"PAPA!!" teriak Ae memanggil sang Papa yang tengah sibuk berbicara di telepon.
"Paaaaapaaaaa!" panggil Ae dengan suara bersenandung sambil menarik-narik kemeja Papanya.
Saint melirik sang anak seraya memberi isyarat diam dengan jari telunjuknya yang ditempelkan di bibir Ae. Namun usahanya itu sia-sia saja karena Ae tetap mengganggu perbincangannya dengan seseorang di siang hari itu. Setelah Saint mengakhiri panggilan teleponnya kemudian dia beralih pada anak lelakinya yang masih menggelayuti tubuhnya. "Ada apa?" tanyanya.
"Ae mau main ke rumah Pete. Boleh, kan?" ucap Ae meminta izin kepada sang Papa sembari memasang wajah memelas agar Saint mengizinkannya pergi.
"Ya ... Ya yayayaya boleh yaaaa?" ucapnya memohon sambil menarik kemeja sang Papa.
"Jangan pulang malam. Jam 3 sore harus sudah ada di rumah. Titik!" ujar Saint sambil berjalan ke meja tempat telepon rumahnya berada.
"What?" pekik Ae yang seakan tak percaya dengan apa yang didengarnya sambil berjalan mengikuti Saint dari belakang.
Saint berbalik kemudian membungkuk di depan Ae. "Kenapa?" tanyanya sembari mencubit pipi Ae.
Remaja itu tidak pantang menyerah, dia berjalan mengelilingi Papanya dengan telunjuk ditaruh di keningnya. "Tunggu Pa. Biar Ae pikirkan." ucapnya terdengar serius.
"Sekarang sudah jam 2 lewat 15 menit siang. Papa suruh Ae pulang jam 3 sore. Jarak rumah Ae ke rumah Pete butuh waktu sekitar 15 menit naik sepeda, di kali 2 berarti 30 menit untuk pulang pergi. Apa enaknya main 15 menit Papaaaaa?" imbuhnya memasang wajah kesal dengan bibir mempout.
Ae berusaha menjelaskan panjang lebar dengan teorinya yang lebih masuk akal tentang perintah Papanya yang terdengar tidak masuk akal tersebut. Ada saja alasan yang dibuatnya demi bisa bermain dengan Pete, sampai memutar otaknya untuk mengajak sang Papa berpikir logis.
"Ya sudah, tidak jadi main! Lebih baik Ae tidur saja. Bye!" ketusnya setelah gagal meyakinkan sang Papa. Ae kian merajuk setelah melihat ekspresi Saint. Dia pun berlari masuk ke kamarnya dengan perasaan kesal yang tak tersalurkan.
Knock! Knock! Knock!
"Ae!" panggil Saint saat memasuki kamar Ae.
"Ae, bangun. Kita pergi sekarang." imbuhnya sembari menggoyang pelan bahu Ae. Saint menyingkap sedikit selimut yang menutupi hampir seluruh tubuhnya, yang hanya menyisakan sedikit wajah dan hidungnya untuk bernafas. Tubuh Ae menggeliat seperti ulat sagu katika Saint menyentuhnya.
~cuppp~
Sebuah kecupan mendarat di dahi Ae setelah Saint menyingkapkan selimut di wajahnya.
"Hmmm!”Ae bergumam lirih saat merasakan sesuatu menyentuh kulit wajahnya.
"Papa!" pekiknya yang terkejut melihat wajah Saint berada tepat di atas wajahnya. Seketika itu pula Saint tertawa terbahak melihat raut wajah Ae yang lucu.
"Papa ganggu! Awas!" ketus Ae sembari merebut selimutnya dari tangan Saint dan kembali tidur.
"Kamu yakin tidak mau ikut Papa pergi jalan-jalan? Papa mau makan enak loh di tempat yang biasa kita makan ..." bisik Saint menggoda sang anak yang kini tidur memunggunginya.
Ae yang sempat terpejam beberapa saat pun kembali membuka matanya yang sedikit rempet itu, dan memasang telinga lebar-lebar untuk mendengarkan ocehan sang Papa yang terdengar menggiurkan.
"Papa mau pergi ke pasar malam dan makan di tempat yang kamu suka. Tapi terserah sih, kalau Ae gak ikut juga gak masalah. Biar Papa pergi sama tante Deasy." Saint terus menggoda Ae dengan menyebut nama Deasy, seseorang yang tidak terlalu disukai anaknya.
"Ae ikut! Tapi No tante Deasy. Just Papa and Ae. Ok?! Deal!" Ae segera bangkit dari tempat tidur setelah mendengar nama Deasy. Dan lanjut ke kamar mandi dengan sedikit berlari sampai kepalanya menabrak pintu kamar mandi.
"Hati-hati Ae!" Saint berlari menghampiri Ae yang tengah merintih kesakitan sambil mengusap kepalanya. Ketika ditanya keadaannya, Ae tak menjawab dan langsung masuk ke kamar mandi.
15 menit kemudian Ae keluar dari kamarnya dengan penampilan ala remaja Korea kekinian. Dia turun ke lantai satu untuk menemui Papanya yang menunggu di ruang tamu.
“Papa! Ayo berangkat!" ucap Ae bersemangat sambil menarik tangan Saint.
Sebelum pergi, Saint memperhatikan style Ae dari atas hingga bawah. "Kamu pakai sepatu itu?" tanyanya menunjuk ke arah sepatu berwarna putih yang dipakai Ae.
"Kenapa?"
"Kamu tidak pakai sepatu yang Papa belikan kemarin?" Saint nampak sedikit kecewa dengan pilihan Ae.
"Oh, itu nanti saja. Sekarang Ae pakai sepatu dari Pete dulu." jelas Ae
"Ok. Ayo, ke mobil." perintah Saint mengakhiri obrolan dengan sedikit ketus.
Di perjalanan Ae sudah tidak kuat menahan rasa kantuknya lagi sampai menguap berkali-kali. Hal tersebut disadari oleh Saint yang memperhatikannya sejak awal keberangkatan.
"Ae, kenapa kamu masih ngantuk? Kamu tau, kamu sudah tidur dari siang sampai malam." tegur Saint setelah tiba di tempat tujuan.
"Hoooaaaammmmppphhh!w ... Gak tau Pa-phhhmmm."
~Bugh!~
Suara benturan cukup keras terdengar nyaring saat kepala Ae terbentur dan menghantam kaca jendela mobil.
"Ae!" Pekik Saint panik sambil menggeser posisi duduknya mendekat ke arah Ae.
Saint meraih kepala Ae lalu mengusapnya perlahan dan hati-hati. "Kamu tidak apa-apa?" tanyanya cemas sambil mengusap kepala Ae yang bersandar di dadanya.
"Papa. Kepala Ae sakit." ucap Ae pelan seperti orang berbisik.
Kepala Ae bersandar di dada Saint dengan nyaman. Tak ada suara yang terdengar oleh Saint di malam itu. "Ae?" ucapnya memanggil sang anak yang cukup lama tidak terdengar suaranya.
Saat itu Saint mengira jika Ae tertidur dipelukannya, karena di sepanjang perjalanan tadi Ae terus saja menguap dan berkata jika ia mengantuk. Namun, setelah menunggu beberapa lama di dalam mobil, Saint mulai cemas saat Ae tak kunjung sadar setelah beberapa kali coba dibangunkan. Dan akhirnya, Saint pun coba merendahkan sandaran kursi mobilnya untuk memastikan keadaan sang anak, dia juga memasangkan kembali sabuk pengaman yang sempat dilepaskan Ae sebelumnya.
“Ae?!” Saint panik setelah menyadari Ae yang sudah tidak sadarkan diri dengan darah yang keluar dari salah satu lubang hidungnya. Saint bergegas membetulkan posisi duduknya dan Ae kemudian pergi menuju rumah sakit.
Perasaan risau mulai mendiami isi kepala Saint yang tengah menunggu kabar dari Dokter tentang anaknya yang dibawa masuk ke ruang UGD oleh para Perawat di rumah sakit.
Bersambung ...
a/n: pendek ya, 😅 gak pp lah ya, permulaan... semoga suka. Jangan lupa voment ya, biar aku tau kalian suka gak sama ceritanya... (REVISI GEDE2AN) 😅
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby Boy [SonPin x MPREG] √ (Revisi)
Fanfiction【COMPLETED】 PerthSaint I Romance I Soft I BoysLove I Angst "Ae tidak mau berbagi kasih sayang Papa dengan orang lain. Ae mau Papa hanya milik Ae, dan sayang Papa hanya untuk Ae."_Ae