Prolog

11 3 0
                                    

Seorang gadis tengah duduk berbaring ditempat tidurnya sambil memainkan ponsel. Hari ini ia izin tidak masuk sekolah karena semalam ia demam tinggi dan mimisan, sehingga orangtuanya melarang keras untuk masuk sekolah padahal dirinya sudah lebih baik.

"RAILA, Kamu apa-apaan sih. Bisa nggak sehari aja nggak buat masalah!"sergah seorang gadis yang mirip dengannya. Gadis itu masuk ke kamarnya dengan wajah yang terlihat sangat marah, Raila hanya melirik sebentar kemudian kembali melihat layar ponselnya. Ia tetap santai dan tak terkejut bahkan saat pintu terbuka dengan kasar.

"Rai kamu denger aku ngomong nggak sih?"
Raily, saudara kembar Raila bertanya dengan nada kesal karena tidak ada respon.

"Iya. Gua denger. Ngomong aja si."

Raily menghembuskan nafas kesal mendengar jawaban adiknya yang terlampau santai seperti tak tahu apa-apa.
Ia kembali mengomel dengan suara agak tinggi.
"Ini alasana kamu sakit hmm? Oh bukan sakit tapi pura-pura sakit. Mau lari dari masalah? Gitu ya, kamu bikin masalah terus pura-pura sakit biar orang kasian dan nggak nyalahin kamu?"

"Pelanin gih suara lu, gua nggak budek kali."

"Raila, kamu tau? Gara-gara kejadian ini, orangtua Raka lapor ke kepala sekolah. Aku dicabut dari kandidat murid teladan dan bakalan dapet surat peringatan juga hukuman. Tapi liat pelakunya, enak-enakan tiduran di rumah sambil main handphone."

"Sekarang aku tanya sama kamu. Apa manfaatnya kamu pura-pura gantiin aku disekolah? "

"Apasih Ly, ngapain juga gua pura-pura jadi lu, gaguna banget."

"Rai, hari ini aku dipanggil guru karna dituduh mukulin Raka sampe babak belur. Aku baru masuk, dan tiba-tiba dipanggil. Lagi pula kamu tau aku nggak mungkin ngalakuin hal itu. Lagian seminggu kemarin aku izin sakit tapi kenapa absen kelas aku izin sakitnya cuma lima hari. "

"Ya gataulah." Raila mengangkat bahunya tak peduli.

"Rai aku udah tanya temen temen aku, semuanya bilang absennya bener kok aku cuman izin lima hari  pasti ada yang gantiin. Siapa lagi kalau bukan kamu? "

"Jin."

"Raila, aku serius. "

"Gua juga serius. Gua ladenin kan bacotan lo dari tadi. Bisa nantian gak bahasnya, pala gua pusing Ly,"kata Raila dengan tetap menatap ponsel.

"Nggak usah nyari alesan Raila. Bisa nggak kalau lagi ngomong sama orang taruh dulu handphone kamu, liat lawan bicara kamu!"
Tidak ada respon apapun dari Raila, Ily berteriak kesal.
"RAILA VEINA ABREI."

Raila pun melempar handphonenya kasar ke sembarang arah lalu turun dari tempat tidur dan berdiri mengangkat wajahnya menatap Raily kesal.

"Iya. Gua gantiin lu seminggu kemaren. Kenapa? Raka kan yang bikin lo bermasalah? Besok gua sekolah. Gua yang beresin, gua bakal bilang ke guru sama orangtua Raka kalo yang mukul Raka gua buka elu. Bereskan?"

"Beres? Segampang itu kamu ngomong? Bahkan kamu nggak ngerasa bersalah sama sekali Rai? Apasih yang ada di pikiran kamu sampe kamu___ "

"TERUS MAU LO APA LAGI HAH? Gua udah ngaku salah Ly. Gua udah bilang kan besok gua yang bakalan ke ruang kepala sekolah buat nerima hukuman, gue tanggung jawab kok. Kenapa sih ribet banget idup lu? "

"Ribet kamu bilang Rai? Kamu nggak sadar hah?  Selama ini kamu selalu ngerepotin semua orang, kamu selalu bikin ribet semua orang nggak disekolah nggak dirumah. Berapa kali Bunda  dipanggil karna kelakuan kamu di sekolah, berapa kali aku ditegur sama guru padahal kamu yang bikin onar. Abang di panggil guru gara-gara kamu, Ayah rela telat kerja cuman gara-gara kamu. Kamu masih nggak nyadar kalau kamu nyusahin?"Ucap  Raily menggebu, Raila diam tak menjawab. Tapi tatapan matanya mengatakan bahwa ia tersinggung dengan semua ucapan Raily.

"Kalau aku bisa milih. Aku nggak pernah mau punya kembaran yang nggak guna kayak kamu yang cuman bisa nyusahin semua orang."

Dengan sisa tenaga yang Raila miliki ia mendorong Raily cukup keras hingga terjatuh.

"KELUAR LO DARI KAMAR GUA LY !KELUAR!!"

Raily berdiri lalu menatap Raila setelah itu ia keluar dengan mata yang berkaca-kaca menahan tangis. Beberapa detik kemudian Raila menyadari perbuatannya, ia menjatuhkan diri ke tempat tidur dan berteriak kesal dan menyalahkan diri.

"Bego lu Rai, bego bego bego. Lu ngapain sih barusan? Setan."

MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang