Berhenti Sebelum Memulai

41 3 0
                                    

Kilas Balik -Agustus, 2017

'𝐇𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐌𝐚𝐡𝐚𝐬𝐢𝐬𝐰𝐚!'

Sorak sorai dan teriakan euphoria melengking menyebar ke seluruh penjuru ruangan yang cukup besar, setidaknya bisa menampung beberapa ribu manusia yang baru menginjak dunia perkuliahan.

Hari itu, hari pertama Hangyul menjalani ospek di kampus yang ia pilih sebagai tempat untuk melanjutkan pendidikannya yang lebih tinggi. Bagi Hangyul, ospek hari pertama cukup menyenangkan. Bersua dengan beberapa teman lama yang ternyata juga mendaftar di kampus tersebut dan berkenalan dengan kakak pendamping gugus dan teman-teman baru dari departemen yang sama dengannya. Namun, hari pertama cukup melelahkan.

Di hari kedua ospek, masih sama dengan hari pertama. Ia, lagi, berkenalan dengan mahasiswa yang duduk di dekatnya. Mendengarkan ceramah yang disampaikan oleh petinggi-petinggi kampus –rektor, wakil rektor, dekan-. Bosan, Hangyul izin ke toilet. Tidak, Hangyul tidak ingin membuang air. Hanya ingin meregangkan otot kakinya yang pegal karena duduk beberapa jam.

He gasps as he pushes the door and steps his feet in the toilet. Disana, disaat itu juga, susah bagi Hangyul untuk melangkahkan kakinya masuk lebih dalam ke toilet. Karena presensi pria lainnya di dalam toilet itu membekukan otak Hangyul hingga tidak dapat memerintah kaki untuk lanjut melangkah.

Hangyul kikuk, berusaha keras untuk melangkahkan kakinya ke arah wastafel, berdiri sejajar dengan pemuda yang membuat otaknya beku. Dilihat dari baju yang dikenakan oleh pemuda itu, dia bukan mahasiswa baru yang sedang menjalankan ospek seperti Hangyul, tapi kakak pembimbing gugus.

Hangyul menekan keran air lalu menggosok kedua telapak tangan dibawah aliran air, masih kikuk, tangannya sedikit tremor.

Sebenarnya, Hangyul sedikit syok saat melihat pria yang masih berada disampingnya itu karena awalnya dia mengira kalau itu adalah seseorang yang pernah menetap dihati Hangyul selama setahun lamanya. Postur tubuh mereka hampir sama, bahkan ulas wajah mereka juga mirip. Tapi yang baru saja Hangyul temui jelas lebih indah dari mantannya ketika dia masih berada di putih abu dulu.

Pemuda itu sekarang merapihkan pakaiannya, sambil sedikit menundukan kepala untuk melihat kearah lengan baju yang kini sedang ia lipat. Pada saat itulah Hangyul menyempatkan matanya untuk membaca nametag yang dikalungkan melalui kaca yang menempel di dinding. Sedikit buram sehingga Hangyul harus menyipitkan matanya. Cho Seungyoun, dibawahnya tertulis, 𝘎𝘶𝘨𝘶𝘴 7. Hangyul kaget lagi, kenapa dia baru sekarang bertemu dengan pria ini? Padahal hangyul di gugus 4, tidak terlalu jauh dari kelompok gugus 7.

Yang lebih tua sudah selesai dengan urusan pribadinya, meninggalkan Hangyul yang masih mengeringkan tangan.

Hari ketiga, juga hari terakhir ospek. Dihari ketiga ini, lebih meriah dari dua hari sebelumnya. Pameran Unit Kegiatan Mahasiswa! Seluruh UKM yang eksistensinya diakui oleh universitasnya unjuk gigi di hari itu. Menampilkan semua yang mereka bisa tampilkan untuk mengajak ribuan mahasiswa baru menjadi bagian dari mereka.

Baru setengah hari, Hangyul lelah. Lelah meneriakan setiap nama UKM yang sedang tampil. Karena setiap penampilan yang di pertunjukan memang sebagus itu!

Hangyul merogoh kantong celana untuk mengambil gawai. Mengecek apakah ada pesan penting yang dia terima sambil menggulir timeline aplikasi dengan ikon burung biru. Wira itu terlalu asik hingga terperanjat saat pemuda yang ditemuinya kemarin di toilet, sedang berdiri disamping. Menjulurkan tangan yang sedang menggenggap bendera kecil berlambang salah satu UKM.

Hangyul kikuk lagi, dengan ragu ia mengambil bendera kecil itu. Seungyoun menarik kedua ujung bibirnya, membentuk bulan sabit lalu meninggalkan Hangyul yang mau pingsan. Melanjutkan memberi bendera kecil ke mahasiswa yang lain.

Berhenti Sebelum MemulaiWhere stories live. Discover now