Breathing you in when I want you out
finding our truth in a hope of doubt
lying inside our quiet drama
Wearing your heart like a stolen dream
opening skies with your broken keys
no one can blind us any longer
We’ll run where lights won’t chase us
hide where love can save us
I will never let you go
(Zedd-Spectrum ft. Matthew Koma)
“Wohhooo.. Breathing you in when I want you out finding our truth in a hope of doubt lying inside our quiet drama…”
Mobil SLK berwarna ‘white pearl’ melaju dengan kecepatan 120km/jam di jalan tol yang terlihat sepi karena waktu sudah menunjukkan pukul 1 subuh. Gadis dalam mobil itu sengaja membuka atap mobil sehingga rambutnya berkibar karena angin, musik di dalam mobilnya sengaja di putar dengan volume keras. Gadis itu mengendarai mobil berpintu dua itu dengan kencang, menyelip setiap mobil yang hendak menghalangi jalannya.
Gadis itu terus memutar music beat agar semangat mengendarai mobil di tengah malam ini. Gadis ini menyetir menuju suatu kawasan elite, saat hendak melewati satpam di depan gerbang perumahan gadis itu segera mengecilkan volume music-nya. “Hai pak!” sapanya dengan semangat.
“Eh malem non Elisa, kok jam segini baru pulang?” tanya seorang satpam itu sambil memberikan salam dengan tangan di depan kepalanya. Kebiasaan yang sudah lekat dari setiap satpam di perumahan ini untuk membungkuk dan memberikan salam berupa hormat pada setiap menghuni perumahan ini.
“Ia nih pak, abis kerja kelompok…” kata Elisa enteng sambil menginjak gas lagi melewati gerbang. Segera dia menyetir mobil itu menuju rumahnya. Sesampainya di depan pager putih menjulang tinggi dengan halaman luas juga air mancur di tengah-tengahnya, Elisa segera menekan klakson mobilnya. Sehingga pagar itu terbuka otomatis. Elisa segera memasuki pager dan memarkirkan mobilnya di depan pintu besar berwarna putih itu.
Segera dia menekan tombol untuk menutup kembali atap mobilnya, lalu segera keluar dari mobil. Elisa meraih tas ranselnya dan segera memasuki rumah. Saat Elisa mendorong pintu besar itu, jantungnya seperti mau copot saat melihat sosok wanita yang sudah mengenakkan piama berdiri tepat di depan pintu.
“Kemana aja kamu?!” seru wanita itu pada Elisa. Elisa yang mulanya kaget tidak menggubris pertanyaan wanita itu. Dia malah terus jalan dan menaiki anak-anak tangga. “Elisa Bernard!!!!” seru wanita itu lagi dengan tatapan membunuh.
Elisa berhenti, “mama gak usah ikut campur urusan aku!” serunya kemudian segera berlari menuju kamarnya.
“Elisa! Mama belum selesai bicara!” seru wanita itu lagi sambil berjalan menaiki anak tangga untuk menghampiri kamar Elisa.
Sesampainya di kamar, Elisa segera membanting pintu kamarnya lalu menguncinya. Wanita itu mengetuk-ngetuk pintu berwarna putih itu agar segera dibuka. “Elisa kamu dengar mama gak?!” serunya lagi, “Elisa jawab mama!!” wanita itu menghela nafas sejanak mengelus dadanya perlahan. “Baiklah Elisa, kalo itu mau kamu. Jangan harap kamu akan dapet uang jajan!” serunya lalu pergi meninggalkan kamar Elisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss The Rain
أدب المراهقينElsa harus menerima kenyataan saat dirinya bisa melihat lagi, satu-satunya lelaki yang ingin di lihatnya sudah berbaring di peti berwarna putih. Kanker itu telah menggerogoti seluruh tubuhnya yg kekar itu, sekarang hanya kulit dengan tulang yang ter...