Memories haunting him,
laughters chasing him,
sweet talks stalking him.
Everywhere he go,
everything he does,
it all leads back to her.
--- S GI cried for 3 days nonstop. I still can't believe she's really gone. I cried and cried and cried. I skipped school. I locked myself in my room. My mom kept banging on my door asking me to open it, but I won't budge. I can't take any of her comment; I'm just too sad and felt really destroyed and so does vulnerable. I kept her last note, her last word, and every time I see it, I got pulled back to that day, the day she died. What am I going to do? This is just sad. I have to get up and face the reality, she's gone. Stop mourning for her. I kept telling that to myself, but I think, not even a second it work. My wound just too deep.
**
"Dylan! Kamu ngapain sih dalem kamar gak keluar-keluar?!" teriak nyokap dari balik pintu sambil ngegedor-gedor pintu gue. Tapi gue gak jawab, gue cuma natapin keluar jendala "dylan!" teriaknya lagi, kali ini nadanya kedengeran bener-bener marah "jangan buat mom ngedobrak pintu kamu ya!" bahkan dengan ancaman pun gue gak terpengaruh "upryamyy rebenok" anak keras kepala. Huh, untuk saat ini kayanya kalimat itu terlalu berlebihan, baru aja gue gak keluar sehari setengah
Kenapa gue cuma 3 hari ngurung diri di kamar? Karena di hari ke 4, kejutan dateng. Gak, bukan becca balik hidup, tapi kakak gue muncul di rumah gue. Gue tau ini cuma semacam trik--trik yang bener-bener niat sampe ngeluarin banyak uang--nyokap buat ngebuat gue buka pintu kamar gue, tapi gue juga butuh seseorang untuk gue ceritain, gue bisa gila kalo dipendem sendiri gini. Kakak gue kayanya tempat yang pas buat ngedengerin curhatan orang.
"Hey, Lil brother, buka deh pintunya.." saat itu gue baru aja keluar kamar mandi, gimana pun juga kan gue perlu mandi..
"Ngapain disini?" ucap gue masih ngak ngebuka kuncinya
"Mom khawatir. Dia bilang kamu gak keluar kamar 3 hari. Buka dong pintunya.."
"Buat apa?"
"Kamu kenapa sih? Kayanya murung banget, gak biasa deh, dari suara kamu kedengerannya ada yang salah. Cerita dong, buka pintunya, Dyl" gue nimbang-nimbang buat buka pintu apa engga, tapi akhirnya gue buka juga, dan gue sadar kamar gue ternyata pengap. "Nah ginikan lebih enak. Boleh aku masuk?" gue ngangguk "so.. urgh, kamar mu bau" tanpa bilang apa-apa dia buka jendela, kenapa gue gak kepikiran itu?
"Iya baru sadar" gue tutup pintunya
"So, tell me. Apa lagi sekarang? Kenapa sesi ngurung diri kembali terulang? Bully?"
"Worst"
"Ayo, keluarin aja. Aku siap nerima" dia gerakin jari-jarinya kaya manggil
"Becca" ucap gue singkat
"Kenapa dia? Apa dia ngelakuin sesuatu? Sesuatu yang buruk? Sesuatu yang nyakitin kamu? Karena kalo iya, aku lebih dari mau buat ngebuat dia bayar perbuatannya"
"Mau emang gampang, tapi kakak gak bakal bisa"
"Kenapa? Apa dia punya bodyguard atau sesajen yang ngelindungin dia?" canda kakak gue ringan
"As much as I'd love to laugh at that, but no"
"Terus apa dong yang ngehalangin.."
"God"
"Hah? Gak ngerti"
"She died, becca is dead" kakak gue diam membeku, dia gak bergerak dari posisinya. Wow, dia bener-bener terkejut
"Dia meninggal? Apa kecelakaan?" ucap kakak gue pelan
"Dia sakit. Apparently she had leukemia"
"Dia keliatan sehat-sehat aja ah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Ending (Finding Us Series #1.5)
Teen FictionIni adalah cerita tentang Dylan Paxton, seorang artis remaja sensasional yang berpikir kehidupannya sempurna, sampai semua yang ia percaya tentang hidupnya hancur berkeping-keping. Menyimpulkan tentang kehidupannya selama 3 tahun setelah ia kehilang...