Chapter 2 - Perempuan Bayaran

420K 6.8K 452
                                    

Di tengah temaramnya lampu kamar tidurnya, Serena mulai membuka amplop coklat besar berisi surat perjanjian pemberian Erick tadi. Begitu dibuka, ternyata isinya cuman selembar. Padahal tadinya Serena pikir isi kontrak perjanjiannya akan sangat panjang sampai berlembar-lembar.

"Segini saja?" kata Serena bingung begitu melihat kontraknya yang ternyata cuman selembar, itupun tidak full.

Deg, deg. Jantung Serena mulai berdegup lebih kencang. Dengan begitu serius, Serena mulai membaca isi surat perjanjian yang diberikan Erick.

Isi perjanjian pertama, Serena tidak diperkenankan punya kekasih atau menjalin hubungan atau dekat dengan laki-laki lain selama masih terikat kontrak.

Seketika, Serena langsung tersenyum kecut begitu selesai membaca baris kalimat itu. Serena Yatalana memang sudah lama tak punya kekasih. Semenjak hubungannya dengan Pierre -mantan tunangannya- kandas begitu saja dengan begitu tragisnya, sampai sekarang Serena masih belum mau menjalin cinta lagi dengan laki-laki lain.

Hatinya masih sakit. Layaknya luka, goresan kesedihan di hati Serena masih belum kering dan sembuh betul.

Isi perjanjian kedua, Serena harus bersedia dengan sabar membantu serta mengajari Erick Navarro memasak semua makanan favoritnya.

Serena langsung tersenyum geli. Sungguh kontrak perjanjian yang aneh. "Ck, kalau memang nggak bisa masak, kenapa nggak nyewa koki saja? Masa iya orang sekaya Erick nggak punya koki? Memang nggak punya atau nggak bersedia membayar?" cemooh Serena.

Oh, beruntung sekali Serena pandai masak. Maklum, sudah sekian lama Serena ditinggal ibunya. Tidak ada orang lain yang bisa Serena andalkan selain ayahnya dan dirinya sendiri. Ya, termasuk dalam urusan masak memasak dan mengurus rumah.

Isi perjanjian ketiga, Serena harus bersedia mendengarkan semua keluh kesah-termasuk harus bersedia menjadi teman baik bagi Erick Navarro; dan harus selalu siap sedia jika diminta bertemu tatap muka langsung.

Serena terdiam sejenak begitu selesai membaca kalimat tersebut. Kedua mata indahnya menerawang, memperhatikan secarik kertas yang ada dalam genggaman tangannya. Serena tidak salah baca kan? Ya, di surat perjanjian itu jelas-jelas Erick meminta Serena untuk menjadi temannya.

Serena langsung menggelengkan kepalanya. Tidak, ini semua memang nyata. Sudah jelas sekali kalau Erick memang meminta Serena untuk menjadi temannya. Serena langsung menghela napas dalam-dalam. Mungkin Erick hanya kesepian dan kurang teman ngobrol? Ah bodo amat, Serena tak mau berpikir terlalu rumit. Toh yang penting Serena bisa mendapat uang untuk membayar operasi transplantasi jantung ayahnya.

Lagipula hanya sekadar teman kok, apa susahnya menjadi seorang teman?

Deg, deg. Sesaat, jantung Serena kembali berdegup lebih kencang. Serena sudah sampai ke bagian penutup dari surat perjanjian yang isinya agak nyeleneh ini. Setelah menghirup napas dalam-dalam, akhirnya Serena kembali melanjutkan membaca isi surat perjanjian itu.

Isi perjanjian terakhir, Serena harus bersedia menjadi teman tidur bagi Erick Navarro. Kontrak berlaku sampai batas waktu yang ditentukan oleh pihak Erick Navarro dan apabila melanggar akan dikenakan sanksi tertentu.

Duar. Sebuah petir langsung menyambar kepala Serena begitu dirinya selesai membaca isi perjanjian yang terakhir. Harapannya langsung pupus sudah. Hancur berkeping-keping, habis tak tersisa.

Sebuah senyum getir langsung menghiasi wajah cantik Serena. Ternyata Erick tidak benar-benar tulus mau membantu dirinya.

Pantas saja daritadi Serena sama sekali tidak menemukan kalimat yang bilang kalau semua uang yang Serena pinjam bisa dicicil pelunasannya dengan cara potong gaji. Ya, Erick memang mau Serena membayar semua uang yang akan dia pinjamkan. Tapi sayangnya Erick tidak mau dibayar dengan uang. Serena harus membayarnya dengan cara lain ...

Nafsu Sang CEO [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang