Bagian 7

3.9K 320 17
                                    

Ploy meremas kedua tangannya dengan perasaan kalut, bertemu dengan Gulf benar - benar membuat Ploy menjadi gelisah. Perempuan itu tahu kalau Gulf bukan orang yang akan memakinya begitu saja, Gulf bukan pria yang akan memukulnya ketika mereka bertemu. Mew mengatakan Gulf adalah pria yang imut dan baik hati, tapi Ploy bukan perempuan yang buta perasaan. Bagaimanapun tegarnya seorang pasangan, pasti dia juga akan tersakiti jika tahu pasangannya ternyata berselingkuh dan bersikap seolah hubungan mereka baik - baik saja.

"aw, kalian sudah datang?" Ploy berdiri dari posisi duduknya begitu melihat Mew dan Gulf berdiri di sampingnya. 

"Ploy, kau juga di sini?" perempuan itu terkejut begitu mendengar suara Gulf yang ramah kepadanya, seperti dugaannya bahwa Gulf adalah pria yang baik.

"em, ya. Ada yang ingin aku dan Mew bicarakan kepadamu" lalu Ploy meminta Mew dan Gulf untuk segera duduk. 

Melihat Mew menarikkan kursi untuk Gulf duduk, membuat Ploy merasa sakit. Mencintai Mew seperti ini sebenarnya sangat menyiksa, tapi Ploy ingin menyimpan cinta yang tak berharga ini dalam - dalam hingga siapapun tidak akan tahu bahwa hatinya telah berhenti kepada Mew sangat lama. 

"jadi, apa yang ingin kalian bicarakan?" Gulf terdengar sangat ingin menyelesaikan permasalahan ini secepatnya, tapi raut wajah Mew mengatakan hal yang berbeda. 

"kami ingin__" 

"biar aku saja" Mew ingin menjelaskan semuanya, tapi Ploy melihat ke arahnya. Meminta Mew untuk tidak mengatakan apapun.

"baiklah, aku akan mendengarkan" Gulf mulai menatap Ploy dengan serius, sorot kedua mata pria kecil itu membuat Ploy menyadari bahwa Gulf masih terluka. Gulf sangat membencinya, sangat  marah kepadanya. 

"aku tahu jika perbuatanku benar - benar kurang ajar" suara Ploy terdengar gemetar, tapi perempuan itu berusaha menutupinya dengan segala cara. Seperti saat dia sedang syuting, maka semua perasaan yang dimilikinya saat itu harus disembunyikan agar syutingnya dapat berjalan lancar, "aku minta maaf" lalu perempuan itu memilih untuk menundukkan kepalanya.

.

.

Mew memarkirkan mobilnya di halaman rumah Phoom, dari kejauhan anak manis itu sudah menunggu jemputan dengan wajah cemberut. Sib bahkan mengabaikan Phoom yang menawarkannya berbagai macam cemilan yang dibeli anak berponi itu agar bisa menghilangkan rasa kesal Sib. 

"hai sayang" Gulf muncul tiba - tiba dan membuat Sib berteriak senang, "maaf karena Ayah menjemputmu sangat lama" lalu Gulf mengedipkan sebelah matanya kepada Phoom sebagai tanda terima kasih.

"Ayah dan Papa kenapa lama sekali? Aku dan Phoom sudah selesai belajar daritadi" setelahnya Sib kembali cemberut. Phoom lagi - lagi menawarkan cemilan kepada Sib, namun kali ini anak manis itu menerimanya dan mengatakan terima kasih.

Phoom sampai merona.

"Ayah dan Papa ada urusan yang sangat lama selesainya, ayo Sib harus berpamitan dengan Phoom karena Papa sudah menunggu di mobil" Sib menganggukkan kepalanya, mengambil semua cemilan yang ditawarkan Phoom tadi dengan tangannya yang kecil.

"Phoom, aku pulang dulu ya. Ingat, kau harus mendengarkan bibi Ahn. Jangan pilih - pilih makanan atau kau akan mati kelaparan" setelah itu Sib tersenyum lebar kepada Phoom.

"iya, Sib. Paman hati - hati di jalan" Phoom mengantarkan Sib dan Gulf ke mobil yang terparkir di halaman rumahnya, "hai paman Mew" lalu menyapa Mew yang sedang murung di dalam mobil.

"Phoom tolong jaga diri baik - baik, Papa dan daddy mu pasti khawatir meninggalkanmu sendirian di sini" Gulf mengusap rambut Phoom dengan sayang, cukup membuat rindu Phoom kepada orang tuanya berkurang. 

Love with Flaws - Mew Gulf ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang