EPILOGUE

1.8K 183 21
                                        


Akhirnya sampai di ujung cerita.

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa.

Stay healthy, stay safe. Tetap rajin cuci tangan.

Happy reading

.

Setahun kemudian....

Matahari belum terlalu tinggi, udara pagi itu masih sedikit dingin. Perlahan kesibukan kota Seoul pada pagi hari akhir minggu itu mulai bergulir. Di sebuah taman di suatu kompleks apartemen, orang-orang sedang menikmati suasana pagi yang masih segar. Ada yang berkumpul sambil membicarakan apapun yang sedang terjadi, ada yang berolahraga di sekitar taman. Namun ada pula yang hanya duduk-duduk santai.

Kesibukan dan keriuhan itu sayangnya tidak terdengar dalam kamar tidur di salah satu unit apartemen. Berlawanan dengan keadaan di luar, sang pemilik kamar masih terlelap dalam balutan selimut tebal berwarna kuning kesukaannya. Tampaknya ia masih sangat menikmati istirahatnya setelah aktivitas panjang yang melelahkan kemarin malam.

Sinar matahari menyelinap melewati celah gorden, mengenai netranya yang masih tertutup. Lama kelamaan makin terang sehingga mata indah itu terusik karena merasa silau. Perlahan ia meraih kesadaran, walau masih enggan membuka mata. Sudah pagi, demikian pikirnya.

Park Jimin, sang pemilik apartemen, mulai membuka matanya, merasakan sensasi pegal yang terasa mendera di sekujur tubuh. Tapi ia sama sekali tidak keberatan. Ia malah gembira karena sangat menikmati kegiatannya semalam.

Akhir-akhir ini Jimin memang pantas merasa gembira. Ada banyak hal yang patut ia syukuri. Orang tuanya di Busan dalam keadaan sehat, mereka baru saja membuka cabang toko bunga mereka yang kedua. Sang adik pun tengah bersemangat berlatih setelah diterima sebagai rookie di salah satu klub basket profesional ternama di Seoul.

Pekerjaan Jimin berjalan lancar. Setahun lalu proposal Jimin untuk BT21 diterima Direktur Kim. Sesuai janjinya, Jimin mendapat kenaikan jabatan sebagai KaBag Marketing. Jimin sangat bangga, bukan hanya karena ia memang pantas ada di posisi itu tetapi lebih-lebih lagi Jimin bekerja sangat keras untuk mendapatkannya. Berhari-hari melakukan riset mendalam mengenai brand tersebut sampai akhirnya mendapatkan formula strategi yang dirasa tepat. Direktur Kim menyetujuinya, sang klien pun menyukainya. Demikianlah perusahaan mendapatkan salah satu kerjasama terbesar mereka.

Sahabat-sahabatnya juga sedang berbahagia. Kemarin baru saja Taehyung dan Jungkook melangsungkan pernikahan mereka. Kedua mempelai mengucap janji suci sambil menangis bahagia di altar. Bahkan Taehyung hampir merusak riasan wajahnya karena pemuda itu terus menerus mengusap air matanya. Jungkook sama emosionalnya, hidungnya memerah bagai rusa di musim dingin, dengan ingus yang terus mengalir.

Jimin menyaksikan semuanya dengan perasaan haru yang mendalam. Posisinya sebagai best man Taehyung membuat dia bisa melihat prosesi itu dari jarak sangat dekat. Kedua sahabatnya itu terlihat sangat konyol namun begitu penuh cinta satu sama lain. Diam-diam, Jimin berharap semoga ia juga bisa segera menyusul mereka berdua menjadi pengantin yang berbahagia.

Prosesi pernikahan dilanjutkan dengan acara resepsi sederhana. Semua karyawan bagian Marketing hadir mengucapkan selamat kepada kedua mempelai. Direktur Kim datang memberikan restunya ditemani Sekdir Seokjin. Keduanya tampak gagah serasi walaupun masih saling malu-malu berdampingan. Tamu-tamu undangan berspekulasi akankah mereka berdua menjadi sepasang kekasih seperti Taehyung-Jungkook dan Yoongi-Jimin.

Ah Yoongi... Lelaki yang sudah menjadi sumber kebahagiaan terbesar Jimin. Yoongi sudah menjadi segalanya bagi Jimin, Jimin sudah tidak bisa mengingat bagaimana dunianya sebelum bertemu Yoongi. Dia bahkan tidak tau lagi apa, mengapa, dan bagaimana dia bisa membenci Yoongi saat itu.

Benci (Jadi) CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang