Bagian 8 - TAMAT

6K 374 42
                                    

Mew P.O.V

Hari ini adalah hari pertama Sib masuk ke sekolah Menengah Pertama dan Gulf datang ke pengadilan untuk menjemputku agar aku bisa makan malam bersama mereka di apartemen milik Gulf. Aku tidak tahu kapan, tapi sudah lama aku tidak mampir ke sana. Sejak Gulf mengajak Sib ke Pattaya, aku tidak pernah bertemu mereka lagi.

Aku merapikan jas kerjaku begitu keluar dari ruang sidang, mencoba melihat ke sana ke mari untuk mencari keberadaan Gulf dan aku lihat, pria itu sedang duduk menungguku di kursi taman "aku benar - benar merindukannya" lalu aku berlari untuk menghampiri Gulf agar bisa lebih cepat melihat wajahnya. Jujur saja, Gulf adalah satu - satunya orang yang membuat aku merindu selama beberapa tahun ini.

Tapi setelah aku hampir sampai dan ingin berteriak memanggil pria itu, tiba - tiba kakiku terhenti. Melihat Gulf dari belakang seperti ini benar - benar membuatku senang sekaligus sedih. Aku bisa melihat kehampaan di sisinya tapi aku juga bisa melihat bahwa dia terlihat tenang dengan bahunya yang bergerak naik dan turun secara perlahan.

Aku jadi penasaran.

Apa selama beberapa tahun tidak bertemu, Gulf hidup dengan bahagia?

Lalu aku memberanikan diri untuk memanggilnya dan Gulf menoleh ke belakang untuk melihatku. Dia tersenyum kepadaku, melambaikan tangannya dan menyuruhku untuk mendekat.

Kenapa beberapa tahun tidak bertemu, Gulf masih terlihat sama saja?

Setelahnya, aku menyadari bahwa aku tak bisa meninggalkannya. Tak peduli seberapa sulit masalah yang kami hadapi, seharusnya aku bisa mempertahankan Gulf di sisiku. Seharusnya aku tidak menyerah pada hubungan kami hanya karena pengalaman sakit hati yang memilukan.

"Hai, P'. Apa sidangmu sudah selesai? Maafkan aku yang mengganggu tapi Sib terus memintaku untuk membawamu ke apartemen"

Bagaimana bisa aku lebih menyukai sakit hati seperti ini, padahal Gulf adalah satu - satunya orang yang aku cintai.

"apa Sib masih cengeng? Aku benar - benar merindukannya" aku mencoba menetralkan suaraku tapi tetap saja terdengar gemetar. Gulf menatapku dengan kerutan di keningnya, tapi tak berapa lama pria itu tersenyum dan mengajakku untuk segera ke apartemen.

Haruskah aku kembali ke masa lalu?

Aku dan Gulf berjalan bersama sambil berpegangan tangan dan tersenyum ceria, tapi yang sekarang kami lakukan hanya berjalan tanpa banyak bicara. Jalanan yang kami lalui dulu rasanya sangat ramai karena ocehan Gulf yang tidak pernah berhenti, tapi jalanan yang kami lalui saat ini sangat sunyi. Aku tidak tahu jika setiap langkah yang ku ambil dulu membawa kami ke perpisahan.

"hari ini biar aku saja yang menyetir, aku sudah mendapatkan SIM di Pattaya" Gulf memamerkan SIM barunya kepadaku setelah dia keluarkan dari dompetnya. Bahkan foto yang berada di dompetnya masih tidak berubah, masih ada aku diantara mereka.

Gulf, bagaimana bisa dirimu?

aku jadi merasa ingin menangis.

Jadi aku membiarkan Gulf menyetir mobilku.

Selama perjalanan, aku bisa melihat Gulf diam - diam melalui ekor mataku. Aku bersyukur karena dia terlihat baik - baik saja meski badannya tak berisi seperti dulu. Sepertinya Gulf kehilangan berat badan sejak merawat Ibunya yang sedang sakit. Pasti dia sangat kelelahan, seharusnya aku berada di sisinya saat itu.

Mew, bagaimana bisa kau berpikir seperti itu?

Aku meremas tanganku untuk mencoba menahan perasaan. Padahal cinta kami dulu begitu dalam sedalam lautan, lalu dengan bodohnya aku membuat cinta Gulf menjadi kering dan itu menjadi alasan perpisahan kami. Sebenarnya aku masih memiliki cinta itu sampai sekarang, tapi apa gunanya jika Gulf sudah tidak mencintaiku lagi.

Tanpa sadar air mataku mengalir ke pipi, aku langsung menoleh ke arah jendela agar Gulf tidak mengetahuinya, "pemandangannya sangat indah" aku bergumam tapi Gulf meresponku dengan baik.

"aku tahu P' sangat jarang melihat pemandangan seperti ini jika menyetir, jadi aku membantu P' " lalu Gulf tersenyum kepadaku.

Gulf, ku mohon jangan melihat ke arahku agar aku bisa menangis.

"aku tidak ingin P' sedih karena aku dan Sib. aku ingin P' hidup bahagia dengan kehidupan P' yang baru"

Aku tersenyum miris.

.

.

Sib memelukku erat begitu dia melihatku berdiri di depan pintu bersama Gulf, "Papa!" lalu berteriak. Aku hampir saja terjatuh, tapi Gulf dengan cepat memegang lenganku dengan kuat. Cukup kuat untuk menguatkan hatiku agar terlihat bahagia di depan mereka.

"kau sudah besar Sib, mana ada jagoan yang memeluk Papanya seperti itu" Sib dengan tidak tahu malu malah mencium kedua pipiku dengan tersenyum lebar. Aku senang melihat Sib tumbuh dengan baik seperti ini, "apa Ayah memberimu makan dengan baik?"

Aku bercanda, tapi Gulf mencubit pinggangku dengan kuat "Ayah selalu marah padaku Papa, aku bahkan tidak boleh main di sawah!" Sib mengeluarkan protesnya tepat di depan pintu tanpa menyuruhku dan Gulf untuk masuk lebih dulu.

"itu bagus, kau akan digigit lintah jika bermain di sawah" itu bukan aku, tapi Phoom yang menyusul kami. Anak itu terlihat semakin tinggi dan gagah, berbeda saat dulu dia masih kecil. Badannya sangat kurus dan lemah, "salam, Paman. Sudah lama tidak bertemu"

Aku tersenyum "kau terlihat baik - baik saja, apakabar Daddy dan Papamu?" lalu aku mencoba berbasa basi.

"mereka tidak berubah, Paman. Masih suka meninggalkan aku" Phoom menundukkan kepalanya dan Gulf mengusap kepala Phoom dengan lembut, "tapi Paman Gulf menemaniku selama ini"

Gulf tertawa, kemudian mengajak kami semua untuk masuk ke dalam, "aku sudah meminta Sib dan Phoom untuk menjaga makanan ini agar tetap hangat sampai P' tiba" aku melihat ke arah meja makan yang sudah penuh dengan makanan,

tapi kenapa semuanya adalah makanan kesukaanku?

"aku meminta Ayah untuk memasak makanan kesukaan Papa, aku tahu Papa sangat rindu masakan Ayah" Sib mendekat kepadaku untuk memeluk lenganku dengan manja. Cukup manja hingga membuatku terharu dan ingin menangis lagi, "aku tahu Papa juga rindu dengan Ayah" dan anak itu kemudian berbisik.

Aku tersenyum, "terima kasih" dan mengucapkan terima kasih dengan gerakan mulut tanpa suara.

"karena ini adalah makanan kesukaan P' jadi P' harus menghabiskannya bersama kami!" Gulf kemudian berjalan ke arah meja makan dan membagikan makanan ke dalam beberapa piring yang sudah tersedia di meja makan.

Phoom yang melihat kebersamaan keluarga ini lagi kemudian berjalan ke arah ruang tamu dan mengambil sesuatu dari dalam tasnya, "karena sudah berkumpul, ayo kita foto bersama" lalu menunjukkan sebuah kamera kepada kami.

Aku tahu, cinta itu sudah tidak ada.

Aku tahu, jika hubungan kami ke depannya hanya akan ada karena Sib.

Tapi aku senang,

Terima kasih telah datang dan menjadi bagian dari hidupku.

"fotonya bagus, aku akan memajang foto ini di ruang tamu kita!!"

Foto ini, akan menjadi saksi bahwa Gulf pernah menjadi orang terpenting dalam hidupku dan selamanya akan seperti itu.

FIN

Love with Flaws - Mew Gulf ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang