FIVE

86 22 1
                                    

Sudah menjadi aktifitas nya di semester kali ini, (Namakamu) mendapatkan libur dihari rabu. Jadwal kuliah yang tidak begotu padat, membuatnya bebas untuk mengambil libur dihari apa saja.

(Namakamu) tidak mungkin diam saja dirumah. Dia berencana untuk pergi ke kedai kue yang jaraknya lumayan jauh dari rumahnya. Membutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk sampai di kedai itu, kalau pun jalanan tidak macet.

(Namakamu) sudah selesai bersiap-siap. Ia harus segera turun agar tidak terlalu kesiangan saat sampai di kedai itu. Sesuai dengan rencananya, kali ini ia akan menulis sebuah novel baru, bertemakan percintaan.

Ini memang sulit, karena memang (Namakamu) tidak ahli dalam hal percintaan. Ia tidak pernah sekalipun dekat atau bahkan sampai berpacaran dengan pria manapun. 'Haih, pria mana yang mau dengan wanita sepertiku?' Pikir (Namakamu).

(Namakamu) ingin mencoba tantangan baru. Setelah kemarin menulis beberapa novel dengan tema pertemanan, persahabatan, sekolah, kekeluargaan, bahkan horor, kini (Namakamu) ingin menantang dirinya dalam menulis novel bertema percintaan. Berharap ia bisa menemukan feel dalam menulis novelnya ini, dan juga semoga pembaca menyukai karyanya ini.

Tap tap tap

Suara seseorang yang sedang menuruni anak tangga itu terdengar jelas. Membuat siapapun yang kini sedang sarapan di meja makan menoleh.

"Kok pada diem?" Wanita paruh baya yang baru saja sampai ditangga terakhir itu bertanya. Lalu berjalan dan mendudukkan dirinya dikursi yang terletak di ruang makan.

"Mamah ngga kerja?" tanya (Namakamu) dengan tatapan datarnya.

"Hari ini 'kan ada pesta kecil-kecilan di rumah kita yang lama dek. Kamu lupa?" jawab Indah.

"Oh."

"Kamu mau kemana dek? Tumben pagi-pagi udah rapi gini?" sekarang Indah balik bertanya kepada (Namakamu).

"Ini udah siang, mah." Jawab (Namakamu).

"Kan mamah sendiri yang bilang, kalau jam sepuluh itu udah termasuk siang. Dan sekarang jam sepuluh." lanjutnya.

Keluarga Subroto ini memang memiliki prinsip disiplin tinggi. Sejak pagi jam 8 semua orang dirumah ini sudah beraktifitas sesuai pekerjaan masing-masing. Bahkan pukul 8 rumah ini sudah sepi karena seluruh penghuni rumah sudah pergi untuk bekerja, meninggalkan bi Marni yang harus bekerja dirumah, asisten rumah tangga memang begitu 'kan?.

"Kalau kamu kak? Mau kemana rapi gini?" Tanya Indah dan mengabaikan jawaban (Namakamu), karena memang dirinya sudah skakmat atas jawaban putri keduanya ini.

"Aku mau ketemu Raka, mah." Jawab Putri sambil mengoles selai kacang pada roti tawarnya.

"Oh iya, jangan lupa ajak Raka dan keluarganya buat dateng ke acara nanti malam."

"Nggak lupa dong, mah."

"Bagus. Yaudah kalau gitu mamah mau keatas dulu. Nanti kalian kalau mau berangkat langsung aja ya."

"oke mah."

Setelah kepergian Indah, suasana ruang makan kembali hening. Hanya terdengar suara sendok dan garpu yang saling beradu, mengisi keheningan tersebut.

"Dek, kamu mau pergi nya ke daerah mana?" tanya Putri setelah keheningan beberapa saat.

"Deket kampus."

Putri tersenyum lebar, "Pas banget dong. Nanti kakak perginya juga lewat kampus kamu, mau bareng?" tawarnya.

"Nggak usah. Aku bisa pergi sendiri. Lagian aku juga udah pesen ojek online tadi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PERTEMUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang