Black Swan
Diikuti rasa takut sekaligus penasaran, Kayla mengikuti kemana perginya orang itu. Termasuk mengikuti orang itu untuk masuk kedalam panti asuhan yang lumayan besar. Panti asuhan itu tidak terlalu ramai, mungkin karena sedikitnya anak-anak yang ada disana atau mungkin karena luas dari panti asuhan ini. Ia juga tak tahu.
Ia sedikit heran. Bagaimana mungkin orang dengan perawakan seperti preman itu memasuki panti asuhan? Tampangnya saja sangar. Rambutnya berwarna mettalic dengan area rambut dekat kulit kepala berwarna hitam. Di kedua telinganya dan di sisi hidungnya terdapat piercing.Ia kemudian menuju lorong yang kemudian terdapat pintu yang sangat besar. Perasaannya tak menentu. Sebenarnya tinggal sedikit lagi ia akan mengungkap sebuah fakta. Namun, ia takut. Bagaimana jika ia ditipu oleh orang ini? Bagaimana jika ternyata yang ia temui adalah sekelompok preman yang ingin menyanderanya? Pikiran itu segera ia tepis jauh-jauh. Karena setelah orang itu membuka pintunya, yang ia temui malah rumah mewah dengan aksen antik. Tidak ada sekelompok preman. Tidak ada benda tajam atau senjata apapun. Mungkin istilah 'don't judge book by its cover' harus ia yakini.
"Kau tunggu sini dulu," ucap orang itu dengan nada datar. Bahkan dapat dikatakan tanpa nada. Orang itu kemudian menaiki tangga melingkar itu entah kemana.
Apalagi yang dapat Kayla lakukan selain menuruti orang itu. Ia melihat rumah itu. Terlihat mewah seperti rumahnya dulu. Terdapat lukisan-lukisan mahal di tiap dinding. Juga terdapat sofa yang sangat nyaman. Bahkan ia juga tidak ditawari duduk oleh orang itu.
"Maaf, nona. Ini bukan tempat sembarangan," suara itu mengagetkan Kayla saat ia sedang asik melihat-lihat ruangan itu. Ia kemudian mengarahkan matanya kepada orang yang menginterupsinya tadi.
Ada yang aneh. Mengapa ia seperti pernah melihat orang itu? Ia mencoba mengingat-ingat siapa orang itu.
"Lo- ...Kayla, kan?" tanya orang itu sambil mengangkat alis. Sepertinya orang itu juga mengetahui siapa dirinya.
Ia akhirnya mengetahui siapa orang itu, "dan lo.. Josh, kan?" Akhirnya ia ingat siapa orang itu. Teman sekaligus sahabat saat ia masih tinggal di Amerika dulu.
"Long time no see, Kay. Akhirnya ketemu juga sama lo. Kapan sampe kesini?" Josh berjabat tangan dengan Kayla untuk pertama kalinya setelah sekian lama.
"Ehm.. ya... Kemarin. Kemarin gue baru sampai sini," jawab Kayla, "lo tinggal di sini?"
"Enggak. Tapi kok lo ada di sini? Lo gak tau ini tempat apa?" tanya Josh berentetan.
Kayla semakin dibuat bingung sebelum sebuah suara pria paruh baya menginterupsi mereka berdua, "Welcome to Black Swan, Kayla."
Ia yakin pernah mendengar suara itu. "Tuan David Kim. Bagaimana-..." suara Kayla lenyap seolah ditelan udara di sekitarnya. Ia bingung harus menanggapi bagaimana.
Kemudian terdengar tawa menyambutnya, "Kau masih mengingat ku rupanya. Apa kau juga masih mengingat sabuk hitam taekwondo mu?" dulu Kayla memang pernah mengikuti taekwondo, bahkan hingga sabuk hitam. Dan David Kim merupakan gurunya dulu.
"Of course, Master*. Apa kau ketua kelompok Black Swan? Tell me about my Dad, please." ucapnya dengan tenang dan datar seperti biasa.

YOU ARE READING
Don't Flashback
Novela Juvenil- recollection of memories - ••• Anganku ingin melupakanmu, Namun kenanganmu selalu ada dihatiku, Aku tak ingin kita bertemu, Tetapi jika Tuhan ingin kita bersatu apalah dayaku? ••• Selepas kejadian mas...