Iqbaal - Musik

130 20 0
                                    

Pintu kamar mandi yang sebelumnya tertutup, kini terbuka. Menampakkan pria dengan tinggi semampai dan badan yang bisa dibilang tidak kurus namun juga tidak gendut.

Seperti orang pada umumnya, rambutnya basah akibat guyuran air saat ia mandi. Tubuhnya pun tidak mengenakan baju dan celana sama sekali, hanya handuk yang melilit dibagian pinggang nya.

Pria itu berjalan, membuka lemari besar yang ada ada didalam kamarnya. Memilih baju yang pas untuk ia kenakan hari ini.

Hari ini adalah hari yang ia tunggu selama kurang lebih dua bulan ini. Setelah ia dua bulan sempat hiatus dari dunia musik, kini ia mulai menekuni hobby nya itu.

Ah, betapa bahagianya pria itu. Dengan senyum yang terus melebar, pria itu mengambil kaus hitam yang ia padukan dengan jaket jeans dan juga celana jeans berwarna hitam yang sangat pas ditubuhnya.

Dengan menambahkan hair gel pada rambutnya, pesona pria itu bertambah. Ah, tidak lupa parfum khas aroma maskulin. 

Sekarang, ia sudah siap untuk pergi ke kedai kopi yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya. Senyum pria itu bertambah lebar saat melihat gitar kesayangannya yang berada diatas kasur miliknya. Tanpa berfikir panjang, pria itu mengambil gitar dan memasukkannya kedalam tas gitar miliknya.

"Sore, bi." Sapa pria itu saat tiba didapur dan melihat bi Asih sedang memasak.

"Sore, den." jawab bi Asih tanpa melihat sang lawan bicara. "Aku berangkat dulu ya, bi."

"Mau kem---," Ucapan bi Asih terhenti, saat ia meengok kebelakang dan mendapati Iqbaal sedang berdiri memakan roti tawar, dan tunggu--- dia menggendong tas gitar.

"Den Iqbaal?!" mata bi Asih membulat sempurna. Bukan, bukan ingin marah.

"Den Iqbaal mau main gitar lagi?" tanya bi Asih.

"Nggak bi, mau nyanyi." jawab iqbaal disertahi senyum nya diakhir ucapan.

"Hais, ya itulah den terserah apa namanya. Yang penting den Iqbaal mau main musih lagi, kan?"

"Iya, bi."

"Terus, nanti--"

"Udah, bi Asih tenang aja. Berangkat dulu ya, bi. Assalamualaikum."

"waalaikumsalam. Den Iqbaal tunggu! Bibi belum selesai bicara." bi Asih mematikan kompor dan segera berlari kecil menyusul Iqbaal.

"DEN IQBAALLLL!!" Suara teriakan itu menggema di seluruh penjuru ruang garasi.

Bi Asih berlari kecil untuk segera menyusul anak dari majikannya itu.

Iqbaal. Pria yang sedari tadi mendengar teriakan dari luar mobil nya ini pun mengacuhkannya dan memilih untuk segera menghidupkan mesin mobil.

Sebelum melajukan mobilnya, Iqbaal membuka penuh kaca mobilnya, menatap bi Asih yang sedari tadi memanggil namanya sembari menggedor kaca mobil.

Kedua sudut bibir Iqbaal terangkat, "Bibi bilang aja Iqbaal lagi main ke rumah temen." Ucapnya.

"Tapi den, tuan sama nyonya bisa marah besar." Jelas bi Asih.

"Kalau bi Asih jujur, pasti mereka marah. Begitupun sebaliknya. Paham?"

Bi Asih mengangguk, "Jangan pulang lewat jam 10 ya den, takutnya tuan sama nyonya curiga."

"Siap."

"Pergi dulu ya bi." Sambung Iqbaal dan mendapat jawaban anggukan dari bi Asih.

"Hati-hati, den."

Mobil Iqbaal melaju menyusuri jalanan ibukota sore ini yang begitu padat. Ditemani dengan lantunan lagu yang terus berputar dan selalu berganti judul.

PERTEMUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang