☁️Remember☁️

2 2 0
                                    

"Kalian udah tau gosip yang lagi rame disekolah? "

"Iya aku juga denger. Angkatan kita kan? Yang kembar. Emang sih tuh yang satu bikin masalah mulu dari awal masuk. Beda banget sama kakaknya. Sopan, nggak bikin ulah, anggun lagi nggak pecicilan."

"Aku pernah liat mereka, emang sih mirip banget ampe bingung ngebedainya. Tapi banyak yang bilang adiknya jarang sekolah, katanya sih sering sakit."

"Syukur deh. Untung kita nggak sekelas. Aku juga pernah ketemu mereka, adeknya judes banget, gue senyum aja ga dibales tapi pas ketemu kakaknya asli sih ramah abis."

"Heem aku juga pernah ketemu, Raily kan nama kakaknya? Kalau nggak salah nama adiknya___"

"Rai.... "

"Raila... "

"Raila Veina Abrei.... "

Raila terbangun kaget, ternyata Denada- teman sebangkunya membangunkan.

"Eh sorry sorry, kaget ya lo? Lagian lo gue panggil dari tadi nggak bangun-bangun. Udah istirahat, lo mau ke kantin nggak? Atau mau nitip jajanan? Lo gadang lagi ya? Mata lo merah gitu. Mau ke UKS nggak? "

Raila tidak menjawab pertanyaan dari Denada karena kesadarannya belum kembali sepenuhnya. Ia mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya, tangannya mengusap pelan wajahnya lalu sedikit membenarkan jilbabnya yang berantakan akibat posisi tidurnya.

"Gua nitip minuman aja deh gua bawa bekel dari rumah, nih. " ucap Raila sambil menyerahkan uang lalu kembali melipat tangan di atas meja dan kembali menenggelamkan kepalanya.

~~~


Suasana di lapang sekolah tampak ramai. Upacara hari senin yang biasanya membuat murid-murid kesal hari ini berakhir sangat ramai.

Bagaimana tidak? Di depan tepat di tengah lapangan, kepala sekolah berdiri dengan piala cukup besar yang berjejer rapi di atas meja di sampingnya. Minggu kemarin, beberapa murid dari sekolah itu terpilih sebagai peserta olimpiade tingkat provinsi dan membawa hasil yang memuaskan.

Tepuk tangan bergemuruh menyambut sang juara yang namanya mulai dipanggil oleh kepala sekolah. Namun ada juga siswa yang tidak terlalu menyukai acara seperti ini, salah satunya adalah Raila. Jikalau orang-orang saling merebutkan posisi paling depan agar melihat wajah sang juara dengan jelas, Raila akan mengalah dan memilih berada di belakang. Ia hanya bertahan ikut berdiri diantara para siswa karena Raily - saudara kembarnya akan ikut berdiri di depan lapangan bersama para juara lainnya. Karena jika tidak, Raila pasti akan langsung kabur menyelinap ke kantin atau kelas.

Raila tersenyum saat melihat Raily ada di tengah lapangan berdiri bersama para senior yang juga memenangkan perlombaan. Walau bukan dirinya, ia ikut merasa senang dan bangga karena itu adalah kakak kembarnya sendiri.

"Gue bilang juga apa, Raily tuh jenius, kelas satu aja dia udah ikutan olimpiade bareng kakel, guru-guru juga pada seneng liat anaknya yang sopan, baik, ramah lagi."

Suara itu keluar dari seorang murid didepan Raila. Murid yang sama saat ia mendengar pembicaraan tentang dirinya saat mampir ke kelas temannyq-Azra kemarin.

"Kayaknya ini kisah kembar bagai langit deh. Gue nggak yakin, si Raila bakalan jadi kek kakaknya. Perilaku aja beda apalagi otak."

Mereka tidak tahu, bahwa orang yang mereka bicarakan berada tepat dibelakang mereka sama saat mereka bergosip tentang Raila di kelas, Raila juga ada di kelas itu mendengar semuanya. Mungkin posisi Raila tidak terlalu diperhatikan karena ia memakai jaket dan menutupi kepalanya dengan tudung jaket itu.

MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang