Bagian 6

3.5K 285 7
                                    

Gulf membuka pintu apartemen sambil menggigit roti isi di mulutnya dan terkejut melihat Mew datang pagi - pagi sekali. Pria tinggi itu tersenyum manis seperti yang selalu Mew lakukan, dia juga tidak mengenakan pakaian kerja yang biasanya dia pakai, "karena ini hari libur, aku ingin melihat Sib dan menghabiskan waktu bersamamu"

Sial, Gulf lupa kalau hari ini adalah hari minggu.

"ya, Sib sedang sarapan di dalam" Gulf memberikan akses jalan masuk untuk Mew dengan menggeser dirinya sedikit menjauh dari pintu, tapi pria tinggi itu malah berhenti tepat di depan Gulf untuk menatap pria kecil yang juga sedang menatapnya. Mew menyempatkan dirinya untuk mengusap noda saus yang tertempel di pipi Gulf, "lain kali, makanlah dengan tenang Gulf" kemudian Mew bergegas menemui Sib.

"pria itu benar - benar" Gulf langsung mengikuti Mew setelah pria kecil itu menutup kembali pintu apartemennya. Di meja makan, Sib sudah tertawa riang melihat Papanya datang. Anak itu bahkan langsung memberikan sepotong roti isi miliknya kepada Mew agar pria tinggi itu bisa mencicipi masakan Gulf. Benar - benar sangat paham dengan perasaan Papanya yang sangat rindu masakan Gulf.

"Apa Papa akan seharian di sini dengan aku dan Ayah?" Sib berbicara dengan mulutnya yang penuh. Gulf memberitahunya untuk tidak berbicara dulu sebelum sarapannya habis, tapi Mew malah terus mengajaknya bicara. 

"Papa akan seharian di sini. Papa rindu dengan Sib dan Ayah" dan Gulf hanya bisa memutar bola matanya sambil berdecih, "bolehkan Gulf?" tapi Mew sepertinya menjadi pria yang tidak tahu malu hari ini. 

"terserah" Gulf berucap sambil membawa piring kotornya ke tempat cucian piring, "Sib harus mandi dulu jika mau main bersama Papa" lalu pria kecil itu menoleh ke arah Sib yang baru saja turun dari kursi makannya. 

"siap Ayah" kemudian anak manis itu berlari ke kamar mandi setelah meminta Mew untuk menunggunya. 

Mew menyandarkan dirinya ke sandaran kursi setelah melihat Sib menghilang dari balik pintu dapur. Pria tinggi itu kemudian beralih menatap Gulf yang sedang sibuk mencuci peralatan makan mereka. Sudah lama Mew tidak melihat Gulf dari belakang seperti ini, sudah lama juga dia tidak pernah membantu Gulf mencuci peralatan mereka bersama. 

Sejujurnya, Mew merindukan saat - saat itu. Namun, Mew hanya bisa menertawakan dirinya yang seperti ini.

"Gulf" Mew mencoba membuka suara ketika dia melihat Gulf sudah selesai mencuci dan sedang mengusap tangannya dengan kain, "apa kau bisa menemuiku nanti sore di restoran kita biasa?" 

Gulf menoleh ke arah Mew dan menatap pria tinggi itu dengan bingung, "kenapa harus? Kalau kau ingin mengatakan sesuatu kenapa tidak di sini saja?"

tapi Mew malah menggelengkan kepalanya dan berlalu begitu saja untuk menyusul Sib yang sedang mandi. Mew tahu, Gulf akan datang. Bagaimanapun juga, Mew pernah menghabiskan sepuluh tahun hidupnya bersama Gulf. 

Bersama dengan Gulf dan Sib, Mew tidak akan pernah bosan menghabiskan waktu libur kerjanya di rumah. Berbeda dengan Gulf yang lebih suka untuk menjauh dari Mew dan tidak sedekat dulu. 

Sib sedang sibuk memilih CD film apa yang akan mereka tonton, sedangkan Mew sibuk melihat Sib sambil mengusap rambut anak manis itu. Gulf dari dapur dapat melihat semuanya. Bagaimana Mew mengusap rambut anak mereka dengan sayang, mencubit pipi gembul anak itu sesekali, dan menarik telinganya main - main agar Sib tidak terlalu lama memilih film yang akan ditonton. 

Gulf hanya bisa menghela nafas, bersama ataupun tidak rasanya kehidupan Gulf tidak akan terlepas dari bayang - bayang Mew. Tangan pria kecil itu membuka tutup panci yang digunakannya untuk membuat popcorn dan menuangkan isi popcorn yang sudah matang ke dalam mangkok. Gulf lalu membawa popcorn itu mendekat ke Sib dan Mew yang masih duduk di depan televisi, "masih belum tahu mau menonton film apa?" 

Love with Flaws - Mew Gulf ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang