Dimulainya Zaman Holosen

1.6K 286 66
                                    

Bian mengarahkan matanya pada lubang pintu kamar hotel itu sekali lagi. Mereka sudah pergi. Tidak terlihat tanda-tanda adanya zombie lagi di sana. Bian membuka pelan pintu itu dan melongok ke kiri dan ke kanan memeriksa keadaan koridor sebelum mereka berlima benar-benar keluar meninggalkan kamar. Bian memberi aba-aba pada keempat gadis di belakangnya untuk mulai bergerak ketika memang tidak melihat makhluk itu di koridor.

Mereka berempat mulai melangkah pelan sambil mengawasi keadaan sekitar. Kini masing-masing dari mereka telah membawa senjata. Bian, Lisa, dan Jeni membawa senapan sementara Jisu dan Rose memegang pistol di tangan. Di belakang punggung Lisa terdapat ransel berisi amunisi dan kotak P3K. Begitu juga dengan Jeni yang membawa tas punggung berisi amunisi, beberapa makanan, dan beberapa peralatan yang sekiranya akan diperlukan nantinya. Selain Jeni dan Lisa, masing-masing dari mereka membawa tas pinggang kecil yang dikaitkan ke ikat pinggang. Tas itu berisi peluru, pisau, dan gunting lipat. Mereka juga memakai masker ditambah sapu tangan yang dilipat segitiga untuk menutup hidung dan diikat ke belakang kepala. Itu mereka lakukan untuk mengurangi bau menusuk yang keluar dari makhluk-makhluk itu.

Keadaan di lorong hotel saat itu sangat sunyi. Bahkan terlalu sunyi hingga mereka bisa mendengar langkah kaki mereka sendiri meskipun berjalan dengan setengah mengendap-endap. Masih belum tampak tanda-tanda keberadaan zombie itu di sekitar mereka. Yang terlihat hanyalah bekas noda darah yang menempel dimana-mana.

Lisa menoleh ke belakang. Ia melihat Jeni yang sedikit tertinggal diantara yang lain. "Hei, bergeraklah lebih cepat. Kau bisa tertinggal jika berjalan lamban seperti itu."

"Benda ini berat sekali. Aku belum terbiasa membawanya." keluh Jeni sambil berusaha menenteng senapan milik Lisa itu dengan susah payah.

Lisa mendecakkan lidah. "Kau sendiri tadi yang memilih membawa itu."

"Mau tukar dengan pistol ini?" tawar Jisu pada Jeni sambil menyodorkan pistol ditangannya.

Dengan senang hati Jeni menyambut pistol itu. Ia membolak-balik pistol itu untuk mengamatinya sesaat. "Ini jauh lebih baik."

Saat mereka akan melewati perempataan lorong hotel, Bian yang berjalan paling depan tiba-tiba mengangkat sebelah tangan memberi isyarat untuk berhenti. Sontak empat gadis yang berada di belakangnya langsung menghentikan gerakan. Bian mengintip dari balik dinding untuk melihat keadaan. Dilorong sebelah kiri kosong. Begitupun dengan lorong sebelah kanan.

Bian kembali menggerakkan tangannya memberi isyarat aman. Keempat gadis itu kembali bergerak. Rose melihat lorong sebelah kiri dan kanan itu dan mendapati memang tidak ada apapun di sana. Rose mengernyitkan kening saat menyadari sesuatu. "Hei, tidakkah kalian merasa aneh? Bukankah tadi zombie itu ada banyak sekali? Kenapa sekarang sama sekali tidak terlihat? Kemana perginya mereka semua?"

"Apapun penyebabnya setidaknya ini memudahkan kita. Kita tidak perlu berhadapan dengan mereka." sahut Jisu.

Mereka kini berjalan dengan langkah lebih cepat dari sebelumnya saat jarak mereka dengan pintu lift tinggal beberapa meter. Mereka harus segera menuju lift di ujung lorong untuk pergi ke lantai paling atas lalu menaiki tangga ke atap hotel untuk menunggu tim evakuasi. Setidaknya itulah rencananya.

Namun Jeni masih berdiri di tempatnya. Di perempatan lorong yang baru saja mereka lewati. Perhatiannya mengarah pada salah satu kamar hotel yang ada di lorong sebelah kiri. Pintu kamar itu terbuka. Samar-samar terdengar suara orang minta tolong dari sana.

Menyadari bahwa Jeni tertinggal beberapa langkah di belakang, Rose mendekati Jeni. "Hei, kau sedang apa?"

Jeni meletakkan jari telunjuk di depan bibir. "Ssstttt!!"

Jeni kemudian mencondongkan telinganya ke kamar itu. Ada suara orang sedang meronta sambil minta tolong. Sesekali juga terdengar teriakan seperti sedang kesakitan.

EPIDEMI [Cerita Pindah Ke Noveltoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang