Aldo

16 1 1
                                    

"Ini bukanlah kebetulan. Tapi ini adalah awal permainan yang harus kau jalani, Sel"

•••

7 tahun kemudian

Selena kini tengah berbaring di ruang ICU karena mengalami kecelakaan. Wenda pun semakin frustasi mendengar pernyataan dokter bahwa putrinya koma.

Ya, Selena sudah menginjak sekolah menengah atas sekarang. Tetapi yang lebih disayangkan darinya, ia tidak pernah memiliki teman 1 pun semenjak kejadian bercerainya Wenda dan Seno. Selena tumbuh menjadi anak brokenhome sehingga ia menjadi pribadi yang pendiam. Apalagi ditambah Seno yang telah pulang terlebih dahulu ke pangkuan Tuhan sekitar 3 tahun setelah perceraiannya dengan Wenda. Itu semakin membuat Selena terpukul.

Wenda duduk di sofa ruangan Selena. Ia selalu berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar anaknya bisa sadar kembali. Mungkin saja jika ia tak berpisah dengan Seno, ini semua tidak akan terjadi. Seharusnya ia lebih memberi Seno perhatian lebih agar Seno tidak berselingkuh atau berbuat macam macam kepada keluargnya.

•••

Hari demi hari pun berlalu. Selena sang gadis cantik itu akhirnya siuman dari masa kritisnya selama ini. Wenda yang melihat itu langsung memeluk Selena sambil menangis.

"Akhirnya kamu bangun juga nak.. Ibu kangen banget sama kamu. Udah hampir 2 minggu kamu tidur terus" Wenda tak henti hentinya berucap sykur karena putri semata wayangnya masih di izinkan Tuhan untuk melihat indahnya dunia ini.

"Bu, kenapa ada ayah di sini?"

Kening Wenda seketika berkerut mendengar ucapan Selena.

"Ayah?"

Selena mengangguk mantap. Matanya pun tak lepas dari pandangan arah jendela.

"Selena dengar ibu, Ayah sudah meninggal. Tidak ada ayah disini" Wenda berusaha meyakinkan anaknya agar berhenti mengada ada soal suaminya, Seno.

Gadis cantik itu berontak dan ia hampir melepas infusnya hanya karena ingin menghampiri 'bayangan tentang ayahnya' yang ada di dekat jendela sana. Dengan sigap, Wenda pun memeluk Selena dengan erat agar ia tak berani macam macam lagi hingga akhirnya Selena jatuh pingsan.

Wenda yang khawatir langsung memencet bel supaya dokter atau perawat dapat datang ke ruanganya untuk memeriksa keadaan Selena. Tak lama kemudian dokter dan beberapa suster pun datang dengan membawa beberapa alat medis.

"D-dok, tadi anak saya sempet bangun trus saya gatau tiba tiba dia pingsan gini lagi. Apa yang terjadi dok? Anak saya gapapa kan?" Tanya Wenda dengan khawatir.

Sang suster berusaha menenangkan Wenda dengan cara mengelus punggungnya agar tenang

"Ibu tenang aja, hal ini sudah biasa terjadi ketika seorang pasien koma lalu sadar dan pingsan lagi, mungkin itu efek samping dari infus. Ibu percaya aja sama saya, bahwa anak ibu pasti ga kenapa2. sebentar ya saya periksa dulu"

Dokter perempuan paruh baya itu langsung menangani Selena dengan hati hati, memeriksa dengan keseluruhannya. Tetapi, ada 1 hal yang cukup menarik perhatian dokter itu.

"Bu, apa luka ini dia sendiri yang buat? Setau saya luka ini tidak ada sebelumnya" Ia bertanya sambil menunjukkan tangan Selena yang memiliki bekas cakaran berwarna merah.

Wenda menyeringitkan keningnya, ia pun bingung. Kenapa ada bekas cakaran di lengan anaknya itu?

Karena tidak mau mengambil pusing, Wenda menyuruh dokter untuk tidak mempedulikan hal itu. Mungkin saja itu cakaran Wenda yang tidak sengaja mengenai lengan Selena. Yang paling ia fokuskan sekarang adalah keadaan Selena. Ia tak mau Selena kenapa kenapa apalgi sampai menyusul ayahnya yang sudah tenang disana itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teman HalusinasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang