"kalau pulang langsung ke Cafe. Awas ya Bang kalau keluyuran lagi. Bunda potong uang jajannya"
" Iya bunda"
" Yaudah. Masuk sana nanti telat. Jagain adek nya. "
"Iya Bunda Ratu. Assalamu'alaikum" sebelum keluar mobil Bian mencium dahi Anya.
" Assalamu'alaikum Bunda"
" Wa'alaikumussalam"
Anya melihat dua anaknya memasuki sekolah. Berbaur dengan siswa lainnya. Anya sedang menghukum Bian karena beberapa Minggu yang lalu, saat ia pulang dari Cafe di dapati nya Amber dengan luka goresan di tangannya dan memar di kakinya. Jatuh dari motor katanya. Amber juga sempat demam. Mungkin karena luka-lukanya.
Itulah kenapa dia yang sekarang mengantar dua anaknya itu ke sekolah, yang tidak di setujui oleh Bian. Seperti anak TK katanya. Dan seminggu yang lalu Bian berulah, menyuruh Tasya teman Amber untuk mengantar Amber pulang dengan alasan mau ke perpustakaan untuk belajar. Nyatanya Bian keluyuran dengan teman-teman nya.
Dan Anya menghukum Bian untuk membantu di Cafe saat pulang sekolah. Biar Bian bisa lebih bertanggung jawab atas segala sesuatu.
....." Good morning Ava"
Anya memijit pelipisnya.Masih pagi sekali dan lelaki itu sudah ada di depan Cafe nya. Berpakaian rapi khas orang kantoran dan tersenyum ramah padanya.
" Morning" Balas Anya melewati lelaki di hadapanya. Abra.
Membuka pintu Cafe dan berjalan masuk di ikuti Abra di belakang nya. Belum ada karyawan yang datang. Bahkan kursi-kursi masih di atas meja.
Abra menurunkan satu kursi dan duduk di sana.
" Aku pesan kopi pahit dan Nasi goreng seafood" Abra memesan sesaat Anya akan masuk ke ruangannya. Masih dengan senyumnya.
" Masih belum buka" jawab Anya malas. Meneruskan langkahnya memasuki ruangnya.
Tetapi tidak lama setelah itu Anya keluar menuju dapur.Membuat Abra melebarkan senyumnya. Abra itu keras kepala. Jika tidak di turuti Abra tidak akan pergi hingga Anya membuatkan pesanannya.
Sudah seminggu Abra selalu menunggu Ava didepan Cafe setiap pagi, setelah mendapat info dari Ian kalau Anya selalu datang pagi sejak terakhir mereka bertemu. Dirinya menjadi pelanggan pertama meski Cafe belum di buka. Dengan pesanan yang selalu sama.
Setelah beberapa waktu lalu Anya menolak tawaran makan siang dengan Abra. Abra semakin gencar menemui Anya. Saat pagi, siang bahkan saat Anya akan tutup.
" Silahkan dinikmati" Anya meletakkan pesanan Abra dengan wajah datar.
" Terimakasih. Bisa kita bicara?" Tanya Abra ketika Anya akan kembali ke ruangnya.
" Mau bicara apa?" Anya melipat tangan didepan dada memandang Abra.
Abra menurunkan satu kursi didepannya. Menepuk, menyuruh Anya duduk di depan nya.
"Jadi?" Tanya Anya lagi setelah duduk di depan Abra.
" Boleh saya sarapan dulu?" Anya mendengus kesal kemudian mengeluarkan hp dari saku baju nya. Rasanya lelaki didepan nya diberi hati malah minta jantung.
Abra yang merasa di persilahkan mulai menikmati sarapan nya sambil sesekali melirik pada Anya yang bermain hp. Sungguh, Abra sangat bersyukur pagi ini. Jika hari-hari sebelumnya ia hanya sarapan buatan Ava sendiri maka sekarang ia bisa sarapan sambil melihat Ava-nya langsung.
Abra telah selesai sarapan. Namun Anya masih asik dengan hp nya. Melirik kearah layar Hp Anya, Abra bisa melihat beberapa cacing beda ukuran dan warna. Ah Ava nya sedang main game.
Merasa tidak di perhatikan Abra mengambil beberapa foto Anya. Cantik dan menggemaskan. Abra tersenyum senang.
" Ava" Panggi Abra. mengalihkan perhatian Anya dari game. Anya menyimpan hp kembali dan fokus pada Abra.
"Kamu mungkin sudah tau kenapa aku selalu menemui mu beberapa hari ini"
Ava mengangguk. Dia bukan lagi anak remaja yang tidak peka akan kehadiran Abra.
"Mungkin ini terlalu cepat tapi aku serius akan hal ini" Abra menyodorkan kotak beludru mereh dihadapan Anya. " Aku ingin mengenal mu lebih jauh, mau kah kau menjadi kekasih ku?"
Bukan sekali dua kali Anya berada di situasi ini. Walau sudah berumur 32 tahun masih banyak juga lelaki yang mendekati nya.
" Anda tau kalau saya janda?" Abra mengangguk
" Saya punya dua anak" Abra mengangguk lagi
" Lalu? Sebegitu tidak lakunya kah anda hingga mau sama saya?" Abra melongo. Ternyata Ava-nya bisa juga berkata sarkas.
Abra terkekeh-kekeh " ternyata kau bisa seperti ini?" Anya membuang muka.
"Saya tidak masalah dengan status. Mau itu janda atau gadis. Saya tetap ingin kamu" Abra memajukan dirinya mendekat pada Anya.
"Tapi maaf. Saya yang tidak ingin" Anya bersandar ke kursi sambil bersidekap.
" Saya hanya ingin jawaban Ya dan Baiklah." Abra juga bersandar ke kursinya.
" Apakah ini suatu pemaksaan?" Anya menaikkan alisnya.
" Mungkin. Saya selalu mendapatkan apa yang saya mau"
"Ternyata dibalik senyum yang selalu anda tampilkan Anda orang yang seperti ini" Abra hanya mengangkat bahu.
" Saya tidak tertarik untuk menjadi kekasih anda"
"Kalau begitu kita bisa menjadi teman. Teman hidup" tawar Abra
"Saya sudah punya. Saya hidup hanya untuk anak-anak ku. Mereka teman hidup ku"
"Kalau begitu, kamu bisa menjadi kan ku suami atau ayah dari anak-anak mu"
" Cukup. Seperti nya anda mulai kelewatan" Anya berdiri mulai merasa kesal pada Abra.
Abra juga berdiri dengan jas ditangannya "Aku serius. Ingat aku ingin dekat dengan mu apapun sistuasi mu saat ini?"
"Kalau begitu aku pergi dulu. Aku akan datang lagi menagih jawaban" Abra kembali mengusap kepala Anya sembari tersenyum.
"TIDAK USAH DATANG LAGI!!!!" Anya berteriak kesal dan menghembuskan nafas kasar saat melihat Abra hanya melambaikan tangan tanpa berbalik.
" Dasar Playboy menyebalkan" Anya bersungut, menghentakkan kakinya menuju Ruangan nya
Abra masih mempertahankan senyumnya. Tenyata wajah kesal Ava juga sangat mengemaskan. Ingin rasanya dia mencubit pipi wanita itu.
Tidak sia-sia dia menunggu Ava tiap pagi di depan Cafenya. Sebaik nya dia harus cepat-cepat menagih jawaban Ava biar dia tidak perlu bolak balik ke Cafe .
Sekarang dia akan mulai dari mendekati Anak-anak Ava. Pertama mencari dimana anak Ava bersekolah.
"Sebentar lagi kita akan rapat dengan Rivaldy Group" Anji membuyarkan lamunan Abra.
"Mm. Kita berangkat sekarang. Ada yang mau aku bicarakan dulu dengan Ian"
Pertemuan kali ini akan membahas proyek mereka yang sebentar lagi dimulai. Arman juga akan memperlihatkan desain bangunannya .
Kolaka, Rabu 6 Mei 2020
Hai semua. Saya kembali lagi setelah lama hibernasi. Semoga suka
Jangan lupa⭐
Beri Krisan di kolom komentar
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGLE MOTHER
Romance"Aku hidup untuk anak-anak ku" Avanya Syafiq "Kamu bisa menjadikan ku suami atau ayah anak-anak mu" Abraham Putra Nugroho. Yang Abra tidak tau ialah anak-anak Anya telah dewasa. Dua manusia beda usia, beda kepribadian, dan kehidupan yang bersinggung...