"Kiri bang." Rara turun dari angkot yang tadi ia tumpangi. "Makasih ya bang." Ucapnya kemudian memberi selembaran uang kepada supir angkot. "Oke neng, sama sama." Balas sang supir mengacungkan jempol.
Rara berjalan menuju gerbang sekolah SMA Prima Bangsa, lalu melangkah memasuki gedung. Mengamati murid murid sudah ramai.
"Woy, sendirian aje lo." Ucap Tika, teman Rara, menepuk punggung tangan Rara.
Memang selama ini teman Rara di sekolah hanyalah Tika. Ia tidak mudah bergaul ataupun mencari teman. Tika pun orang yang sama, ia lebih suka menyendiri. Maka dari itu mereka bisa saling mengerti. Tidak pernah mengikut campuri urusan masing masing. Hanya saling memberi nasihat jika diperlukan saja, dan tidak menuntut cerita lainnya.
"Kirain siapa, elo ya, bukannya sapa 'pagi' malah ngagetin." Rara mengusap usap dadanya kaget.
"Oh iya, pagi Rara." Kata Tika cengengesan.
"Hm, pagi." Balas Rara seadanya. Kemudian mereka berdua memasuki kelas 11 IPA 2, dan duduk di meja yang sama.
"Lah anjir, gue lupa bawa topi." Tika mengotak atik tas nya, mencari topi.
"Kok bisa sih, keselip buku pelajaran kali." Kata Rara, kemudian mengambil alih tas Tika. Ia mengeluarkan semua barang barang yang ada di tas itu.
"Tuhkan engga ada Ra. Gimana dong, gue gamau di suruh berdiri di depan. Malu diliatin murid lain." Panik Tika.
"Elo lagian. Gimana bisa lupa sih?" Tanya Rara sambil memasukan kembali barang barang yang tadi ia keluarkan dari tasnya Tika.
"Engga tau. Seinget gue tadi malem udah gue simpen di tas ko, apa gue salah liat ya? Engga tau ah, terus ini gimana dong anjir." Tika mulai kesetanan, menggoyang goyangkan tubuh Rara.
"Yaudah gapapa, baru pertama kali ini dihukum. Ambil hikmahnya aja, siapa tau di liatin ka Arka." Kata Rara sambil terkikik geli. Tika meringis kemudian memanyunkan bibirnya.
Pasalnya, dulu ketika mereka masih kelas 10, Tika pernah menyukai kakak kelas yang bernama Arka itu. Ia sudah meyakinkan dirinya sendiri bahwa Arka pasti akan membalas perasaannya juga. Tapi saat ia menyatakan perasaannya kepada Arka, cowok itu malah dengan entengnya bilang 'sori gue udah punya pacar, tapi kalo lo mau, lo boleh ko jadi pacar kedua gue' dan saat itu juga Tika sudah tidak tertarik lagi dengan urusan percintaan. Ia sudah menutup hatinya rapat.
"Yaudah, kalo engga mau di hukum, ke uks aja sana. Pura pura sakit." Usul Rara sambil membuka tasnya, mengambil topi.
"Oh iya, lupa. Kenapa engga kepikiran ya? Yaudah ah gue mau bobo di uks. Selamat panas panasan, hehe." Katanya lalu pergi keluar kelas.
Rara menghela napas panjang. Huft, upacara ya? Pasti menguras waktu lama. Pada akhirnya pun amanah pembina upacara pasti akan membicarakan kebersihan, menjaga fasilitas sekolah dan lainnya.
Sungguh membosankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKARUI KUMO
RomanceRania Rahmata, atau yang biasa disapa Rara itu bukanlah siswi populer di sekolah ataupun murid kebanggan guru. Ia hanya seorang perempuan yang biasa biasa saja. Apalagi sifatnya yang tidak mudah berbaur, membuat ia sulit mendapatkan teman. Terbiasa...