Aku masih ingat betapa menyebalkannya suasana yang semesta rancangkan pada kali pertama aku mengenalnya.
Ben Arazka,
Poros yang kini kukelilingi.Mengetahuinya pada awal, cukup membuatku menarik napas panjang. Siapa yang tidak?
Ketika dia bertanya, "tinggi kamu berapa, sih?" Dengan senyumnya yang memang sangat manis tapi tidak pada situasi ini.
Kita belum pernah saling mengenal, kita baru saja bertemu di kedai teh, dan kita hanya teman sekolah dengan kelas berbeda.
Sikapnya yang selalu jail dan sok keren, padahal bukan siswa paling tampan di sekolah kami.
Memang, sih.
Masalah berpikir tidak ada yang bisa mengalahkannya.
Dan, siapa sangka?
Raka menyebalkan yang baru saja ku deskripsikan adalah orang yang mengajakku terbang dan juga mengajarkan luka dengan membuatku terjatuh?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Pudar
Teen FictionJika pada akhirnya kita hanya menjadi dua frasa berspasi, aku tidak akan memaksa semesta untuk menjadikan cerita kita berarti.