Perlahan-lahan aku mulai membuka mataku. Badanku terasa sangat berat. Aku berada di sebuah ruangan besar dengan bau tanaman menyengat. Terkahir kali yang ku ingat adalah aku melihat beberapa penglihatan-penglihatan aneh.
"Oh sayang bagaimana perasaan mu" Ayah datang dari arah luar dan mendekatiku.
"Baik"
"Kau pingsan selama 5 hari bahakan hingga luka-luka ditubuhmu saja sudah sembuh"
"5 Hari? yang benar saja"
Benar saja semua luka dan darah yang ada ditubuhku telah hilang, hanya tinggal bekas kecil di beberapa bagian. Aku sendiri terkejut mendapati tubuhku yang sangat ajaib ini, apakah ini karena tanaman berbau menyengat yang ada ditubuhku.
"ya tentu saja sayang tanaman itu bahkan bisa mengembalikan tulangmu yang patah."
Aku benar-benar terkejut dan ayah tertawa melihatku.
"Dengar Ellen aku minta maaf tapi saat ini aku tidak punya banyak waktu, aku berharap bisa bertemu denganmu lagi saat kau sudah mendapatkan kekuatanmu" ujar ayah dengan suara berat.
"Ada apa?"
"Well aku dipenjara dan kita semua mendapatkan masalah, tapi tenang aku dapat mengatasi hal ini. Dan aku tahu kau pasti akan membantuku Ellen dengan belajar giat di Nyx academy dan kirimkan kabar padaku karena aku pasti sangat merindukanmu,"
Ayah memeluku dan berjalan pergi meninggalkanku. Ia ditemani beberapa orang berjubah hitam dengan topi hitam. Ia membawa Ayah seolah-olah ia orang berbahaya.
Meski aku tidak menahan ayah untuk tetap tinggal, aku benar-benar menangis. Aku hanya menahan tangisanku agar tidak meledak karena belum pernah aku merasa sedih seperti ini. Ayah dan aku memang tidak begitu dekat, tapi kini aku tahu alasannya dan berhasil membuatku semakin sedih.
Lily kini menghampiriku menggantikan Ayah. Ia memelukku dengan erat seolah ingin membantu meringankan rasa sedihku.
"Dengar yang kau harus lakukan sekarang adalah sekolah karena kau tidak aman di rumah. Mereka juga akan berusaha memenjarakanmu." Ujar lily tegas.
"Siapa mereka?"
"Kau akan segera tau Ellen. Aku tahu ini berat tapi kau akan berhasil mengatasinya sayang, sekarang ayo bersihkan dulu badanmu dan segera masuk ke kelas," perintah Lily.
Aku berusaha mengangkat badanku dari tempat tidur untuk membersihkan diri. Setelah itu Lily memberikan ku beberapa kertas dan kunci kamarku di asrama.
"Dengar aku tidak dapat mengunjungi setelah ini, jadi aku sangat berharap kau aman di sini sayang," jelas Lily sambil memberikan semua barang-barang perlengkapanku.
Aku membawa semua perlengkapanku dan mencari Asrama yang akan ku tinggali. Bangunan dengan arsitek Yunani Kuno ini memili 5 bangunan besar, dengan hutan mengelilinginya. Aku mengikuti petunjuk yang ditunjukan oleh lily sebelumnya, tapi sepertinya aku tersesat.
"Hai Lucy, aku Ellen kita pernah bertemu saat tes kekuatan"
"Ya tentu saja aku ingat, semua orang membicarakan hal itu hingga hari ini" jelas Lucy.
"Benarkah?" tannyaku bingung.
"Dengar aku tidak punya banyak waktu aku harus pergi"
"Tunggu aku butuh pertolonganmu, dimana Asrama murid perempuan?" tanyaku hati-hati.
"Kau mencari kamarmu? Kau lihat gedung itu, kamarmu berada di lantai 5 kata sandinya phoenix," Ujar Lucy yang dengan cepat meninggalkanku.
"Terima kasih" ujarku. Tapi Lucy dengan cepat langsung membalikan tubuhnya.
Segera aku menyeret semua barang-barangku menuju gedung yang ditunjuk oleh Lucy. Dengan cepat aku menyeret barang-barangku karena kini setiap orang menatapku dengan tajam. Entah apa yang telah ku perbuat tapi rasanya tidak baik sehingga mereka terlihat marah padaku.
Setelah aku tiba di sebuah ruangan dengan pintu raksasa, ada sebuah patung singa yang menghalangi. Patung singa seperti yang pernah kutemui beberapa waktu lalu saat aku pergi bersama Ayah, namun kali ini tidak hidup hanya berbentuk patung.
"Phoenix" ujarku.
Patung itu kemudian memberikan jalan untuk masuk. Sesampainya di dalam aku menuju pintu Kamarku 504. Setelah merapikan semua perlengkapanku, aku segera menyiapkan beberapa buku dan bersiap masuk kelas.
"Well good luck Ellen" aku berusaha menyemangati diriku sendiri.]
***
Meski sudah berlari aku terlambat masuk di kelas pertamaku. Aku berusaha tidak terlihat dan duduk di kursi paling belakang, tapi sialnya sang guru melihatku.
"Sepertinya kita kedatangan tamu yang sangat terkenal hari ini," Ujarnya sambil memandang ke arahku.
Aku hanya tersenyum kecut menanggapinya.
"Kalau begitu aku akan ulang namaku Prof. Arthur dan aku akan mengajarkan ilmu dasar pertahanan diri. Jadi supaya kalian bisa mendapatkan ilmu dengan benar kalian harus tahu apa kelemahan kekuatan kalian masing-masing"
"Bagaimana kalau ada yang belum tau tentang kekuatannya Prof?" salah seorang murid laki-laki bertanya dan seluruh kelas tertawa mendengar ocehannya. Dia jelas-jelas pasti mengejekku.
"Well kalian seharusnya belum bisa masuk ke academy ini" jawab Prof. Arthur sambil tertawa. Beberapa murid yang lain pun ikut tertawa, namun tidak semua aku melihat Lucy yang duduk di paling depan terlihat diam saja dan laki-laki yang duduk di depanku juga tidak tertawa.
Aku berusaha menahan amarahku hingga akhirnya suara pintu diketuk.
"Prof. Arthur maaf menggangu, Mr. Herley memindahkan Ms. Ellen dan Mr. Dewis ke kelasku." Wanita berambut coklat yg sebelumnya pingsan di depanku masuk ke ruangan.
"Oh silahkan, karena murid istimewa harus mendapatkan pelajaran yang istimewa" jawab Prof. Arthur.
Prof. Hera memberikan kode agar aku dan laki-laki di depanku segera merapikan buku dan keluar dari ruangan. Aku berjalan mengikuti wanita berambut coklat itu, begitu pula dengan laki-laki yang tadi duduk di depanku.
"Aku harap aku tidak pernah masuk ke kelasnya lagi" batinku.
"Oh tidak sayang kau akan masuk ke kelas Prof. Arthur lagi setelah 2 minggu" tiba-tiba wanita berambut coklat itu menjawab kata batinku.
"Apa? yang benar saja? Prof. Arthur itu benar-benar menyebalkan" jawabku kesal. kali ini dengan suara yang agak keras
"Dan kau juga sangat menyebalkan karena berisik Ms. ellen"ujar laki-laki yang tadi duduk di depanku.
"Prof. Hera bisakah kau beritahukan saja dimana ruangannya karena aku tidak biasa berjalan selambat ini" lanjutnya.
"Baiklah kita bertemu di taman utama" Jawab prof. Hera
Ia pun berjalan cepat dan tiba-tiba hilang dari pandangan kami. Kali ini aku benar-benar dibuat kaget lagi dengan laki-laki itu.
"Ayo ellen kau jangan kaget seperti itu, ia setengah vampir jadi sudah pasti dia lebih cepat dari kita" ujar Prof. Hera.
"Oke jadi ada berapa jenis manusia yang hidup di sini" tanyaku kaget.
Prof. Hera hanya tersenyum mendengar pertanyaanku dan melanjutkan jalanya.
Setelah tiba di sebuah ruangan yang besarnya 2kali lapangan bola, Prof. Hera berhenti dan membuka pintu. Isi di dalam ruangan itu benar-benar membuatku takjub. Ruangan ini memiliki taman bahkan Gunung dan air terjun di dalam ruangan. Cahaya Matahari terasa hangat di sini, padahal di luar sedang musim dingin.
"Baiklah Ellen dan Dewis mulai hari ini kalian akan mulai mengontrol kekuatan kalian bersamaku di sini"
"Bukankah aku tidak mempunyai kekuatan?" tanyaku pada Prof. Hera
"Tidak. Kau punya Ellen dan itu sangat besar dan masih terbendung oleh mantra Ibumu. Aku melihatnya kemarin saat aku membaca pikiranmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Academy
FantasyIni kisahku. Kisah tentang seorang gadis yang mencari jati diri di dunia yang baru. Dunia baru yang berhasil membangkitkan satu hal yang ada di dalam darahku dan telah terpendam sejak lama.