Minuman kaleng bersoda menemani sore mereka bertiga yang terasa menyejukkan, hampir terasa dingin sekali karena mendekati waktu malam. Namun pakaian mereka yang cukup tebal dan hangat agar tidak terasa dingin sekali berada di luar, tidak menyurutkan keinginan mereka untuk bersepeda di sekitaran sungai Han.
Lampu-lampu mulai dinyalakan. Menghiasi tiap sudut kota yang begitu terlihat memukau. Dan itu membuat Klara terasa menenangkan sekaligus senang. Dapat menikmati sore yang indah. Duduk di depan minimarket bersama Namjoon dan Jimin. Sangat jarang ia merasakan suasana iniㅡatau malah bisa dibilang belum pernah? Sebab dia selalu dikurung di dalam rumah megah yang terasa memuakkan, menurutnya seperti neraka.
"Kalian tidak takut jika para penggemar mengetahui identitas kalian?" tanya Klara sembari menatap kedua pria itu yang menyesap minuman kaleng diselingi lontaran kalimat humor.
Namjoon menggeleng pelan. Senyumnya terulas bersamaan lesung pipinya nampak. "Kalaupun mereka mengenal kami, setidaknya mereka tidak mengganggu kesenangan kami."
Klara mengangguk paham. Banyaknya orang berlalu-lalang dapat mudah sekali diketahui sosok Namjoon dan Jimin. Tapi sebenarnya bukan itu yang ia khawatirkan. Melainkan mereka yang menikmati waktu senggangnya bersama dirinya. Klara takut ada rumor tidak mengenakkan mengenai kedua pria itu nanti.
"Kau memang belum pernah pergi keluar, ya?" Pertanyaan Jimin sontak membuat Klara menatapnya polos. "Maksudku, menikmati waktu seperti ini. Sore atau malam, begitu? Pasti perempuan di seumuranmu ini tengah sibuk menikmati waktunya bersama teman-teman."
Namjoon melirik Jimin sekilas. Setuju juga dengan pertanyaan Jimin, lantas menatap Klara yang meletakkan minuman kaleng di atas meja. Seulas senyum tipis kian muncul di wajahnya yang tampak pucat itu. Bukan karen sakit, hanya hawa dingin yang melingkupi mereka.
"Mungkin kalian tidak akan mempercayai ucapanku. Tapi, aku memang belum pernah merasakan ituㅡyang kau sebutkan tadi." Klara terkekeh pelanㅡbegitu kasihan pada nasibnya. "Aku lebih sering berada di dalam kamar bersama album kalian. Begitu menyenangkan rasanya. Menggantikan waktu yang sebenarnya hal itu ingin kulakukan."
"Memangnya kenapa?" tanya Jimin kelewat penasaran.
"Aku tidak diperbolehkan untuk keluar rumah. Terkecuali, saat bersekolah dulu."
Hening mengisi suasana mereka. Hanya suara tapakan kaki yang berasal dari jalanan itu. Membuat Jimin dan Namjoon saling berpandangan dan mulai bingung harus bereaksi apa.
Helaan napas Klara mengalihkan atensi keduanya. Ia bangkit dan mengulum senyum lebar seraya menatap mereka. "Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Itu kan dulu. Sekarang aku bisa bebas dan dapat menikmati udara segar seperti ini. Sangat berterima kasih pada kalian yang mau menampungku. Maaf kalau aku begitu merepotkan," ujar Klara begitu tulus dan dapat dirasakan oleh kedua pria itu.
"A-ah... bagaimana jika kita pulang sekarang? Makan malam sudah hampir tiba. Aku takut Jungkook akan menghabiskannya sendirian." Namjoon ikutan bangkir dari duduknya, disusul Jimin yang mengangguk setuju. "Ayo kita pulang!"
Klara tersenyum lebar. "Ayo!"
Pun ketiga manusia itu menaiki sepeda masing-masing menuju apartemen Hannam The Hill yang ditempuh 20 menit lamanya.
•••
Hoseok dan Seokjin mendongakkan kepalanya ketika menyadari presensi Yoongi yang baru saja turun dari kamar dengan wajah sembab. Terlihat sekali sehabis bangun tidur puasnya dan sesekali menguap. Rambut acak-acakan serta tangan yang mengusap wajahnya itu.
Menempatkan diri di samping Hoseok dan Seokjin yang menonton tv, lalu Hoseok bersuara, "Kau tidak buat makan malam, Hyung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimple | BTS
FanfictionSeorang gadis datang ke kehidupan ketujuh pria yang sangat diidolakan oleh satu global. WARNING 3K! - Kekesalan - Kebaperan - Kekasaran