Kita tidak pernah tahu apakah hari ini akan sedih atau senang,
Tidak ada jaminan jika hari ini akan ada tawa atau tangis,
Meskipun begitu, tidak ada salahnya untuk berjuang, kan?
.
.
.
Ghea mulai merasa risih dengan obrolan perjodohan kakaknya. Gadis itu pun berinisiatif mengirimkan DM kepada Wildan setelah stalking Instagram milik kakaknya.
Kak, online nggak?
Tidak lama kemudian dibalas sama Wildan, menginfokan kalau dirinya sedang aktif. Wildan sempat khawatir kenapa tiba-tiba di DM sama si adik jutek. Ternyata Ghea minta dibawa kabur dari pertemuan malam ini.
Wildan sebenarnya mau nolak, tapi kasihan juga. Akhirnya Wildan jemput Ghea. Katanya pengen lihat Tugu Jogja.
SAWA Steaks and Grill
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kamu pamit nggak?" tanya Wildan setelah menaikkan kaca helm.
"Pamit." jawab Ghea sambil menerima helm pemberian Wildan, helm yang biasa dipakai Resaka kalau bawa motor.
"Bener?" tanya Wildan yang sedikit kurang yakin apalagi Ghea tidak meyakinkan waktu menjawab. Tapi Ghea sudah duduk di jok belakang tanpa menjawab pertanyaannya. Wildan mengalah sambil menyerahkan hoodie jaket yang ia keluarkan dari paper bag. "Dipake ya."
"Ini apa?"
"Hoodie. Aku bawa buat jaga-jaga kalau kamu pakai dress dan ternyata bener kan. Pundaknya bolong lagi. Pasti dingin."
Ghea pun segera memakai hoodie dari Wildan. Shoulder-off dibilang pundak bolong sama Wildan. Ghea mau ngetawain tapi di pending.
Sumpah ini hoodie wangi downy banget. Wanginya mirip kayak Wildan.
Dari tempat pertemuan, mereka berjalan ke selatan. Setengah perjalanan sudah mereka saling senyap. Wildan nggak tahu mau ngomong apa dan Ghea juga canggung.
Gadis itu dari tadi sudah ancang-ancang pengen ngomong tapi selalu merasa nggak dapat timing yang oke.
Sampai mereka terhenti karena lampu merah dekat mirota kampus. Angkanya masih besar.
"Masih jauh?"
"Ha?" tanya Wildan sambil noleh ke belakang. Ghea sampai kaget karena dia tadi baru mau majuin muka. Dekat banget, sampai shock.
"Masih jauh?" ulangnya.
"Oh, nggak, tinggal lurus terus nanti ada lampu merah lagi kita ke kanan."
"Oke."
Wildan kembali menatap lurus ke depan. Ia bersenandung kecil sebuah lagu yang familiar di telinga Ghea.