Pukul 21.00, Ara baru saja sampai di kontrakannya. Hari ini ia sangat lelah. Tadi di tempat kerjanya sangat ramai. Jadi, ia harus pulang telat.
Banyak kejadian yang tidak ia bayangkan sebelumnya. Pertemuan dengan Raka. Membuat luka yang sudah mulai tertutup, kini terbuka lagi. Rasa perih itu masih terasa di dalam dadanya. Saat ia mencoba menutup luka itu secara perlahan. Kenangan itu datang dan kembali membuka luka yang sangat menyiksanya.Ara membuka jendela kamarnya. Kemudian, menatap langit yang sangat indah pada saat malam hari. Beruntung. Langit tidak pernah kesepian, langit tidak pernah sendirian. Ada jutaan bintang yang selalu menemaninya. Ada sang bulan yang selalu setia. Tidak seperti dirinya, yang hanya hidup sendirian. Berjuang sendirian.
Angin malam menyapu wajah Ara. Sangat dingin. Jika ia boleh meminta. Ia meminta kepada sang angin, ia menitipkan rindu untuk Ibunya.
***
Sepertinya hari ini langit sedang bersedih. Di atas sana, awan hitam seakan sudah tidak mampu lagi memikul bebannya. Rinai hujan mulai turun membasahi bumi. Ara sudah siap dengan pakaian sekolahnya. Sebelum berangkat, ia menatap hujan yang kini mulai deras.
Ia berharap, ia akan baik-baik saja ....
Ia tidak boleh takut ....
Ya, ia akan mencobanya ....
Sebenarnya Ara tidak takut hujan. Ya, jika hanya gerimis saja. Ia masih bisa baik-baik saja. Tetapi, jika hujan itu sangat deras. Ara akan merasa ketakutan, tubuhnya bergetar. Tidak! Ia tidak benci hujan! Hanya saja, ia tidak suka suara hujan yang sangat deras! Baginya, suara itu sangat menakutkan.
Flashback on
Malam itu hujan turun sangat deras. Angin kencang serta suara petir, membuat gadis kecil yang kini meringkuk memeluk tubuhnya itu bergetar hebat. Ya, dia Arasya Gabrellia Putri. Duduk di depan rumahnya seorang diri. Dengan teganya Papanya menyuruh Ara tidur di luar saat cuaca sedang seperti ini. Di mana hati nurani laki-laki itu?
Apakah hatinya terbuat dari batu?Ara terus memeluk tubuhnya sendiri sembari menangis. Ia ketakutan. Ia kedinginan. Di saat seperti ini. Ia butuh pelukan kedua orang tuanya. Ia ingin seperti mereka, tidur bersama orang tua sembari diceritakan dongeng yang sangat indah. Ia ingin sebelum tidur, dikecup keningnya. Ia ingin diucapkan 'Selamat malam, selamat tidur, anakku sayang'. Tetapi, itu hanyalah hayalan yang mungkin tidak akan pernah tersampaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
L I E S
Teen Fiction( MAAF TYPO BERTEBARAN, REVISI KALAU UDAH SELESAI! ) Arasya Gabrellia Putri, gadis malang dengan segala kenangan yang sangat kejam, suram, menyakitkan. Kini ia harus memulai kehidupan barunya dan meninggalkan segala kenangannya. Kebohongan demi kebo...