IV. Taman yang aneh

107 15 17
                                    

    ɧศ℘℘ყ гεศɖıŋɢ!

Well, setidaknya aku mengingat kembali apa yang kulupakan.

FLASHBACK

  Sepertinya aku melupakan sesuatu, tapi apa? Ya sudahlah. Lupakan saja

FLASHBACK END

Yap, kalian benar. Aku lupa memompa ban sepedaku. Ya ampun, nasibku memang ngenes.

Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku menengok kanan kiri tapi hanya ada pohon. Haruskah aku kembali? Ah, tidak. Terlalu jauh.

Tapi tiba-tiba sebuah ide terlintas di benakku (kalian jangan kira aku tak bisa menggunakan otakku ok).

Bagaimana dengan pertigaan tadi? Ada belokan ke kiri kan? Mungkin aku bisa mencari bantuan.

Aku pun menuntun sepedaku untuk memutar balik kearah pertigaan tersebut.

Di jalan tersebut tidak ada apa-apa.
Sampai aku tiba pada sebuah taman yang sangat besar. Papan peringatan terpampang di samping gerbang taman tersebut:

DUE TO RADIATION

DO NOT CROSS

Wah wah wah, rupanya taman ini teradiasi. Aku mempertahankan kehendakku agar tidak masuk kedalam. Sampai kulihat ada sebuah titik yang bersinar terang. Padahal tempat ini sangat gelap karena tertutupi pepohonan.

Rasa penasaranku ternyata lebih tinggi daripada kewarasanku. Aku mulai memasuki taman itu.

Kriiiik

Gerbangnya berdecit saat dibuka. Aku pun mulai masuk ke taman itu. Tak ada bangunan didalamnya. Sangat gelap dan sepi. Hanya sebuah taman biasa dengan bunga liar, pepohonan, kristal, dan sebuah altar yang bercahaya.

Wait what? Dua yang terakhir itu tak masuk akal. Tapi itu kenyataanya. Aku tak mempercayai penglihatanku. Di pusat taman ada sebuah altar yang berbentuk lingkaran dan menyala putih terang. Dan dikanan-kiri ku terpadat banyak hamparan kristal-kristal kecil berwarna putih dan hijau toska.

Seketika kewarasanku mulai mengambil alih lagi. Aku melirik alrojiku.

07:08.

Selamat Nelson! Kamu berhasil menghancurkan rekor tidak pernah terlambatmu! Hebat! Tepuk tangan para pemirsa!

Yah, aku sudah telat, jadi... Tidak ada salahnya kan berkeliling sebentar? Toh juga nanti aku akan dihukum.

Aku berjalan perlahan kearah altar tersebut. Aku entah mengapa terus memikirkan tentang sekolah dan jam. Ternyata aku stress gara-gara terlambat.

Di tengah altar tersebut ada sebuah tiang berbentuk Pentagon setinggi pinggang. Dan disana, diatas tiang tersebut, ada sebuah... Bola. Bola bercahaya yang melayang kira-kira 3 cm dari puncak tiang tersebut.

Rasa penasaranku kembali memuncak. Aku berjalan sedikit lebih cepat karena ingin menyentuh bola itu. Tapi otakku  terus terisi oleh pikiran-pikiran buruk mengenai 'sekolah' dan 'jam'.

Aku sampai didepan bola tersebut. Aku sangat terkagum pada keindahannya. Bola yang bulat sempurna. Tak ada lecet ataupun kotor. Bersih dan Bercahaya biru terang.

Tanganku bergerak sendiri. Aku tak kuasa menahan Godaan untuk tak menyentuhnya. Aku menyentuhnya. Lalu apa? Tak ada yang terjadi.

Hohoho, tidak. Lebih tepatnya belum terjadi.

Pelajaran moral no.1: Jangan terlalu menyimpulkan keadaan. Kalau tidak, kalian akan bernasib sepertiku. Yah, setidaknya aku tak jadi terlambat ke sekolah.

Seluruh taman seketika bersinar. Dan seketika di depanku mulai muncul  sebuah tanda berpendar biru terang:

Setelah tanda tersebut hilang, Cahaya dari dalam bola tersebut tumpah keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah tanda tersebut hilang, Cahaya dari dalam bola tersebut tumpah keluar. Begitu terang. Sepedaku meleleh (Tidak! Sepeda mahalku!). Akupun tak kuasa menahannya. Waktu serasa dihisap lalu dikeluarkan kembali. Ahhhhhhhhhhh!!!!

Penglihatanku mulai kabur. Seperti melihat dalam air tapi dengan warna putih dan biru dicampur aduk secara bersamaan. Sangat memusingkan.

Mungkin ini efek radiasi yang dikatakan oleh papan peringatan tadi. Mengapa aku tidak menurutinya? Sudag terlambat untuk menyesal sekarang Nelson.

Kalian pernah naik roller coaster? Nah, keadaanku sekarang 10X lipat lebih buruk daripada saat kalian saat naik roller coaster.

Aku menutup mataku keras-keras. Masih putih. Sepertinya ini adalah ajalku. Tapi saat cahayanya sudah mulai redup, aku membuka mataku. Dan anehnya, aku tak berada di taman itu lagi. Dan lebih anehnya lagi, sepedaku kembali utuh (syukurlah).

Kalian tau aku berada dimana?

Aku berada disekolah pada pukul 06:50.

Yo hello! Halo lagi ya! Maap nih kalo pendek. Pikiran w masih blank Gatau mau memanjangkan dengan cara apa. Setidaknya target 500 kata tercapai :>. Makasih ya dah dukung aku! Aku jadi semangat mikirin ceritanya!
🤗🤗🤗

Oiya! Sebenarnya ini udah jadi dari kemaren, cuma habis kuota 😣. Terus, sebenarnya bab ini udah berkali2 di upload sebelum habis kuota. Tapi karena ada masalah (gak tau apa mungkin wattpadnya ngebug :v) jadi harus di batalkan publikasinya selama beberapa kali.

Yah, kan akhirnya bahagia? Jadi jangan dipikirin :D

Btw, stay safe ya! Wash your hand!👏

The Beacon LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang