chapter 6

1.1K 83 0
                                    

.
.
.
.
.
Dasar Putri Salju" ucapnya menyeringai tipis, dan terlihat -menggoda-.

"Kau....Pangeran Es..." balas Sakura tak mau kalah, kemudian matanya benar-benar tertutup. Dia...pingsan

Sasuke menatap wajah Sakura yang tidak sadarkan diri. Sasuke membersihkan sisa darah yang masih ada di dahi Sakura dengan jari-jari tangannya. Kemudian Sasuke bangun dari tempatnya. Dia melihat sekitarnya, hari mulai gelap, dan angin semakin kencang.

'Sebaiknya aku cepat-cepat pergi dari sini' pikirnya.

Kemudian Sasuke mengeratkan jubah putih Sakura dan menggendongnya dengan ala bridal style. Sasuke dengan cepat berlari dan meloncati tiap tanah bersalju yang dia lewati. Karena banyak tumpukan salju, maka dia agak susah melewatinya. Di tambah lagi disini tidak ada pohon atau gua. Di tempat itu memanglah dataran rendah, paling tidak Sasuke harus berjalan sejauh satu kilometer untuk mendapatkan tempat berteduh.

Sasuke terus melangkah dengan cepat melewati salju-salju itu. Wajah nya tidak memperlihatkan sedikit pun kalau dia kedinginan. Tetap saja wajahnya itu terlihat biasa-biasa saja dan juga terlihat cool. Mata onyx nya yang tajam selalu mencari tempat untuk berteduh. Sekitar beberapa ratus meter sudah Sasuke tempuh, dia melihat sebuah rumah kecil dengan cerobong asap-nya.

Sasuke sangat bersyukur bisa mendapatkan tempat untuk berteduh. Dengan cepat dia melangkahkan kaki nya dan mempererat Sakura dalam gendongan nya.

'Tok tok tok'

"Permisi" kata Sasuke sambil mengetuk pintu.

'ceklek' pintu pun terbuka. Muncullah seorang nenek-nenek.

"Ada apa anak muda?" kata nenek-nenek itu.

"Maaf mengganggu, apakah kami boleh berteduh disini ?" izin Sasuke dengan kata-kata yang sopan. Yah, Sasuke memang orang yang tidak suka berbicara panjang. Tapi dia juga harus menghormati orang yang lebih tua, apalagi nenek-nenek.

"Tentu saja nak. Angin diluar sangat kencang. Dan....Ya ampun ! Gadis ini pucat sekali. Bawa dia masuk nak. Dia bisa mati kedinginan" kata nenek itu yang terkejut melihat Sakura tidak sadarkan diri.

"Hn, terima kasih"

Setelah mereka masuk, seorang kakek menghampiri mereka.

"Wah...kita kedatangan tamu ya" kata kakek itu sambil tersenyum.

"Kau ini, mereka ini mau berteduh. Kau tolong buatkan mereka makanan dan minuman hangat" kata nenek itu.

"Ya baiklah" kata kakek itu langsung ke dapur.

"Ku rasa diluar akan ada badai kecil. Ayo ku antar kalian ke kamar" ajak nenek kemudian mereka menuju ke kamar. Sasuke pun mengikutinya.

Setelah masuk kekamar, nenek pun menghidupkan lampu kamar dan mengambil selimut tebal di dalam lemari.

"Kau letakkan dia di kasur itu nak" tunjuk Nenek ke arah kasur berukuran queen. Setelah itu Sasuke meletakkan Sakura di kasur itu.

"Nenek, kepalanya ada sedikit luka, boleh minta kotak obat ?" kata Sasuke sopan walau wajah nya tetap terlihat seperti biasanya....dingin. Yah begitulah ciri-ciri Sasuke, didepan orang tua pun wajahnya tetap cool, dasar pelit senyum.

"Ya tentu saja. Tapi kamu keluar saja dulu. Aku ingin mengganti bajunya dengan baju yang lebih hangat" kata nenek.

Sasuke mengernyit bingung.

"Dengan pakaian mu?" Tanya Sasuke heran.

"Tentu saja tidak. Aku memiliki seorang anak gadis dulu dan kamar ini adalah miliknya"

Sasuke melihat kamar disekelilingnya. Ya, kamar ini memang kamar perempuan. Ada satu wc, ada sebuah kasur ukuran queen, dan ada pula lemari baju.

"Sekarang kau keluar saja dulu. Kau bisa menghangatkan dirimu di dapur. Suami ku sudah menyiapkan makanan dan minuman hangat untuk mu, pergilah" kata Nenek.

"Hn, terimakasih"

Kemudian Sasuke pergi ke dapur. Disana dia di sambut oleh Kakek yang sedang menyediakan makanan dan minuman hangat di atas meja.

Hai anak muda, kemarilah. Aku telah menyiapkan ramen dan teh hangat untuk mu" kata Kakek itu.

"Iya terimakasih" sebuah kata langka keluar dari mulut Sasuke. Ya, biasanya juga kata 'Hn' yang digunakan untuk menanggapi orang.

Sasuke pun duduk dan makan dimeja makan. Setelah lima belas menit kemudian dia pun selesai makan. Tiba-tiba datang lah Nenek ke dapur.

"Sudah selesai makan nya ? Pacarmu sudah ku ganti pakaian nya dan sudah ku kompres. Dia hanya sedikit demam saja" kata Nenek tersenyum sambil duduk di samping Kakek di meja makan.

Pacar ? Sasuke sedikit mengernyit dan tertekan ketika nenek mengucapkan kata pacar. Tapi Sasuke tidak mau ambil pusing. Dia kembali bersikap biasa dan tidak ingin mempermasalahkannya.

"Maaf ya nak. Rumah kami ini tidak terlalu besar dan kamar nya hanya dua. Kau bisa sekamar dengan pacarmu itu sambil menjaga nya selagi dia masih demam" kata Nenek sambil tersenyum.

"Iya nak, kami minta maaf karena tidak bisa menyediakan satu kamar lagi untuk mu" lanjut Kakek.

"Tidak apa. Kami seharusnya berterimakasih" kata Sasuke. Nenek dan Kakek pun tersenyum.

"Nak, kamu dari desa apa?" Tanya Kakek.

"Konoha"

"Wah, masih setengah perjalanan kalau dari sini" jawab Kakek.

"Iya nak, kalau besok badai nya sudah mereda, mungkin kalian bisa melanjutkan lagi perjalanan kalian" lanjut Nenek.

Apa ? diluar ada badai salju ? Untung saja Sasuke segera menemukan tempat perlindungan, kalau tidak bagaimana jadinya mereka.

Saat Nenek akan mengambil mangkuk dan gelas bekas makanan Sasuke tadi, Sasuke menahan tangannya.

"Biar aku saja yang mencuci nya" kata Sasuke kemudian langsung membawa piringnya ketempat pencucian dan membersihkan mangkuk serta gelasnya.

Nenek tersenyum melihatnya.

'Anak ini walau pendiam dan terlihat dingin, tapi dia sangat sopan ya.....' pikir Nenek.

Setelah selesai mencuci piring, Sasuke pun izin untuk segera kekamar.

"Jaga pacar mu itu baik-baik, jangan sampai dia kedinginan lagi"

"Ya" kemudian Sasuke menuju ke kamar. Saat dia membuka pintu kamar, dia melihat Sakura sedang tidur dengan selimut tebal. Kepalanya juga di kompres.

Sasuke berjalan kearah jendela. Hari sudah malam, ia juga melihat angin kencang di balik jendela.

'Bagaimana dengan keadaan Naruto?' pikir Sasuke waktu itu. Ya, saat ini Sasuke juga memikirkan teman se-tim nya yang berada sendirian diluar sana. Mungkin dia masih berada di tempat tadi di dataran tinggi. Atau mungkin dia juga sedang berteduh. Semoga dia baik-baik saja.

Kemudian Sasuke menutup gorden jendela itu. Diruangan ini juga cukup dingin. Karena tidak ada penghangat ruangan. Dia melihat kearah jam dinding, kini sudah pukul sembilan malam.

Sasuke mematikan lampu ruangan, dan menghidupkan lampu kecil yang ada di meja di sebelah kasur Sakura. ruangan yang tadi terang kini sudah terlihat lebih gelap dengan cahaya yang hanya berada disekitar kasur.
.
.
.
Lanjut besokk😵

 Sasusaku "Enternal Love"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang