02. Pra Ospek

4.5K 579 120
                                    









Kendaraan besi itu berhenti pada tempatnya. Di sebuah stasiun kebanggan bernama Solo Balapan. Kayra dan keluarga akhirnya menapakkan kakinya kembali di Kota Budaya. Kota yang menjadi saksi bisu pertemuan kedua orang tuanya. Seperti apa yang sempat gadis itu andai-andai kemarin, akankah hal tersebut juga berlaku padanya?

Hari ini mereka putuskan untuk berkeliling kota Solo. Kota yang terkenal dengan penduduknya yang ramah. Benar saja, sudah berapa kali Kayra dan keluarga disapa oleh mereka. Ya, seperti itu kota Solo. Membuat rindu bagi siapa yang pernah singgah.

Kayra dan keluarganya berkeliling tempat wisata yang terkenal bagi beberapa wisatawan. Salah satunya adalah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Sebuah bangunan tua berusia sekian ratus tahun yang didominasi dengan warna biru langit tersebut memberikan kesan takjub bagi pengunjungnya.

Keraton masih kental dengan hal mistisnya. Oleh karena itu, pengunjung diminta untuk menjaga tutur kata dan perilakunya. Peraturan yang ada di sana pun harus ditaati.

Setelah hasrat berkeliling sudah terpenuhi, kini giliran perut untuk diisi. Kayra harus mengantri untuk memesan makanan di salah satu rumah makan terkenal di Solo.

Setelah perut terisi, rumah nenek menjadi tujuan untuk kembali. Nenek Kayra sudah sepuh. Usianya sewindu dikali sepuluh.

"Siapa ini yang datang? Cucuku? Kok sudah besar sekali?" tanya neneknya begitu mendapati Kayra dan keluarganya berada di depan halaman rumah. Kayra langsung berlari dan menghamburkan dirinya ke dalam pelukan sang nenek. Sudah lama sekali rasanya. Terakhir ia datang ke sini saat usianya baru menginjak lima tahun.

"Nek, ini aku Kayra. Kayra kangen banget," ucap gadis itu lalu semakin mengeratkan pelukannya.

Mereka akhirnya menghabiskan waktu untuk memutar kembali memori masa lalu. Memori yang ingin sekali untuk diulang kembali seperti dulu. Setelah badannya mengisyaratkan rasa lelah, Kayra tidur bersama neneknya. Ia memang selalu manja jika bersama neneknya.









o0o





"Pa, hari ini jadi kan?" tanya gadis itu pada ayahnya.

"Jadi, dong!" Papanya terlihat begitu bersemangat.

Setelah matahari sedikit meninggi, Kayra dan keluarga berangkat untuk menemukan kos yang dicari. Arah mereka tertuju pada kampus bagian belakang. Karena jika kos di sana, pasti akan banyak orang yang berlalu-lalang entah pagi, sore, malam, ataupun siang.

Setelah mendapat kos yang nyaman, tanpa ragu papanya memberikan bayaran. Kayra memang mencari kos di jauh-jauh hari, karena jika ia mencari kos mendekati hari ketika ospek akan dimulai, pasti bayarannya akan sedikit meninggi.

Hari ini menjadi hari terakhir mereka di Kota Budaya. Besok, mereka harus kembali lagi ke ibu kota. Padahal Kayra masih rindu dengan suasananya. Tapi tidak apa, ia akan tinggal lebih lama pada akhirnya.

Setelah satu bulan berlalu, kampus akhirnya memberi instruksi untuk mahasiswa baru. Kayra sedikit kesal, ternyata untuk mempersiapkan berkas saja menyita banyak waktu.

Setelah selesai dengan berkas-berkas, kini muncul instruksi baru untuk bergabung dalam grup angkatan. Mereka saling berkenalan. Namun, Kayra hanya menjadi seorang penyimak. Lebih enak jika berkenalan secara langsung katanya.

KOMDIS | Kim Doyoung [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang