Prolog

25 3 0
                                    

Suara dentuman keras terdengar kembali dari lantai bawah. Teriakan dan tamparan menjadi penghias untuk sore ini yang sangat menyakitkan. Nana menenggak kembali pil penenang yang belakangan ini sering ia gunakan. Menelungkup kepala nya dilutut dan bersembunyi di samping lemari pakaian, mungkin akan sedikit lebih baik dan menghilangkan suara yang sangat ia benci yang selalu didengarnya

"APA YANG SEBENARNYA KAMU MAU, MAS?!! SAYA SELALU SABAR NGADEPIN KAMU YANG SELALU SEENAKNYA!!!!" teriakan yang diiringi tamparan itu terdengar jelas sampai ke telinga Nana, ia semakin merapatkan diri ke tembok dingin kamarnya.

Nana takut bahkan sangat ketakutan, gadis yang baru menginjak kelas 2 smp harus menyaksikan perdebatan yang tidak seharusnya ia dengar. Tubuh Nana bergetar hebat, menangis dalam diam di samping lemarinya. Meratapi semua kehidupan yang harus ia jalani dengan menyakitkan.

Kenapa semua menjadi seperti ini? Papa yang sangat ia banggakan karena lemah lembut sekarang berubah menjadi seorang monster yang selalu menghantui nya. Keributan seperti ini sudah sangat lazim Nana dengar beberapa bulan terakhir. Papa nya yang sudah tergoda dengan wanita lain membuat keretakan di dalam rumah ini.

Dulu, papa selalu mengucapkan bahwa ia sangat mencintai mama dan tidak akan meninggalkannya demi perempuan lain, namun ternyata takdir berkata lain. Sekarang papa selalu mengutamakan perempuan sialan itu yang sudah merebut kebahagian keluarga mereka. Entah siapa perempuan itu yang jelas Nana akan sangat membenci nya sampai kapan pun.

Saat sudah tidak mendengar suara keributan di bawah. Perlahan Nana mulai keluar dari persembunyian nya dan berjalan pelan menuju tangga dengan kaki yang gemetar. Belum habis anak tangga itu, pandangan Nana terpaku kepada kejadian di bawah sana.

'DORR!!!'

Suara pistol terdengar nyaring di telinga nya, ia menatap lurus kepada jasad yang telah tergeletak tak berdaya di lantai dengan darah yang terus mengalir dari dada sang mama.

"MAMA!!"

Pria yang memegang sebuah pistol di tangan kanan nya, terlepas begitu saja di lantai, kaki nya melemas melihat apa yang ia lakukan sudah sangat di luar kendali. Papa berjalan mendekat ke arah Nana dengan wajah yang sangat menyesal. Ia menatap jasad istrinya yang sudah tidak bernyawa dengan sangat terpukul.

Suara tangisan dari anak semata wayang mereka membuat ia semakin menyesali perbuatan nya.

"Na!"

Nana menepis tangan papa yang ingin menyentuhnya, ia tidak ingin di sentuh dengan seorang pembunuh yang telah membunuh mama di depan mata kepala nya sendiri.

Nana menggeleng pelan menatap papa nya dengan mata yang masih berlinang air mata. Ia tidak habis fikir dengan apa yang papa nya lakukan. Buru-buru ia lari ke atas menuju kamar miliknya dan menutup pintu dengan kencang.

Menutup telinga rapat-rapat untuk sekarang dan selamanya.














****
Jangan lupa Vote dan Comment 💙

amfivoliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang