"Jika ada kemauan, itu awal mula dari kemenangan."
"Ril bangun, Ril bangun. Bukannya hari ini kamu tes SBMPTN?"
April masih tidak bergeming.
"April, kamu nggak mau menggapai mimpimu? Kamu mau gagal lagi?"
"Hah, kenapa Mah? Aku nggak mau gagal lagi Mah!" April terkejut ketika mendengar kata "gagal" dari Mamahnya.
"Yaudah buruan mandi, udah jam setengah enam."
"Astagfirullah, iya Mah."
April hampir saja kesiangan, sehabis rapih-rapih jam sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi. Sedangkan, jam dimulainya tes adalah jam 07.00 pagi. Masalahnya jarak tempat tes dari rumah April menuju tempat tes sekitar 1 jam-an jika macet.
Setelah sarapan dengan buru-buru, April kemudian bergegas menuju motor.
"Ril kenapa buru-buru banget? Ini sarapannya abisin." Protes Papahnya.
"Nggak keburu Pah."
"Yaudah dibawa aja, bungkus."
April langsung mengambil sarapannya dan memasukannya ke dalam tas. Ia cukup menyesali apa yang terjadi pada pagi ini, ini dikarenakan semalam ia belajar hingga larut malam sehingga ia bisa kesiangan seperti ini. Mamahnya sudah menunggu di teras rumah dengan motor yang menyela. Mamahnya memang bisa mengendarai motor, keluarga April tidak punya mobil, dan Ayahnya harus bekerja dari pagi menjadi sales sehingga tidak bisa mengantar April. Sedangkan, Mamahnya yang hanya ibu rumah tangga harus mengantar jemput April.
Ketika sampai di halaman kampus tempat April akan mengikuti tes, sudah banyak orang yang menunggu di depan pintu fakultas.
"Nah bismillah, InsyaAllah kamu bisa. Jangan lupa berdoa. Nanti kalo mau dijemput telepon Mamah ya."
"Siap Mah, doain April ya."
"Mamah pulang ya, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
April melangkah sedikit malu untuk menerobos kerumuman orang yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Ia mencari Alham yang kebetulan mendapat lokasi tempat tes yang sama dengannya, akhirnya ia bertemu Alham yang sedang membaca buku di kantin.
April tidak membuka buku atau membaca materi lagi, ia tidak mau membebankan pikirannya. Menurutnya sudah bukan waktu yang tepat untuk membaca buku lagi. Pikirannya tiba-tiba dihiasi oleh wajah kedua orang tuanya, hari ini merupakan pertaruhan pertamanya untuk bisa membanggakan kedua orang tuanya. Namun, ia takut gagal lagi. Gagal untuk kedua kali.
"Hoy, bengong pagi-pagi." Alham menepis lamunan April tiba-tiba.
"Eh iseng banget si."
"Lagian pagi-pagi udah bengong haha."
"Iya maaf."
"Udah siap Ril?"
"Siap nggak siap."
"Semoga hari ini dimudahkan ya pengerjaan soalnya."
"Aamiin Ham,"
Alham melanjutkan bacaannya.
Tidak lama terdengar panggilan kepada semua peserta untuk mempersiapkan alat-alat serta kartu peserta. Selain itu semua barang dimasukkan ke dalam tas, termasuk jaket dan jam tangan.
April semakin gemetar antara tidak sabar dan takut. Ia takut apa yang ia pelajari selama ini tidak keluar. Mendengar kabar dari teman-teman yang sudah terlebih dahulu tes, banyak soal yang di luar prediksi. April hanya bisa pasrah dan fokus pada layar komputernya.
YOU ARE READING
Bukan Gagal SNMPTN (CERPEN)
General FictionKegagalan memang kerap mengecewakan dan membuat tidak percaya diri. Tetapi, terkadang kegagalan memberikan pelajaran yang berarti untuk tetap berdiri dan berjuang. Tidak selalu yang diinginkan akan tercapai dengan mudah, perlu perjuangan lebih keras...