Suara monitor detak jantung terdengar begitu jelas di tengah sunyinya kamar rumah sakit. Dalam diam, Serena Yatalana memperhatikan ayahnya, Wira Tarendra, yang saat ini sedang terbujur tak berdaya menahan sakitnya.
Sudah hampir dua tahun ayah Serena menderita penyakit jantung. Kian hari kondisinya semakin memburuk. Entah sudah berapa ratus juta uang dihabiskan Serena hanya untuk mengobati ayah tercintanya. Semua sudah ludes terjual. Perabot rumah tangga, motor, tanah sepetak yang tadinya diwariskan ayah untuk dirinya. Oh, bahkan Serena rela menjual ponsel lamanya dan memakai ponsel jadul, belum lagi ditambah makan cuman satu kali sehari, hanya demi biaya pengobatan sang ayah.
Ibu Serena, Asrita Yatalana, sudah lama pergi. Ibu Serena meninggal karena pendarahan hebat yang tak kunjung berhenti setelah melahirkan Serena. Ya, Serena Yatalana memang tak pernah melihat wajah ibunya secara langsung. Satu-satunya hal yang bisa Serena lakukan hanyalah memandangi wajah cantik ibunya lewat album foto yang telah usang.
"Ayah .." lirih Serena sembari memegangi tangan ayahnya yang dipasang selang infus.
Ayah Serena masih tak sadarkan diri. Kondisinya drop semenjak kemarin malam. Dan parahnya lagi, satu-satunya jalan keluar terbaik yang bisa dilakukan sekarang hanyalah melakukan operasi transplantasi jantung. Ya, sebuah operasi yang harganya sangat fantastis.
Serena langsung mengusap air mata yang membasahi pipi mulusnya dengan punggung tangannya begitu mendengar suara pintu dibuka. Ternyata seorang dokter paruh baya yang rambutnya sudah hampir memutih semua. Dokter ini juga yang selama ini menjaga dan menjalani operasi jantung yang dibutuhkan ayah Serena.
"Serena?" ucap sang dokter dengan nada sedikit prihatin. Bahkan sangkin terlalu seringnya Serena berkunjung ke rumah sakit, beberapa dokter dan perawat sampai mengenali siapa itu Serena Yatalana.
Serena langsung menoleh dan bangkit berdiri dari kursinya yang tergeletak persis di samping ranjang tempat ayahnya berbaring itu. "Bagaimana, dok? Apa tim dokter sudah menemukan donor jantung yang cocok buat ayah saya?" tanya Serena penuh harap.
Sang dokter menghela napas, "Iya, kami sudah menemukan donor jantung buat ayah kamu."
Serena langsung berbinar-binar. Sebuah senyum kecil menghiasi wajah cantiknya, "Benarkah? Itu berarti kita bisa melakukan operasi sekarang juga kan, dok?"
Sang dokter terdiam sejenak. Wajahnya yang sudah dipenuhi oleh keriput itu dipenuhi oleh rasa iba, "Maaf, Serena. Tapi untuk menjalani operasi donor jantung, kamu harus melunasi biaya awal operasinya dulu."
Duar. Layaknya menara yang tersambar petir di tengah badai, seketika harapan Serena langsung hancur berkeping-keping. "Tapi keadaan ayah saya semakin memburuk, dokter .. Kalau begini terus bisa-bisa .."
Seketika, Serena langsung bergidik ngeri. Serena tak berani melanjutkan ucapannya sendiri. Tidak, tidak boleh. Bahkan membayangkan kehilangan ayahnya saja sudah membuat bulu kuduk Serena merinding.
Serena kembali bicara setelah terdiam sejenak, "Saya harus apa lagi, dok? Semua sudah saya lakukan. Bukankah sudah menjadi tugas dokter untuk menyelamatkan nyawa orang lain?"
Melihat raut wajah Serena yang nampak begitu putus asa, hati sang dokter langsung merasa iba dan terenyuh di saat yang bersamaan, "Saya paham perasaan kamu, Serena. Tapi ini semua juga bukan keinginan saya, ini sudah ketentuan dari pihak rumah sakit."
Sang dokter lanjut bicara sambil menepuk pundak sempit Serena, mencoba menenangkannya, "Saya akan membantu kamu dan berusaha semampu saya. Kamu tenang saja. Untuk saat ini, tidak banyak yang bisa saya lakukan. Saya cuman manusia biasa."
Serena tersenyum getir, "Terima kasih, dokter."
*****
Waktu menunjukkan hampi pukul sembilan malam begitu Serena sudah kembali ke rumahnya. Ya, satu-satunya aset berharga yang belum terjual hanyalah rumah ini. Sebuah rumah sederhana nan begitu asri peninggalan almarhumah ibu Serena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nafsu Sang CEO [COMPLETED]
Romance⚠🔞WARNING 21+ MENGANDUNG KONTEN CERITA DEWASA, VERY MATURE, ROMANCE⚠🔞 Buat yang masih di bawah umur PLEASE JANGAN BACA kalo masih nekat dosa ditanggung sendiri Serena Yatalana hanya seorang gadis biasa yang hidupnya begitu monoton. Harinya dimulai...