertahan, selama Sib masih berada di sisinya. Gulf tidak perlu siapapun, tidak juga Mew. Pria tinggi itu bebas pergi kemana pun dia mau, asalkan Sib selalu bersamanya.

.

.

Gulf keluar dari taksi tepat di depan sebuah gedung pameran miliknya yang sudah dia bangun selama lima tahun ini. Gedung ini adalah hadiah ulang tahun pernikahan mereka yang khusus diberikan kepada Gulf. Mew tahu kalau Gulf sangat menyukai seni dan karena seni juga mereka bertemu. Seorang pengacara dan seorang seniman bertemu saat mereka sama - sama menyelesaikan pendidikan di Universitas.

Saat itu, Fakultas Mew akan mengadakan seminar dan memerlukan beberapa dekorasi khusus karena tamu penting mereka adalah Rektor Universitas. Jadi, salah satu teman Mew menyarankan agar mereka meminta bantuan kepada mahasiswa Fakultas Seni dan Bahasa. Lalu mereka bertemu, Gulf yang saat itu menjabat sebagai sekretaris organisasi memutuskan untuk turun tangan mendekorasi. Mew yang terpesona saat itu hanya bisa memandang Gulf dalam diam, sesekali pria tinggi itu akan membantu Gulf untuk membawa barang - barang yang mereka butuhkan. Sampai akhirnya, Mew bisa mengajak Gulf untuk menonton tepat di hari ulang tahun pria kecil itu.

"Gulf, kau sudah datang?" Sem adalah kakak tertua Gulf, pria itu yang mengurus gedung ini agar dapat beroperasi secara maksimal. Sem memberikan sebotol air vitamin C kepada Gulf dan meminta adeknya untuk duduk sambil menunggu. Tiga puluh menit lagi, gedung ini akan dibuka untuk pameran umum. Beberapa karya yang ditampilkan adalah karya Gulf yang dia buat di sela - sela waktunya menjaga Sib, sedangkan lebihnya adalah karya orang lain yang menurut Gulf sudah layak untuk ditampilkan di gedungnya setelah memenuhi beberapa syarat pertimbangan.

"terima kasih kak" Sem memberikan laporan bulanan yang sudah sekretarisnya buat untuk Gulf baca, di dalamnya juga ada beberapa hal yang harus Gulf setujui. Jadi Gulf menerimanya setelah menghabiskan air vitamin C pemberian Sem.

"pengunjung yang datang semakin meningkat setiap bulannya" Sem menunjukkan grafik garis yang menunjukkan jumlah pengunjung yang datang ke pameran mereka, "Gulf, apa kau tidak berniat untuk memperbesar gedung ini?" lalu pria itu menatap Gulf dengan ekspresi ingin tahu.

Gulf menutup buku laporannya dan menghela nafas, "aku tidak tahu kak, tempat ini memiliki terlalu banyak kenanganku bersama Mew" lalu pria kecil itu menatap wajah kakaknya sambil tersenyum simpul, "jika aku mengubah setiap sudutnya, maka kenangan itu akan menghilang"

Dan Gulf tidak mau itu sampai terjadi.

Meski pun pada akhirnya, orang - orang yang dicintai dapat berubah...

Setidaknya, kenangan dari mereka tidak bisa berubah.

Itu bagus.

Jadi Gulf bisa menyimpannya di dalam hati.

.

.

Bersambung...

A/n: ada penambahan tokoh di sini, wkwkwk.

Love with Flaws - Mew Gulf ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang