Giliran dirinya yang akan bersentuhan dengan pria-pria tampan itu, kini gadis itu semakin dilanda kegugupan dan sudah tak bisa menahan tangisnya lagi. Air mata yang sedari tadi dia tahan luruh begitu saja saat senyum pria itu menyapanya.
"Hai kau kenapa menangis?" tanya pria itu sembari menandatangani album yang diberikan gadis itu.
Gadis itu menaruh kedua tangannya di atas meja dan meletakkan dagunya di sana. "Bisa aku ikut denganmu?"
Kerutan tipis muncul di keningnya. "Ikut denganku? Maaf, aku tak mengerti maksudmu," balasnya masih tersenyum.
"Aku sedang putus asa saat ini, Kim Namjoon. Aku mohon, biarkan aku ikut dengan kalian. Apapun itu, berikan aku pekerjaan bersama kalian. I was so desperate of my life."
Pria dengan senyum cerah di sebelahnya menoleh bingung, bahkan pria yang dipanggil Namjoon semakin tak mengerti apa maksudnya.
"Please," kata gadis itu sebelum akhirnya pindah ke sebelah Namjoon.
Hoseok sedikit merundukkan kepalanya sembari menandatangani album milik gadis itu. "Kau kenapa?"
"Ajak aku untuk pergi bersama kalian. Aku takut."
Pria itu menggenggam tangan gadis itu dan tersenyum cerah berharap dia ikut tersenyum. "Ada kami di sini, kau tak perlu takut."
Beberapa menit berlalu, gadis itu masih terisak hingga dia sudah berdiri di depan pria dengan senyum kotak yang menawan. Dagunya tiba-tiba terangkat naik bersamaan jemari itu yang menyentuhnya.
"Kau tidak perlu merasa takut lagi," ucapnya dan menulis sesuatu di atas album itu yang membuat gadis itu menatapnya heran. "Tunggu di dekat tangga basemen di sana setelah acara ini selesai dan bawa ini sebagai tanda kau adalah tamu."
"Jangan menangis lagi," sahut pria di sebelahnya dengan senyum manisnya. "Air matamu sungguh berharga, jadi ayo tersenyum."
"Terima kasih. Terima kasih banyak."
•••
Satu jam berlalu, acara fansign tersebut telah usai. Semua orang yang mendatangi acara tersebut telah keluar dari tempat dan menyisakan si gadis dengan mata sembab sendiri di tribun bangku paling tinggi.
Setelah dirasa sudah tak ramai lagi, dia akhirnya melangkah keluar tempat tersebut dan menuju basemen dimana pria tadi menyuruhnya untuk menunggu di sana.
Gadis dengan rambut gelombang sebahunya itu kini sudah sampai di tempat yang sudah disebutkan pria tadi. Dengan raut bingung dan takutnya, tak lama pria bertubuh besar berdiri di hadapannya dan menyuruhnya untuk mengikuti langkahnya itu.
Gadis itu tak banyak bicara seiring langkahnya entah membawa dirinya kemana. Pikirannya sungguh benar-benar kalut saat ini. Dia yakin, ini keputusannya walaupun sebelumnya dia sangat pesimis jika ketujuh pria tadi tak akan menghiraukan ucapannya.
Kejadian semalam yang sungguh memilukan dan membuatnya untuk nekat pergi dari rumah besar yang sungguh terasa seperti neraka baginya, membuatnya untuk melakukan ini meskipun terlihat sangat memalukan.
"Silahkan masuk, nona." Pria itu membukakan pintu untuknya.
Pintu yang bertuliskan 'BTS PRIVATE ROOM' kini sudah dia masuki. Pintu tertutup kembali, gadis itu sekarang tengah gugup setengah mati. Suara tawa yang saling sahut-menyahut menyapa pendengarannya yang perlahan membuatnya rileks.
Pun gadis itu semakin melangkah masuk ke dalam hingga memperlihatkan ketujuh pria yang sedang memainkan barang-barang pemberian fans mereka sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimple | BTS
FanfictionSeorang gadis datang ke kehidupan ketujuh pria yang sangat diidolakan oleh satu global. WARNING 3K! - Kekesalan - Kebaperan - Kekasaran