[] ICHA [] PART EMPAT

23 3 0
                                    

-----------------------------------------------------------

"Kayanya gue salah pilih rumah dehh.. " gumam icha melirik langit langit dapur sambil memeluk lengannya yang tidak mau tenang.

"Loh.. Kok kosong neng? Perasaan tadi kaya ada yang pecah deh?" tanya mbok lastri bingung.

"Mbok, mungkin kita salah denger. Mungkin tetangga sebelah mbok.. " ujur icha menenangkan.

"Gak, gak mungkin tetangga. Sebab pak udin sama keluarganya dari kemarin berwisata ke puncak" bantahnya mengebu gebu.

"Udah ah, mungkin salah denger kita mbok. Jangan di pikirin" ujar icha mendudukkan dirinya pada meja makan kayu.

Setelah itu tidak ada yang berbicara, keduanya saling terdiam menelaah apa yang terjadi sebenarnya. Keran di westafel mungkin sedang rusak menyebabkan tetes demi tetes berjatuhan pada lantai westafel seakan menertawai kedua makhluk yang sedang kebingungan itu.

"Ihh.. Udah ah! Seremmmm... "tukas mbok lastri bergelidik ngeri lalu meninggalkan icha dengan beribu pertanyaan di benaknya.

Icha mengeleng gelengkan kepala melihat mbok lastri lari terbirit birit. Sementara dirinya tetap duduk sembari mengayunkan kaki jenjangnya. Icha menoleh ke arah kanan mendapati gelas beserta tempat airnya, ia menuang air itu pada wadahnya. Di rumah baru icha memang semuanya berdekatan, termasuk ruang makan dan dapur. Kelegaan seakan masuk perlahan saat meneguk air pada kerongkongan keringnya.

SREET!!

Kursi kayu itu bergerak dengan sendirinya padahal jika di lihat dari penampilan kursi itu tampak berat tapi icha tetap berfikiran positif.

"Icha itu angin.. Jangan takut! " ucap icha memperingati lebih tepatnya menenangkan diri dari ketakutan yang tadinya sudah sirna sekarang datang kembali tanpa di sangka sangka.

Lampu ruang makan tiba tiba menyala lalu mati begitu seterusnya sampai bulu kuduk icha meremang seakan ada benda halus nan dingin menyentuh pipinya.

Hihihi

"Siapa!!" bentak icha tegang

"itu cewek" tanya icha melihat ke sudut

"Siapa! " bentak icha saat menangkap ada seseorang perempuan di samping lemari piring.

Lampu tidak henti hentinya bermain seakan memperingati icha untuk segera pergi dari sana. Namun rasa penasaran icha terlampau kuat di banding rasa takutnya.

HUHUUHUUU....

Perempuan di sudut itu menangis hingga tubuh nya bergetar dengan hebat. Melihat itu icha semakin menambah kerutan di dahinya dan semakin mendekat ke arah perempuan itu.

Jarak semakin menipis, tiba tiba lampu mati seketika. Icha menoleh ke arah lampu lalu melihat di mana perempuan tadi berada, samar samar icha hanya melihat dinding criem tempat perempuan tadi berdiri. Icha menoleh kesembarang arah namun yang di cari sudah menghilang seakan menyatu dengan kegelapan. Lampu kembali hidup menandakan aliran listrik tetap stabil.

"Haahh! " icha berteriak kaget saat benda hangat seperti jari menyentuh pundak kirinya. Spontan icha membalikkan badan.

"Cari apa mbak? " tanya boy pada icha dengan raut polosnya membuat sang empu   mengelus dada.

"Mas, bikin kaget aja! " tanpa sadar icha membentaknya.

"Haha.. Maaf mbak, soalnya wajah mbak kayak liat hantu aja. Eh, mbak gak lihat hantu kan? "

"Eng..enggak kok! Saya ta..tadi lihat.. kecoa! Iya liat kecoaa.. Hehee"

"Mbak gak papa kan? Mukanya kok pucat gitu? " tanya boy merasakan ada yang aneh dari sikap icha.

ICHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang