Chapter 7 : Berubah (Revisi)

2.4K 187 19
                                    

"Apa yang telah kau lakukan Plan?!" bentak Saint seraya mencengkram pundak Plan yang duduk di dekat Mean.

Plan meringis menahan sakit di bahu kanannya. Dia sudah menduga jika hal seperti ini akan terjadi padanya. "Maaf, Phi. Tapi aku benar-benar tidak tahu." lirih Plan seraya melepaskan cengkraman kuat tangan Saint dibantu Mean yang tak terima dengan perlakuan kasar Saint kepada kekasihnya.

"Lepaskan bodoh! Kenapa menyerang pacarku?!" balas Mean membentak Saint disertai hantaman tangan kirinya yang mengenai tepat di wajah Saint hingga terpental mundur.

"Kau egois Saint! Plan sudah menolong anakmu dan kau masih menuduhnya yang macam-macam? Cih! Ayah macam apa kau ini? Menjaga satu orang anak saja tidak becus!" imbuh Mean yang ikut terbawa emosi dengan sikap kasar Saint. Mean mendekap tubuh Plan seraya menghapus bulir air mata di kedua sudut mata kekasihnya itu.

"A-aku pergi ke kamar mandi. Dan saat aku kembali untuk mengambil sesuatu di dapur, aku melihat Ae sudah tergeletak di lantai. Karena panik, aku menghubungi Phi Mean." tutur Plan sedikit terbata.

"Kau dengar itu? Ae sudah pingsan sebelum Plan datang." timpal Mean kesal.

"Makanan atau minuman apa saja yang sudah kau berikan padanya?" tanya Saint yang masih tidak percaya dengan penjelasan Plan.

Plan semakin bersembunyi dibalik tubuh kekasihnya. Melihat ekspresi wajah Saint membuat nyalinya ciut. "Aku memberinya makanan yang sama seperti yang kumakan." balas Plan.

"Ae terlihat baik-baik saja saat datang ke rumahku. Kami bahkan sempat bercanda sebelum aku pergi ke kamar mandi." imbuhnya seraya menghapus air mata yang terus mengalir dari sudut matanya.

"Aku melihat Ae memegang dada sebelah kirinya. Apakah dia sakit?" tanya Mean mulai penasaran dengan kondisi Ae yang sebenarnya.

Belum sempat Saint menjawab pertanyaan Mean, seorang suster keluar dari ruangan dan memanggilnya untuk menemui Dokter di ruangannya.



Ruang Dokter

"Apakah pasien pernah melakukan operasi di dada sebelah kiri sebelumnya?" tanya Dokter yang duduk berhadapan dengan Saint. Jarak diantara keduanya hanya terhalang oleh sebuah meja kayu berlapis kaca, tempat sebuah komputer dan mesin print.

"Iya, Dokter. Ae pernah menjalani operasi jantung 5 tahun lalu. Apakah itu bermasalah?" jawab Saint gugup.

"Iya, jantung pasien kembali kambuh dan beruntungnya dia masih bertahan hingga tiba di rumah sakit." jelas Dokter wanita itu seraya membenarkan posisi kacamata di hidungnya.

"Lalu bagaimana keadaannya sekarang, Dokter? Apakah dia akan baik-baik saja?" tanya Saint cemas.

Dokter itu tersenyum kecil kemudian menjawab, "Pasien akan baik-baik saja selama dia menjaga kesehatan tubuhnya dengan baik pula."


2 Minggu kemudian,

Saint berlari menghampiri Ae yang hendak membuka pintu. "Ae! Kamu mau ke mana?" serunya yang sukses mengejutkan Ae hingga tersentak ke belakang dan menabrak tubuh tinggi Saint.

"PAPA!" pekik Ae seraya berbalik dan langsung memukul dada Papanya dengan emosi.

"Hey! Hey! Calm down, my baby boy!" ucap Saint sambil mengelus rambut Ae.

Ae menghela nafas dalam lalu menyandarkan kepalanya di dada Saint. "Papa selalu saja mengagetkan Ae." gumamnya sembari mendongak ke atas.

~Kiss~

"Kamu mau ke mana?" Saint mengulang pertanyaannya setelah mengecup dahi Ae.

"Ae mau pergi ke rumah Pete. Papa mau ikut?"

Saint menggeleng seraya berkata, "Tidak." dengan tegas.

"Lalu?" imbuh Ae seraya memiringkan kepalanya ke kanan.

Saint meraih pinggang Ae dengan tangan kirinya. "Kamu tidak boleh pergi ke manapun. Tetap di rumah dan kerjakan PR mu." titahnya melarang Ae.

Ekspresi ceria Ae mendadak berubah kecut. "Kenapa Papa selalu melarang Ae?" tanyanya.

"Karena Papa sayang kamu!"

"Bohong! Papa tidak sayang Ae." balas Ae seraya melepaskan diri dari dekapan Saint kemudian berlari menuju pintu.

"Berhenti, Ae! Papa tidak suka kamu bantah." titah Saint yang diabaikan Ae.

Ae pergi dengan membawa tas selempang kecil. Dia terus berlari sampai jauh dan terhindar dari kejaran Papanya.

Setelah merasa cukup aman, Ae kembali berjalan seperti biasa. Nafasnya terdengar sedikit berat dan tersengal. Ae berhenti di halte terdekat untuk mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah dan pegal di kedua kakinya.

Hoshh ... hoshh ...

Siapa dia? Kenapa terus mengikutiku?

Ae bertanya dalam hati setelah menyadari seseorang telah mengikutinya. Dia melihat curiga ke arah mobil putih yang terparkir di dekat halte. Yang mana di sepanjang jalan tersebut dilarang parkir. Ae menajamkan indra penglihatannya seperti Elang saat berburu mangsanya dari kejauhan. Nampak seperti siluet seorang laki-laki dewasa, memakai pakaian seperti kemeja rapi sedang duduk di kursi kemudi mobil mewah tersebut. Ae tidak tahu siapa orang itu, karena jelas itu bukanlah sosok Saint, Papanya.

Ketika Ae hendak pergi untuk melanjutkan perjalanannya ke rumah Pete, seseorang berbicara kepadanya, seperti memanggilnya.

"Tunggu!"

Ae pun menoleh ke sekitar, mencari sumber suara tersebut berasal.

"Om siapa?" tanya Ae kepada seorang laki-laki asing yang tadi memanggilnya.

"Nama kamu siapa?"

Ae tak menjawab pertanyaan laki-laki asing tersebut. "Om siapa?" Ae kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama.

"Kau sama sepertiku." gumam laki-laki itu tersenyum kepada Ae.

Ae memperhatikan laki-laki sepantaran Papanya itu dari atas hingga bawah. Rasa penasaran dan curiga bersatu di dalam kepalanya tentang orang asing yang sedang berdiri di hadapannya ini. Siapa dia? Dan dari mana orang itu mengenalnya? Apakah mereka saling kenal atau mungkin laki-laki itu adalah teman Papanya?

Ae tersadar dan segera menepis spekulasi liar di dalam kepalanya tersebut.

"Ae tidak paham. Kalau Om tidak mau kasih tau, tidak apa. Ae mau pergi." ujarnya bergegas pergi dari halte menuju jalan ke arah rumah Pete.

"Ae?!" seru orang itu memanggil nama Ae.

Ae berhenti berjalan kemudian menoleh dan tiba-tiba saja laki-laki itu memeluknya. "Kamu sudah besar sekarang." ucap orang itu pelan.

"Lepas, Om! Ae tidak kenal Om. Jangan-jangan Om penculik ya?" teriak Ae sembari melepaskan diri dari laki-laki tersebut.

"Om orang baik, Ae!" tegas laki-laki itu seraya memegang kedua bahu Ae.

"Papa!" lirih Ae melihat sosok Saint sudah berdiri di belakang laki-laki misterius tersebut.

Saint menjauhkan laki-laki tersebut dari anaknya. "Siapa kau? Jangan berani dekati anakku!" tegasnya sedikit mengancam.

Laki-laki asing itu tersenyum sinis dan terkesan meremehkan Saint. "Anakmu? benarkah? Aku rasa kau salah paham." ucapnya santai.

"Aku akan mengambil kembali milikku!" bisik laki-laki itu seraya menepuk pelan punggung Saint dan tersenyum kepada Ae sebelum pergi meninggalkan keduanya.

"Papa sudah bilang jangan pergi! Cepat pulang!" Saint menarik tangan Ae dan memaksanya masuk ke dalam mobil.

"Ae tidak mau! Papa saja yang pulang!" bantah Ae, masih berusaha melepaskan diri dari Saint. Tangannya memegang pinggiran pintu mobil untuk menahan tubuhnya. Sedangkan kakinya terus meronta agar terlepas dari cengkraman Saint.

"DIAM KAMU!" bentak Saint emosi dan hampir menampar Ae.



Bersambung ...

a/n: Revisi penambahan alur ya. Maaf kalau lama up. Makasih 😘

My Baby Boy [SonPin x MPREG] √ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang