• Surat Misterius

110 12 8
                                    

Dimalam hari setelah Rey mendapatkan surat misterius tersebut.

"Apa sih maksudnya nih surat? Terus pengirimnya cuma nulis 'dariku, yang mengagumi mu dari jauh', gamungkin ini dari perempuan, pasti Devan lagi ngerjain gue nih," Rey tidak mengerti lagi dengan isi dari surat misterius tersebut,

Rey mencari telepon genggam nya, saat sudah ketemu, tanpa basa-basi lagi ia langsung menghubungi Devan.

Tutt.. Tutt.. Tutt..


Tutt.. Tutt.. Tutt..

Panggilan yang anda tuju, sedang tidak aktif, silahkan mencoba lagi...

Disatu sisi, Devan sedang tertidur pulas, sehingga ia tidak mendengar kalau Rey menelponnya.

"Yahelah, kok ga diangkat sih," Rey masih penasaran dengan surat misterius itu,

Seharian Rey memikirikan isi dari surat tersebut. Sembari merebahkan dirinya di kasur, Rey juga membolak-balikkan surat tersebut, berharap ia menemukan pesan lain yang terdapat disurat tersebut.

"Dahlah capek.. mending tidur aja.. besok gue coba tanya Devan deh," Rey pasrah karena belum dapat memecahkan isi dari surat tersebut,

**

Keesokan harinya, hari kedua setelah Rey duduk di kelas 3 SMA. Seperti biasa Rey sudah bersiap-siap, ia sedang sarapan pagi bersama ibunya dan adik-adiknya.

"Kemarin surat dari siapa Rey?" Tanya ibu penasaran dengan pengirim dan isi dari surat yang dikirimkan kepada Rey.

"Gatau mah, paling dari orang iseng," jawab Rey sambil memakan sosis kesukaan nya,

"Itu cuma alasannya Kak Rey, Mah.. bilangnya gatau, padahal sih dari pacarnya," Laura sambil tertawa sambil meledek Rey,

"Mana ada yang mau sama Kak Rey, Ra," sambung Launa melirik ke Laura sambil menahan tawanya,

Seketika Rey berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Launa dan Laura yang sedang makan di depannya.

"Adik-adikku sayang, kakak itu gapunya pacar, kalau kalian ga pengen dijewer telinganya, selesaiin makanan kalian. Kalau engga, nanti kakak bisa kena hukum lagi disekolah. Kalau kakak kena hukum, kalian nggak kakak bikinin es krim lagi," Rey dengan suara yang pelan dan setajam silet, sambil menjewer adik-adiknya dengan perasaan lembut,

Ibu Rey yang melihat kejadian itu hanya tersenyum melihat tingkah laku anak-anaknya.

"Iya kak," sahut Launa dan Laura bersamaan sambil menahan tawanya,

Kringg... kringgg...

Dari luar terdengar suara lonceng dari sepedanya Devan. Menandakan Devan sudah siap berangkat.

Kringg... kringg...

"Ayo, Re," Devan sambil teriak dan membunyikan lonceng sepedanya,

Rey, Launa dan Laura keluar dari rumah dan sudah bersiap untuk berangkat sekolah. Tidak lupa mereka pamit kepada ibunya.

"Kita berangkat dulu mah."

My Dream!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang