" dek, kita ke cafe bunda ya? Soalnya abang janjian sama teman-teman kerja kelompok disana"
Amber mengangguk. Menerima helm yang diberikan Bian.
"oke pengangan"
Brukkk
Tabrakan tak terelakan, motor Bian menabrak mobil yang hendak masuk kesekolah. Salah Bian, dia memang tidak memperhatikan saat keluar dari pagar sekolah dan tidak menyalakan lampu sen nya. Semua siswa siswi berlari mendekat, membuat kerumunan yang menghambat laju pengendara lain.
" astagfirullah. Dek kamu gapapa kan?" Bian panik, melihat kedua tangan dan Siku Amber yang tergores.
" gapapa Bang" Amber meringis melihat goresan aspal di tanganya
"kalian tidak apa-apa?" dua orang pemuda keluar dari mobil. Menatap khawatir pada dua siswa dan siswi yang masih terduduk di aspal disamping motor yang tergeletak.
"tidak apa-apa om" Bian membantu Amber berdiri" kaki kamu sakit?" amber mengangguk.
"sini saya bantu."
Baru saja Ian hendak memapah Amber, Amber menghindar dengan cepat seakan takut di sentuh. Sedangkan Arman meminggirkan motor Bian agar tidak menghalangi jalan.
"Tidak usah om. Dia tidak suka disentuh orang asing" Ian menaikan alis memperhatikan Amber lalu mengangguk mengerti.
Bian mendudukkan Amber di kursi tempat siswa biasa menunggu angkot. Masih ada sebagian siswa yang memperhatikan dengan penasaran dan sementara yang lain tidak peduli.
"Sebaiknya kita kerumah sakit atau klinik dekat sini, kalian bisa ikut mobil saya dan motor kalian titip di sekolah saja"
Walaupun bukan salahnya Arman merasas bertanggung jawab, dia tidak ingin jika suatu saat adik nya ada di posisi mereka.
"Tidak usah om. Saya baik-baik saja. Dan saya juga masih bisa bawa motor" tolak Bian
"Tapi teman kamu tidak baik-baik saja"
Ian prihatin melihat luka-luka di tangan dan kaki yang membiru di tulang kering Amber.
Bian pun ragu jika Amber bisa naik motor, tapi kalau mau naik mobil, Amber pasti tidak mau. Dia risih dengan laki-laki apalagi dengan lelaki dewasa.
"kamu mau kita telfon Bunda saja?" tanya Bian pada Amber.
Amber menggeleng " Jangan" dia tidak ingin membuat Bunda Anya khawatir.
"begini saja, kalian naik mobil biar teman saya yang antar. Nanti motor kamu saya bawa tapi saya jemput adik saya dulu didalam, dia ada di UKS" saran Arman" kita ke klinik teman saya saja, sekalian saya mau beli obat buat adik saya setelah itu kalian diantar kerumah masing-masing"
Arman melihat Bian yang menatap Amber seperti meminta persetujuan. setelah Amber mengangguk Bian pun mengangguk pada Arman.
"kalau begitu kalian masuk dulu ke mobil, kita masuk jemput adik saya" kata Arman.
Mereka kemudian menjemput Tasya adik Arman yang kebetulan teman sekelas Amber. Membuat Amber sedikit Nyaman. Dan tasya yang mengomel karena kakaknya menabrak "GBTan" nya padahal kakaknya tidak di mobil dan akhirnya yang kena adalah Ian.
****
"Nji, kamu lihat Hp ku gak?" Abra mengangkat satu persatu kertas-kertas yang berserahkan di atas meja nya.
" Cuma ini" Anji asisten pribadinya memperlihatkan Hp apel tergigit berwarna Hitam.
"bukan yang itu, yang warna nya Putih"
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGLE MOTHER
Romance"Aku hidup untuk anak-anak ku" Avanya Syafiq "Kamu bisa menjadikan ku suami atau ayah anak-anak mu" Abraham Putra Nugroho. Yang Abra tidak tau ialah anak-anak Anya telah dewasa. Dua manusia beda usia, beda kepribadian, dan kehidupan yang bersinggung...