-Dia yang menyakitimu mungkin tidak merasa bahwa tindakannya bukan hanya melukai raga, tapi juga hati.
Namun, suatu saat nanti ia akan mengerti tatkala Allah mendatangkan hal yang sama kepadanya.
Tenang saja, itu hukum alam.-Seorang Ibu renta berjalan kesana kemari dengan raut cemas dan gelisah, pasalnya putri semata wayangnya tak kunjung menampakkan batang hidungnya, terlebih senja sudah terpancar. Sama sekali bukan kebiasaan putrinya. Hal utama yang membuatnya cemas adalah bayangan orang di masa itu terus muncul berlalu-lalang.
"Jadi kamu perempuan murahan yang menyerahkan diri pada suami saya?" tanya wanita sebayaku yang mencegah pada perjalanan pulang.
"Kamu siapa? Saya tidak kenal,"
"Cihh, pelacur saja kok sombong."
Langkahku terhenti, siapa dia? Mengapa sampai tau tentang hal itu.
"Apa? Kaget?, berapa rupiah kamu dibayar? Kurang belaian apa bagaimana? Nggak bisa makan, yah? Hahaha, Derman betul-betul menawan, saya akui itu. Bahkan perempuan sekusut kamu saja terjebak" ejeknya.
"Derman?" Apa ia istri laki-laki bejat itu?
"Saya akan memberimu uang, asal jangan pernah muncul dikehidupan kami"
-
"Lani, kemana kamu, Nak? Sudah mau maghrib tapi kamu belum pulang," Rossa diliputi kerisauan.
"Permisi, ini rumahnya Bu Rossa?" Laki-laki dengan tinggi semampai menghampiri Rossa.
"Iya, ada apa, yah?"
"Laninya ada, Bu?"
"Lah ini toh, Mas. Laninya sampai sekarang belum pulang"
"Tadi gue, eh maksudnya tadi saya juga lihat dia balik dari sekolah kok, Bu"
"Tolong, Nak. Bantu Ibu cari Lani." ucap Rossa yang sudah sangat panik.
Dery dan Rossa berangkat menyusuri jalan pulang Lani, Rossa tidak bisa tenang mengingat buruknya ia di masa lalu bisa saja berdampak pada masa yang di lalui Lani hingga akhir.
Dery pun sama, ia tahu betul Lani bukan gadis yang suka pulang malam, ia malah panik sendiri jika pulang terlalu sore.
"Jangan-jangan mereka lagi" gumam Dery menerka siapa dalang dibalik semua ini.
Mengingat sudah berjam-jam mereka mencari keberadaan Lani, Dery berinisiatif untuk mencarinya sendiri saja, terlebih kondisi Ibunya Lani nampaknya tidak baik-baik saja.
"Bu, berhubung sudah sangat malam dan kita belum menemukan Lani. Saya antar Ibu pulang dulu, Ibu jangan khawatir, saya akan membawa Lani pulang." Rossa tidak berhenti terisak, ia tidak ingin kejadian dulu terulang lagi, dimana putrinya harus menerima pembalasan dendam dari perempuan itu.
Setelah mengantar Bu Rossa pulang ke rumah, Dery sudah tahu kemana arah ia akan mencari Lani, gadisnya.
-----
Di tempat lain, dengan masih menggunakan seragam SMA yang sudah lusuh, seorang gadis malang terkapar tak berdaya, bibirnya berdarah dan wajah dipenuhi lebam. Tangan dan kaki terikat kebelakang. Bahkan kerudung yang baru saja dibelikan Ibunya sudah terlepas dari asalnya. Bicarapun rasanya begitu sakit. Sungguh, Lani tak kuasa menahan nyeri disekujur tubuhnya. Air mata pun terjun bebas tanpa meminta izin, dan ia rasa malaikat maut akan menjemputnya hari ini juga.
"Apa lo? Nggak usah sok suci! Lo tuh pasti nggak jauh beda dengan nyokap, lo!" gertak Reva sambil menarik rambut hitam yang bergelombang itu.
"Ma..af.in aku, to..tolong lepasin aku." Lani tak mampu menahan sakit lagi tatkala rambutnya dijambak begitu keras.
"Lo tuh nggak pantas hidup!" Vania menambahkan makian sembari menendang pinggang, pasti sebentar lagi tubuhnya akan lumpuh.
"Nggak usah kasih ampun, habisi saja tuh. Nanggung." ujar Loly sambil bersandar pada pintu kayu yang sudah mulai lapuk.
"Dasar bitches!, gue kehilangan nyokap gue karena, lo! Nyokap lo main datang aja! Gue tegasin, lo nggak akan bahagia!" Terus saja ia menendang, menampar dan menginjak tubuh Lani dengan membabi-buta.
"Tuhan, to..long jemput a..ku." lirih Lani.
Brakkk!
Pintu terbuka menampilkan sosok Dery dengan wajah murka, sorot matanya yang tajam seakan mencolok mata yang tengah ditatapnya."Apa lo? Mau jadi pahlawan kesiangan? Sudah gelap. Terlambat, lo! Meski lo mau jadi pahlawan kemalamanpun, lo nggak bisa!" Reva tersenyum sinis sembari mengeluarkan pisau kecil dari sakunya.
"Berani maju, lo?" Reva terkekeh melihat Dery yang berubah kaku tatkala ia melihat benda tajam yang di keluarkan dari sakunya.
"Jangankan selangkah, satu senti lo maju, habis dia" Reva berjongkok di depan Lani, membelai wajah yang penuh luka itu. Puas sekali rasanya. Dengan sekali gerakan, ia mengiris bagian pipi Lani, sembari menyayatnya. Perih, darah segar kembali mengucur.
Dery membelalakkan mata tak percaya, Reva benar-benar nekat. Ia tidak tahu harus bagaimana. Melihat gadisnya dilukai seperti itu membuat hatinya ikut merasakan perih.
"Rencananya gue mau ngehabisin lo hari ini juga, tapi kayaknya lebih seru melihat lo hancur perlahan-lahan."
Lani tak dapat bergerak, tubuhnya terasa remuk dan lidah kelu untuk berucap. Ingin sekali ia menangis, tapi ia tidak ingin terlihat lemah, meskipun fisiknya sudah berkata demikian.
"Ingat, yah, sayang. Ini belum selesai, kita main-main dilain waktu, yah." Reva dan kawannya berlalu setelah menampar dan menendang, lagi.
"Gue bawa lo ke Rumah Sakit, luka lo harus diobatin" panik Dery ingin mengangkat tubuh lemas Lani. Seketika Lani menepis tangannya dengan sisa tenaga yang dimiliki.
"Pe..pergi!"
"Gue nggak akan pergi, gue bakal pergi setelah gue bawa lo ke Rumah Sakit, lo terluka parah, Lan."
"Ak..u ma..u mati sa..saja" setelah mengatakannya, Lani ambruk.
Heyyo gengs!😎
Aku datang tanpa diundang, lagi.
Gimana?
Bagi yang puasa, lancar, nggak?
Jangan bosan-bosan mampir, yak. Meski hanya sekedar singgah dan ujung-ujungnya cuma menanam kisah lalu hilang tanpa arah. *uhhuk
Mulai part ini, sepertinya tidak bisa up tiap hari, cause Authornya sedang sick, bukan corona loh😂Krisarnya sangat diharapkan 😁
Jangan lupa voment, gengs cantik-cantik dan ganteng-ganteng.
Jaga diri dan jaga hati, yah.
Tetap di rumah saja.Parangloe, 14 Mei 2020
-Nur