"Lagu kalau terlalu lama diputer beberapa kali bakal bosen, buku paling pojok yang warnanya kusam kalau kamu baca tiap hari bakal enek, atau film favorit yang ditonton ulang beberapa kali ga akan dapet kepuasan kaya nonton pertama karena udah tau endingnya, ga peduli seberapa sukanya kamu sama itu semua. Ga jauh beda kaya hidup kalau jalan disitu aja kamu ga akan sampai ketujuan, karena kamu tau endingnya bakal tetep sama."
Unna memutar bola mata, "Buktinya aku dengerin lagu Adele ga pernah aku ngeluh bosen, buku kusam yang mami maksud ga pernah aku lewatin buat baca ulang tiap tidur, film kesukaan yang aku tonton ulang tetep aku cari kalau lagi makan dan ga nemu film yang wah lagi. Hidup aku monoton tapi aku bahagia."
Dia keluar dari persembunyian
Unna membaca pesan masuk dari Alden, menyatap makan siang tanpa berniat membalas.
"Coba mami tanya sekali lagi apa alasan kamu ga mau kuliah?"
Unna mengibaskan rambut "Sebagai anak satu-satunya yang paling disayang sama peramal Aruna, aku bakal tetep jadi beban keluarga yang hidupnya mengalir, sampe jodoh aku jemput pake mobil lamborghini."
Aruna menjitak kepala anaknya, "Liat tuh Casey dia udah berdiri dikakinya sendiri, usaha melukis terus dijual dan berani ngasih harga tinggi. Wanita itu harus punya nilai supaya ga ngandelin laki-laki, kalau gitu terus kamu bakal tetep direndahin karena laki-laki itu tau kamu ga bisa apa-apa kalau bukan karena dia."
"Dipikir aku hidup selama 21 tahun ga bisa berdiri dikaki sendiri." Unna berdiri melihatkan pada Aruna, bahwa kakinya masih mampu berdiri. Begitulah jika gobloknya murni tanpa campur tangan apapun.
"Bi Sarah tolong beresin meja makan, saya mau pergi ketoko roti. Saya capek harus menghadapi manusia yang masih cari dimana letak otaknya." Aruna berdiri mengambil tas, lalu berlalu pergi meninggalkan Unna yang tertawa keras.
"Bi, aku juga pamit ya, ada misi yang harus aku selesaikan."
Unna berjalan berlenggak-lenggok sampai kucirannya mengikuti irama kaki.
Unna memilih berjalan ke toko roti, siapa tau Unna bisa mengacau atau membuat hidup suasana disana.
Memilih berjalan untuk menghirup udara lebih serakah, Unna dengan refleks memundurkan kaki saat seseorang menghadang jalan.
"Emang ga pernah salah tuhan kalau mempertemukan seseorang. Baru kemarin gue cari alamat rumah baru lo, eh sekarang ketemu disini." Abian tersenyum lebar.
Unna menggigit bibir bawah, "L-lo udah rehab?" Cih mirip azis gagap.
Abian mempertahakan senyuman, lalu menyerahkan kertas. "Kalau lo masih penasaran bisa cari alamat itu. Gue berusaha jadi lebih baik setelah terjerat, gue berusaha ngeyakinin orang tua kalau setiap manusia bisa berubah seberapa menjijikan pun orang itu, gue udah rehabilitas selama enam bulan. Dan disini gue Abian ganendra dalam versi yang berbeda."
Seperti menemukan potongan puzzle, Unna melihat sekali lagi kertas yang berada ditangannya.
"Kalau liat kebelakang, tepat diumur 19 manusia labil kaya gue minim pengetahuan, lemah ngambil resiko jelas lebih mudah kehasut. Lo tau? alasan gue pake itu bukan karena pelampiasan orang tua yang sering berantem terang-terangan, ini murni karena gue yang goblok."
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD ANGLE [REVISI]
Romance"Gue satu-satunya orang yang akan liat lo dari sudut pandang yang berbeda." Copyright© 2020 Jangan di plagiat ya🙂