(6). Kedai Eskrim

46 4 4
                                    

"Jujur. Untuk saat ini aku lebih bahagia jika bersamamu."

🌸🌸

Malam ini, Alvena sedang berada di kedai eskrim deket sekolah. Entah mengapa mood nya seketika langsung berubah ketika ia mendapatkan banyak eskrim di depan mata.

Siapa lagi jika bukan Devian yang memesan semua eskrim ini?

Dan tanpa ragu pun Alvena segera melahap eskrim itu dengan semangat.

"Gimana, enak?" tanya Devian, yang sedari tadi sedang memperhatikan Alvena memakan eskrim.

"Enak banget." pekiknya.

"Gue gak di tawarin nih?"

Alvena terkekeh. Ia hampir saja lupa menawarkan sosok seorang sahabat di depan nya ini. "Hehe, gue lupa." ucapnya. "Nih lo mau?"

"Gue gak mau bekas lo!" tolak Devian.

"Mulai dah ngeselin!" pekik Alvena. "Terserah kalau lo gak mau, ya udah gue abisin." lanjutnya.

"Yakin sanggup ngabisin eskrim segitu banyak?"

"Sanggup dong! Ratu eskrim kek gue gini, mau di kasih eskrim segunung juga bakal abis sama gue." ucap Alvena pede.

"Gemes deh gue sama lo!" ledek Devian sambil mencubit hidung Alvena.  Hingga eskrim yang sedang dimakan Alvena sampai belepotan.

"Ish Pian! Muka gue jadi eskrim semua kan. Gegara lo sih! cubit-cubit hidung gue." omel Alvena.

Devian hanya membalas dengan kekehan.

"Abisnya lo lucu si, Al!"

🌸🌸

Sesudah dari kedai eskrim tadi, Alvena dan Devian menuju Mall untuk makan malam di Mcd. Dan itu atas permintaan Alvena.

Ntah kenapa hari ini mood nya sedang benar-benar ingin makan. Dan itu pasti membuat Devian pasrah.

Sudah di bilang bukan? Bahwa selagi Devian bisa dan mampu, ia akan selalu menuruti dan membahagian Alvena. Selama itu baik dan positif.

Ya, Alvena lah jantung hati Devian. Sahabat kecilnya itu memang sangat bisa membuatnya setiap kali tersenyum.

Namum sangat disayangkan. Bahwa untuk saat ini dan selamanya Devian tidak akan bisa menjadikan Alvena sebagai pacarnya.

Karena, di hati Alvena sudah ada Alveno.

Yap. Cowo dingin berhati batu itu.

"Piann!" umpatnya. "Ish, Piann!"

Devian mengerutkan dahinya. "Apaan lagi?"

Alvena terkekeh. "Gue mau itu," tunjuknya ke arah tempat boneka.

Devian menggelengkan kepalanya. "Lo mau beli boneka?" tanyanya. "Lo udah gede, Al! Lo bukan anak kecil kayak dulu lagi,"

Seketika raut wajahnya berubah. "Eumm.. Dulu lo mau beliin gue itu."

Devian mendecak pelan. Ternyata sampai sekarang, kepolosan Alvena masih tergambar pada dirinya. "Itu dulu, Al. Sekarang beda, mending lo beli yang berfaedah!"

"Ish, Pian nyebelin! males gue!"

Devian terkekeh. "Udah yuk, sekarang kita makan. Perut gue udah ngomel mulu dari tadi minta makan." ajaknya sambil menggandeng tangan Alvena.

Hi, Alveno!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang