Hari ini terasa sangat menyenangkan bagi Dira, dia sudah membeli buku yang di incar nya sejak seminggu lalu, untung saja di toko Pak Alfi masih ada, jika tidak entah bagaimana lagi Dira menuntaskan rasa penasaran terhadap novel tersebut yang setengah nya sudah ia baca di Wattpad. Bayangkan saja, jika kalian sedang asik-asik nya membaca, dan di beberapa part menuju ending terdapat tulisan 'Beberapa part dihapus demi kepentingan penerbit' ingin sekali rasa nya Dira menangis karena dibuat penasaran oleh sang Penulis, yang berakhir dengan novel itu sedang dalam proses penerbitan.
Ketika sedang asik membaca Sari memanggil nya untuk segera turun kebawah, menuju ruang keluarga.
"Dira, ada Ays nih," panggil Sari, ia pun melanjutkan acara berbincang nya dengan Novi, tetangga sebelah yang mengontrak di rumah kakak Sari, Sarah.
Dira pun beranjak dari posisinya, dan segera menuju ke bawah, tak sabar rasanya ia menemui Ays, yang sejak beberapa hari lalu menginap di rumah Oma nya.
Nasib menjadi anak perempuan satu-satu nya membuat Dira sangat menyayangi anak-anak tetangga nya yang perempuan, tak jarang beberapa tetangga sering bermain ke rumah nya dan menitipkan anak perempuannya. Di umur Sari yang sudah memasuki kepala empat membuat Dokter melarang sang Ibu untuk mendapatkan keturunan kembali, terakhir Mama nya mendapat wejangan itu ketika ia men cek kesehatan nya bulan lalu, Mama bertanya kepada sang Dokter yang biasa melayani keluarga nya itu tentang menambah keturunan, mengingat Dira menginginkan seorang Adik perempuan.
Tapi Dira bersyukur, walaupun begitu ia mempunyai adik laki-laki yang bernama Sabian Rullif.
"Assalamualaikum Mah, Kak, Ays." Dira pun mendaratkan badan nya di sofa tepat di sebelah Ays yang sedang bermain dengan Bian.
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, gimana sekolah nya Dir?" tanya Novi mengalihkan pandangan nya dari Sari.
Dira yang sedang asik main dengan Ays dan Bian pun mendongak.
"Alhamdulillah baik, Kak," jawab Dira dengan senyum yang menampakkan sedikit giginya.
Mendapat jawaban seperti itu membuat Novi tersenyum, ingin rasanya Novi melamarkan Dira untuk Adik nya.
Betapa bahagia nya hidup sang Adik jika mendapatkan pendamping seperti Dira yang shalihah."Assalamualaikum." terdengar suara salam dan di iringi dengan bunyi pintu yang berdecit terbuka, Muhammad Faiz atau yang kerap disapa Faiz itu pun memasuki rumahnya, dengan tas yang tersanpir di bahunya.
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, eh Abang udah pulang," sahut orang yang sedang berbincang di ruang keluarga, Dira yang mendengar suara Faiz segera beranjak dari sofa dan berlari memeluk Abang nya, yang habis pulang kuliah.
"Abang bau loh Dek, belum mandi nih," ucap Faiz membalas pelukan Adiknya seraya mengelus punggung Adik yang sangat ia sayangi, sedangkan Bian hanya menatap Abang dan Kakak nya yang sedang pelukan dengan tatapan heran.
"Gak apa-apa, Dira kangen," ujar Dira menikmati pelukan hangat sang Kakak.
"Kaya gak ketemuan selama sebulan aja nih, tadi pagi kan kita masih bertatap muka." Sari beserta Nova dan Ays hanya menatap pemandangan yang menyejukkan hati tersebut, indah nya kasih sayang yang berada di keluarga Farhan ini.
"Bian gak kangen Abang?" Faiz melepaskan pelukan nya dengan Dira dan kaki nya di tekukkan seraya berjongkok sambil merentangkan tangan, siap menerima pelukan sang Adik.
Bian pun berlari layak nya Dira, dan segera memeluk Abang nya dengan kepala yang naik turun, ngedusel-ndusel di dada Abang nya yang bidang.
Kebiasaan Bian memang."Yaudah Abang mandi dulu ya, udah lengket semua nih." Bian pun melepaskan pelukan nya, dan disamping nya Dira menampungkan , meminta sesuatu kepada Abang nya.
Faiz pun terkekeh dan mengacak puncak kepala Dira yang tertutup khimar, "Iya ada kok, dalem tas nih." Faiz pun membuka tas nya dan di ambil lah pesanan Dira tadi malam, sebuah buku Motivasi, karya Ferbriawan Jauhari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masyaa Allah Ya Zaujaty
SpiritualeCover : Pinterest Kebimbangan nyata yang harus dihadapi Entah yang mana yang harus dipilih Ahh, rasanya aku tidak mau untuk memilih mereka Tapi aku harus, karena itu sebuah kepastian yang mereka tunggu Dan jalan keluar nya adalah ISTIKHARAH! -Indir...