"PRANK!!!!!!!"
suara pecahan kaca yang begitu nyaring terdengar hingga ke telinga nya. Zavina yang sedang tertidur buru-buru bangun dan keluar kamar untuk melihat apa yang sedang terjadi.
"kamu kenapa tega mas? aku ngeliat kamu jalan sama perempuan itu!". Mama menangis di depan papa yang hanya terdiam. Zavina hanya terduduk di tangga sambil memperhatikan kejadian tersebut.
"aku cuma nemenin Tere yang baru pulang dari Belanda! aku ga ada apa-apa sama dia!" ucap papa dengan wajah kesal.
"kamu bohong! aku ngikutin kamu dari bandara sampai kamu masuk ke sebuah hotel! itu apa maksudnya mas? APA?!"
"PLAK!!!"
suara tamparan yang sangat kuat membuat Zavina meneteskan air mata. ia melihat mama nya yang sudah menangis tersedu-sedu dengan memegang pipi yang baru di tampar oleh papa. Zavina buru-buru turun ke bawah dan mendorong papa nya hingga terjatuh.
"Papa jahat banget sama Mama! kenapa papa nampar mama sampai sekenceng itu?!!" Ucap Zavina dengan wajah marah nya dan memeluk mama nya yang semakin menangis. Papa semakin terpancing emosi nya pun menarik Zavina kasar dan memasukkan nya ke dalam kamar mandi dengan dorongan yang kuat sehingga kepala Zavina terbentur keras, Papa semakin membenturkan kepala Zavina ke dinding sehingga membuat Zavina tidak sadarkan diri. Papa menaruh nya di bath up dan menyalakan keran hingga penuh dan menenggelamkan Zavina.
"MAS BUKA! JANGAN GILA KAMU! ITU ANAK KITA, MAS!" gedor Mama dengan suara kencang.
Papa hanya terdiam sambil memperhatikan tubuh Zavina di dalam Bath up yang sudah terisi setengah air. "MAS!!!!! BUKA PINTU NYA! JANGAN JADI PENJAHAT KE ANAK KAMU SENDIRI!".
Papa membuka pintu kamar mandi saat air sudah menutupi seluruh tubuh Zavina. Buru-buru mama memasuki kamar mandi dan melihat anak kesayangannya tenggelam di dalam bath up dengan keadaan tidak sadarkan diri.
Zavina terbangun dengan nafas yang terenggah-enggah. Ia pun mengecheck seluruh tubuh nya, ternyata tidak ada luka apapun di sana. Ia menghela nafas panjang, ternyata hanya mimpi. Namun mimpi itu terasa nyata, ia menangis jika mengingat kejadian yang pernah ia alami saat masih kecil dulu. Zavina melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul 18.30, suasana kamarnya sangat gelap karena lampu yang belum menyala dan langit yang sudah membiru.
"Vin, mau ikut ga?" ucap seseorang sambil membuka pintu kamar nya yang membuat cahaya dari luar kamar menerobos masuk. Chio menyalakan lampu dan menatap Zavina yang masih berlinang air mata. Chio berlari kecil menghampiri sepupu nya itu dan merengkuhnya masuk ke dalam dekapan.
"kenapa? mimpi buruk lagi?" Ucap Chio sambil mengelus kepala Zavina pelan. mimpi buruk yang selalu di ucapkan Chio adalah kejadian yang pernah di alami Zavina dulu, ia sengaja menggunakan istilah itu agar tidak terlalu menyinggung perasaan Zavina.
zavina mengangguk dan sesekali mengusap air mata nya. "udah jangan nangis lagi, itu kan cuma mimpi dan gue pastiin kalo lo ga akan ngalamin hal itu lagi, gue akan selalu lindungin lo" ucap Chio semakin mendekap Zavina di dalam rengkuhannya.
"Yo! janji sama gue kalo lo ga akan bawa gue ke oma!"
********
Chio memasuki perkarangan rumah dengan motor kesayangannya. Memarkirkan di garasi dan masuk ke dalam rumah besar tersebut. Di dalam hanya ada lukisan dan pajangan foto yang sangat banyak di setiap sudut. Dan rumah ini sangat banyak kenangan yang pernah ia alami dulu bersama orang-orang yang ia sayangi. Di tengah ruang tamu, terpampang jelas sebuah foto besar yang di dalam nya terdapat dirinya dan Zavina serta keluarga besarnya. Sangat lama sekali kebahagiaan itu ia rasakan yang sekarang mungkin sudah sangat jarang ia temui. ia menatap lama foto tersebut dan merasakan kembali kehangatan yang pernah ia rasakan.
"ihhh Iyo! jangan peluk-peluk ihhh! aku ga suka!" ucap Zavina sambil berusaha untuk melepaskan pelukan Chio. Bukannya melepaskan, Chio malah mempererat pelukannya dan mencium pipi Zavina. Zavina teriak dan mengejar Chio yang sudah lari menjauhi nya.
Zavina yang memang tidak suka di perlakukan seperti itu akhirnya mengadu kepada oma. "oma,masa tadi Nana di cium sama Iyo terus di peluk juga, kan Nana gasuka di peluk-peluk gitu, oma!" adu Zavina dengan muka kesal dan memanyunkan bibirnya. Oma hanya tersenyum dan mengelus kepala Zavina. "gapapa dong, kalau seperti itu berarti Iyo sayang sama kamu" ucap Oma. Zavina menggeleng keras yang membuat rambut kuncir dua nya bergoyang
"Nana gamau di sayang sama Iyo! Iyo jahat tau, Oma! dia tuh sering banget usil sama Nana. Nana kan jadi kesel!" ucap Nana dengan memanyunkan bibir namun kemudian tersenyum. "Nana maunya di sayang sama Oma, Mama, dan Papa. gamau kalo sama Iyo!" Ucap Zavina dengan tersenyum lebar.
Chio melangkah secara diam-diam dan mengejutkan Zavina hingga boneka nya terjatuh. Zavina berbalik badan untuk memarahi Chio, namun saat memutar badan ia malah di peluk oleh Chio sangat erat. Zavina memberontak berusaha untuk melepaskan, namun karena tubuh Chio yang besar membuat Zavina terkalahkan.
Chio tersenyum simpul saat mengingat kejadian itu, Zavina yang dulu sangat anti dengan pelukan namun sekarang sangat membutuhkan pelukan dari orang-orang di sekitarnya. Zavina yang dulu sangat membanggakan papa nya namun sekarang mungkin rasa bangga itu telah menghilang.
"Iyo! sejak kapan kamu datang?"
Chio membalikkan badan dan menatap oma yang sedang berjalan pelan ke arah nya. Buru-buru ia menghampiri oma dan memeluknya erat. Menangis dalam pelukan oma untuk menumpahkan rasa rindu nya terhadap kenangan yang pernah ia rasakan dulu.
"Iyo kangen keluarga kita yang dulu, Oma!"
******
see you when i see
jangan lupa untuk selalu jaga kesehatan gais
luv me
KAMU SEDANG MEMBACA
amfivolia
Teen Fiction"Ya aku memang tidak waras seperti kalian. Aku terlalu banyak menghayal dan melupakan dunia nyata! Memangnya salah jika Aku lebih menyukai dunia ku sendiri daripada harus bergabung dengan dunia kalian yang sangat menyakitkan?. Bahkan orang seperti k...