💙Prolog💙

92 21 29
                                    


Seorang wanita duduk resah sembari menatap gelisah benda pipih dihadapannya, dia terus saja menggigit jemari karena gugup. Netra bulat itu mengembun menahan sesak dihatinya, takut-takut jika hal ini akan terbeber oleh orang lain. Dua bulan ini dia terus menghubungi lelaki itu, namun hanya panggilan operator yang menjawab.

"Rossa! Keluar kamu!"

Suara gaduh diluar membuyarkan lamunannya, dia sudah menduga lambat laun orang-orang akan tahu. Dengan tubuh gemetar dia mengusap kasar air matanya, dia berdiri dan hendak meraih knop pintu sebelum seseorang yang terlebih dulu membukanya.

"Diluar ada apa, Nak?"

Rossa, wanita itu memandang dengan sorot sedih kepada sosok renta dihadapannya.

"Bu," ucap Rossa dengan lirih.

"Loh kenapa nangis?"

Wanita bertubuh renta itu berjalan pelan, dia mengusap air mata anak semata wayangnya.

"Rossa!"

"Keluar!"

Gertakan diluar membuat Ibu Rossa berjalan ke arah pintu, Rossa hanya mengikut sambil tertunduk. Dia tidak bisa membayangkan jika Ibunya tahu dari mulut orang lain.

"Ada apa, yah?"

"Ada apa?, Anakmu itu mencoreng nama desa kita!"

"Betul itu," sahut yang lain

"Kita usir saja dia."

Mereka masuk tanpa permisi, tidak mengindahkan wanita paruh baya yang jatuh tersungkur di lantai. Rossa mencoba memberontak saat tangannya ditarik kasar oleh beberapa bapak-bapak. Dia menatap ibunya dengan nanar.

"Mau kalian apakan anak saya?,"

Ibu Rossa berdiri, mencoba melepaskan anaknya dari kepungan warga. Dia berteriak histeris saat anaknya diseret tidak manusiawi.

"Anak ibu ini hamil, kenapa menutupinya?" Gertak seorang Bapak-bapak.

"A..a..nak s..a..ya hh...amil?"

Dia menatap Rossa dengan tatapan berembun, Ibu mana yang tega dibohongi oleh putrinya sendiri sampai sedemikian rupa. Gadis mungil yang dibesarkan dengan kasih sayang ternyata akhirnya berbuat serong dan paling pedihnya adalah dia mendengar semua itu dari mulut orang lain.

Rossa melepaskan cengkraman pria itu, dia duduk bersimpuh dihadapan Ibunya.

"Maafkan Rossa, Bu."

"Pergi."

Satu kata yang terdengar jelas ditelinga Rossa, wanita itu menggeleng. Dia tidak ingin meninggalkan Ibunya yang saat ini sedang sakit, Rossa ingin menjaga wanita yang sudah melahirkannya itu.

"Rossa mohon, Bu. Maafin Rossa,"

"Pergi!"

Rossa tersentak hingga jatuh, ini kali pertama sang Ibu membentaknya. Bahkan dulu saat kecil apapun kesalahan yang dia lakukan selalu menjadi objek tawa untuk Ibunya.

Dengan membawa hati yang hancur, Rossa pergi meninggalkan desa itu. Meninggalkan wanita paruh baya yang berderai air mata memunggunginya, ingin sekali Rossa ikut membawa wanita itu bersamanya namun apa daya dia bahkan terlihat jijik dihadapan Ibunya sendiri.

'Selamat datang kehidupan baru,' monolog Rossa sambil memegangi perutnya yang masih datar.

-----
Bismillaah, Assalamu alaikum!
Apakabar teman-teman?
Semoga selalu sehat, yah.
Tetap semangat menjalani hari di tengah pandemi😉

Ini cerita pertamaku setelah minggat nulis hampir dua tahun. Semoga kalian senang membacanya.
Sangat menerima krisar😆
Authornya baik, kok.

Parangloe, 10 Mei 2020
-Nur

R(Asa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang