Bagian 1

78 1 0
                                    

"BUNDA.. Dasi Abang mana?" Teriakan dari lantai dua itu memecah kesunyian.

"Cari di laci lemari, Abang" teriakan yang tak kalah kencang terdengar dari arah dapur.

"Gak ada Bunda, udah aku cari"

" Cari yang benar"

"Aku udah cari yang benar Bunda tapi gak ada"

"Gimana mau ketemu kalau Abang dari tadi cuma main hp tapi gak di cari"

" Aku cari bunda"

" Yaudah turun sini sarapan, nanti bunda cariin"

Teriakan itu berhenti. Sunyi sejenak, hingga suara seseorang menuruni tangga terdengar.

" Sarapan cepat, gak usah main hp terus. Kamu tuh gak malu apa sama Adek mu, udah besar tapi barangnya gak bisa di atur sendiri" Anya kembali mengomel, Omelan yang sama setiap harinya.

"Ya kan Amber  cewek Bun, aku kan laki" Bian membela diri. " Pagi Dek"  Bian mengusap kepala Amber dan duduk di samping Amber.

" Hmm." Amber merapikan rambut dan melanjutkan sarapannya

"Alasan, jangan ganggu Adek mu, Bunda ke atas dulu cari Dasi mu.

Amber memperhatikan Anya yang yang menaiki tangga. Setiap pagi, Amber menjadi saksi bagaimana Bunda Anya akan mengurus keperluan sekolah Abangnya yang sudah Gede. Teriakan-teriakan tadi juga sudah seperti alunan musik saat pagi kecuali hari libur.

Dasar tak tau malu pikr Amber melirik Abangnya yang menikmati sarapan Nasi goreng.

Beberapa saat kemudian, Anya turun dengan senyum dan tangan yang bersembunyi dibelakang. Amber mengernyit, ah dia tau apa yang akan di lakukan Bundanya.

" Uhukk Astagfirullah . Bunda mau bunuh anak ganteng Bunda ya?"

"Rasain" Amber tersenyum melihat Abangnya tersedak akibat bundanya yang tiba-tiba mengikat dasi ke leher Abang nya yang masih mengunyah.

"Iya rasain, tos dek" Anya dan amber melakukan tos dengan kepalan tangan.

"Oh gitu ya, emang Bunda gak pernah sayang sama Abang" Bian memasang dasinya dengan muka cemberut

Oh, mulai lagi dramanya batin keduanya sambil memutar mata.

"Udah deh Bang, tuh bentar lagi mau jam 7 sana kalian berangkat" Anya merapikan dasi Bian yang sudah dipasang asal-asalan.

Bian cuma cengengesan "Oke Bunda, Abang berangkat Muach muach muach" Bian mencium kening,pipi dan terakhir tangan Bundanya. "Buruan dek, Abang panasin motor dulu"

"Abang mu dek" Anya menggeleng melihat tingkah Bian. "Ayo kedepan, nanti dia teriak lagi" Anya merangkul bahu Amber hingga kedepan pintu.

" Aku berangkat Bunda" Ucap Amber mencium tangan Bundanya.

" Iya hati-hati ya. Abang jagain Adek mu di sekolah kalau ada yang gangguin pukulin aja" Sungguh ajaran yang tak patut di contoh.

" Bunda tenang aja, pasti ku pukulin sampai mampus"

" Bagus. Tapi jangan sampai mampus dong entar Abang nanti di penjara"

" Oh iya. Sampai bonyok aja kali ya"

" Nah kalau it-"

"Udah Bun, Bang ayo berangkat nanti telat" potong Amber yang sudah duduk di belakang Bian.

" Yaudah, hati-hati bawa motornya Bang"

"Assalamu'alaikum Bunda"

"Wa'alaikumussalam"

SINGLE MOTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang