Six ~ Bukan Dia ~

32 3 7
                                    

Typo bertebaran dimana-mana.
Maafkan ya.

Happy Reading 💐💐

• • •

Banyak orang mengatakan kalau cinta itu bisa tercipta karena terbiasa.
Terbiasa bersama misalnya.

• • •

Pagi ini. Clara bangun dengan sendirinya. Tak seperti biasanya yang sangat susah dibangunkan.

Dengan senyum yang merekah Clara segera beranjak dari tempat tidurnya dan segera bersiap.

"Pagi semuaaa" Sapa Clara dengan suaranya yang menggelegar.

"Tumben kamu bangun sendiri." Kata Mama Clara tak menanggapi sapaan Clara.

"Ishh... Mama. Bukannya seneng aku bisa bangun sendiri."

"Ya seneng sih. Tapi aneh aja kamu bangun sendiri."

"Yaudah deh ma. Yuk makan, nanti Clara keburu telat." Final Clara malas menanggapi ucapan sang Mama.

• • •


06.15

Masih pagi sekali bagi seorang Clara. Jarang sekali dia datang sepagi ini.

"Ternyata dateng pagi enak juga ya. Tapi gue tetep suka bangun siang sih." Guman Clara pada dirinya sendiri.

"Clara." Clara yang merasa namanya terpanggil pun menghentikan langkahnya lalu memutar badannya.

"Ada apa kak Davian?" Ternyata Davian yang memanggilnya. Ingat kan. Teman karib Danial.

"Lo ingetkan. Ntar pulsek langsung ke lapangan futsal. Latihan sekalian."

"Iya inget."

"Lo bawa bajukan?"

"Bawa kok."

"Ntar langsung ikut latihan aja. Ngga usah seleksi."

"Lah kok gitu kak?"

"Gue percaya lo bisa."

"Ha?" Tanya Clara masih bingung.

"Danial udah bilang ke gue. Lo kemaren latihan ama dia kan? Dia udah tau lo bisa. Dia ngeyakinin gue kalo lo bisa."

"Oohhhh....."

"Yaudah gue duluan ya." Kata Davian lalu melenggang pergi meninggalkan Clara.

"Tunggu tunggu. Jadi Danial yang bikin gue ngga usah seleksi?" Kata Clara pada dirinya sendiri. Sekarang dia terlihat seperti orang gila berbicara sendiri. Untung sekolah masih sepi.

"Aww gue baper. Aaaaa." Teriak Clara. Dengan hati berbunga bunga, Clara melenggang pergi. Tak lupa senyum yang tak pernah memudar.

"Hai Intan." Sapanya sesampainya di kelas. Dengan senyum yang tak kunjung padam tentunya.

"Ngapain lo senyum senyum. Ngeri gue liatnya." Kata Intan tak membalas sapaan Clara.

"Nggapapa." Balas Clara langsung duduk dimeja sambil terus menerus tersenyum.

Intan semakin mengernyit kebingungan.

"Ngga panas." Kata Intan sambil memegang dahi Clara.

"Ishh... Apaan sih tan. Gue itu sehat wal afiat. Perut gue aja yang nggak enak."

The Dissociative identity DisorderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang